Mengapa Aroma Makanan di Pesawat Terasa Hambar?

Pernahkah kamu duduk di kursi pesawat, menunggu hidangan disajikan, hanya untuk mendapati aromanya nyaris tak tercium, dan rasanya pun mengecewakan? Padahal, masakan yang sama di darat mungkin terasa lebih sedap. Fenomena makanan di pesawat terasa hambar bukan hanya soal kualitas katering, melainkan efek kompleks lingkungan kabin pesawat terhadap indra penciuman dan perasa kita.
Banyak faktor memengaruhi persepsi kita terhadap aroma dan rasa saat terbang, mulai dari tekanan udara rendah, kelembapan rendah, suara bising mesin, hingga stres perjalanan. Artikel ini akan membahas mengapa aroma makanan di pesawat terasa hambar, menelusuri sains di balik indra penciuman kita dan bagaimana teknologi penerbangan berupaya mengatasi tantangan ini.
Berikut pembahasan mengapa aroma makanan di pesawat terasa hambar?
1. Peran tekanan udara rendah

Saat pesawat terbang di ketinggian jelajah sekitar 30.000–40.000 kaki, kabin dipertahankan pada tekanan setara ketinggian 6.000–8.000 kaki di atas permukaan laut. Meski aman bagi kebanyakan penumpang, tekanan udara lebih rendah ini berdampak pada indra penciuman kita.
Tekanan rendah membuat molekul aroma tidak menguap seintens di darat. Karena molekul bau yang mencapai reseptor hidung lebih sedikit, kita sulit mencium aroma makanan dengan tajam. Inilah salah satu alasan makanan di pesawat terasa “kurang wangi,” meskipun sebenarnya bahan makanannya sama seperti yang disajikan di restoran di darat.
2. Kelembapan udara yang sangat rendah

Udara di kabin pesawat sangat kering, dengan kelembapan hanya sekitar 10–20%. Kondisi ini menyebabkan lapisan lendir di hidung kita mengering. Padahal, lendir ini berfungsi melarutkan molekul aroma agar bisa dikenali oleh reseptor penciuman.
Ketika hidung kering, kemampuan kita mencium aroma berkurang drastis. Akibatnya, makanan yang biasanya menggoda dengan aroma sedap, di pesawat terasa “biasa saja.” Kekeringan juga memengaruhi indra pengecap, membuat lidah kurang peka terhadap rasa, terutama rasa manis dan asin.
3. Efek kebisingan mesin pesawat

Suara mesin pesawat, yang konstan di sekitar 80–85 desibel, ternyata juga memengaruhi persepsi rasa dan aroma, ungkap Yan dan Dando dalam jurnalnya yang berjudul A crossmodal role for audition in taste perception. Penelitian ini menunjukkan bahwa kebisingan lingkungan bisa menekan kepekaan indra pengecap, terutama terhadap rasa manis dan gurih.
Selain memengaruhi rasa, kebisingan membuat otak kita sibuk memproses suara, sehingga perhatian terhadap aroma atau rasa makanan berkurang. Inilah sebabnya, makanan di pesawat sering terasa hambar atau kurang “menyala,” meski koki pesawat sudah berusaha membuatnya senikmat mungkin.
4. Pengaruh stres dan kondisi tubuh

Perjalanan udara sering memicu stres, kelelahan, atau jet lag. Stres memengaruhi hormon kortisol yang dapat mengurangi sensitivitas indra penciuman dan pengecap. Selain itu, perubahan pola tidur juga membuat tubuh kurang responsif terhadap rangsangan sensorik, termasuk aroma makanan.
Banyak orang terbang dalam kondisi kurang tidur, cemas, atau tidak nyaman. Faktor-faktor ini memperburuk persepsi rasa. Makanan yang dihidangkan di pesawat menjadi kurang menarik, bukan hanya karena teknis penerbangan, tetapi juga kondisi psikologis penumpang sendiri.
5. Upaya maskapai mengatasi tantangan rasa

Maskapai penerbangan menyadari tantangan ini. Banyak yang mempekerjakan koki khusus untuk meracik menu yang lebih kaya rasa. Bumbu seperti garam, gula, rempah, dan saus umami ditambahkan lebih banyak dibanding masakan di darat, untuk mengimbangi penurunan sensitivitas indra perasa.
Selain resep, maskapai juga bereksperimen dengan presentasi makanan. Penyajian yang lebih estetis, piring hangat, dan pilihan minuman tertentu digunakan untuk menambah kenikmatan makan di udara. Meski tidak bisa sepenuhnya mengatasi kondisi kabin, inovasi ini membantu membuat pengalaman kuliner di pesawat lebih menyenangkan.
Fenomena makanan pesawat terasa hambar adalah kombinasi antara faktor lingkungan kabin, fisiologi tubuh, hingga psikologi penumpang. Tekanan rendah, udara kering, kebisingan, dan stres, semuanya berperan mengurangi sensitivitas indra penciuman dan pengecap. Untungnya, industri penerbangan terus berinovasi agar makanan di pesawat tetap bisa dinikmati.
Demikian pembahasan mengapa aroma makanan di pesawat terasa hambar? Semoga artikel ini bisa membantu menjawab pertanyaan kamu selama ini.