Bahagia bisa datang dari mana saja, pun kesenangan bisa dicari di mana saja. Dari tidur panjang di akhir pekan, dari kencan dengan gebetan, dari nonton youtube sambil rebahan, bahkan dari kencing yang sudah lama tertahan.
Penulis setuju dengan pendapat Seligman yang mengatakan bahwa “bahagia itu ketika kita senang menjalaninya” dan salah satu caranya adalah dengan tidak adanya rasa keterpaksaan.
Kebebasan tanpa rasa keterpaksaan ini kemudian menguak suatu sifat manusia, bahwasanya manusia memang bisa menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang jahat, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang indah dan mana yang buruk. Namun semua itu sangatlah fleksibel, tergantung bagaimana orang melihatnya.