Kerap diberikan label pahlawan tanpa tanda jasa, guru selalu berusaha memberikan ilmu dan membimbing anak muridnya dengan tulus. Keberadaan guru sangat diperlukan demi kemajuan bangsa.
Hal ini yang kemudian diabadikan di sebuah lagu Sasak berjudul "Tiang tunas pamit", yang diambil dari sudut pandang sang murid. Seperti apa liriknya? Yuk nyanyi sama-sama!
Tiang tunas pamit lek pelungguh side guru
Tiang lampak ulek ojok balen tiang mesak
Wahn tak sampun niki, entah tiang bau ngiring
Mudah lah mudahan, lemak aru te bedait malik
Tiang tunas pamit lek pelungguh side guru
Tiang lampak ulek ojok balen tiang mesak
Wahn tak sampun niki, entah tiang bau ngiring
Mudah lah mudahan, lemak aru te bedait malik
Tiang tunas pamit lek pelungguh side guru
Saya izin pamit kepada engkau ibu/bapak guru
Tiang lampak ulek ojok balen tiang mesak
Saya akan berjalan pulang ke rumah saya sendiri
Wahn tak sampun niki, entah tiang bau ngiring
Hanya sampai di sini saya bisa menemani
Mudah lah mudahan, lemak aru te bedait malik
Semoga esok kita bisa berjumpa kembali
Lagu ini bercerita tentang kisah mencari ilmu dari sudut pandang seorang murid. Sosok itu, berpamitan menggunakan bahasa halus dalam sasak yang memang kerap ditujukan bagi orang yang dihormati. Lagu ini mengisahkan tentang seorang murid yang akan pergi karena sudah lulus sekolah.
Hal ini menunjukkan, bahwa profesi seorang guru sangat di hargai di mata masyarakat sasak. Bahkan, sang murid terkesan selalu merindukan sosok sang guru, sehingga berharap esok dapat bertemu kembali.
Sebuah lagu dengan makna yang dalam ya? Memang sosok seorang guru baik di zaman dahulu dan sekarang selalu menjadi panutan.