KKN PMD Unram di Tanjung Luar Sosialisasi Bahaya Destructive Fishing

Lombok Timur, IDN Times - Sejumlah mahasiswa Universitas Mataram (Unram) mengikuti Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat Desa (KKN-PMD) periode Juli-Agustus 2024. Salah satu lokasi KKN PMD ini di Desa Tanjung Luar, Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Sebanyak 10 mahasiswa KKN-PMD UNRAM Tanjung Luar 2 berupaya melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang destructive fishing. Kegiatan ini untuk menumbuhkan peran aktif masyarakat dalam menjaga dan melawan ancaman destructive fishing.
Destructive fishing merupakan kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan, alat atau cara penangkapan ikan yang dapat merusak sumber daya ikan maupun lingkungannya. Misalnya seperti menggunakan bahan peledak, bahan kimia, setrum dan alat tangkap lainnya yang tidak ramah lingkungan.
Ketua KKN-PMD Tanjung Luar, Yusron Ashalirrohman mengatakan penanggulangan destructive fishing bertujuan untuk menekan laju kerusakan sumber daya alam dan lingkungannya yang semakin parah. Hal itu dapat disebabkan akibat aktivitas penangkapan ikan dengan cara merusak ekosistem dan alam.
"Nelayan adalah garda terdepan penjaga laut Indonesia. Undang-Undang Perikanan menekankan masyarakat dalam upaya pengawasan di bidang perikanan secara berdaya guna dan berhasil guna," Kata Yusron, Selasa (6/8/2024).
1. Dampak destructive fishing

Alat-alat yang digunakan dalam destructive fishing adalah bahan peledak, bahan beracun, strum, dan alat tangkap lainnya yang tidak ramah lingkungan.Terumbu karang akan hancur dan mati, sehingga hewan laut akan meninggalkan area tersebut.
Salah satunya penggunaan cairan potassium sianida disemprotkan ke dalam habitat ikan berupa lubang-lubang karang laut di bebatuan. Karang laut yang terkena potassium sianida akan ditinggalkan oleh semua hewan laut atau mati. Hewan laut juga akan menjauhi karang laut ataupun air laut yang terkena potassium sianida.
2. Tanggapan nelayan

Nelayan setempat juga berharap tak ada lagi nelayan yang menggunakan alat berbahaya seperti bom, kompresor dan cairan potasium. Termasuk mencongkel terumbu karang dengan menggunakan linggis yang dapat merusak terumbu karang.
Salah satu pengepul ikan bernama Amin mengatakan bahwa masih terdapat oknum nelayan yang menggunakan peledak dan potasium. Tujuannya untuk mendapat hasil tangkapan ikan yang lebih banyak.
"Kami tentu risih kalau ada yang pakai potasium, karena (nelayan) dari Tanjung Luar tidak ada yang menggunakan itu," ujar Amin.
3. Upaya penanganan destructive fishing

Pada Sabtu (13/7/2024) lalu, mahasiswa KKN-PMD UNRAM melakukan patroli bersama TNI Angkatan Laut (AL) melalui POS TNI AL Tanjung Luar di perairan sekitar Tanjung Luar. Tujuannya untuk mendapatkan laporan masyarakat dan menertibkan oknum nelayan yang masih menggunakan alat berbahaya dalam proses penangkapan ikan.
Selain itu, untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian ekosistem laut, Mahasiswa KKN-PMD Tanjung Luar 2 juga sudah mengadakan sosialisasi yang diadakan pada Rabu (17/7/2024). Sosialisasi ini bertujuan untuk mengajak turut serta nelayan serta masyarakat Tanjung Luar untuk terus menjaga, mengawasi dan merawat ekosistem laut.
Sebagai negara yang memiliki terumbu karang yang luas, keberadaan terumbu karang berperan sangat penting dalam mendukung kehidupan ekosistem perairan laut, termasuk di dalamnya kegiatan perikanan.
Tingginya tingkat perusakan ekosistem terumbu karang di Indonesia karena kegiatan destructive fishing menimbulkan kerugian dalam jangka panjang, baik terhadap ekosistem perairan laut maupun kesejahteraan nelayan di lokasi kejadian. Oleh karena itu, keterlibatan seluruh pihak menjadi kunci untuk menangani destructive fishing .