Di era modern, istilah resilience atau ketangguhan mental sering dielu-elukan sebagai kunci untuk bertahan dalam berbagai tekanan hidup. Mulai dari masalah pekerjaan hingga krisis global.
Namun, di balik dorongan untuk tetap kuat, tersembunyi konsekuensi yang jarang dibicarakan: kelelahan karena harus selalu tangguh. Fenomena ini dikenal sebagai resilience fatigue, sebuah kondisi di mana tuntutan untuk terus bersikap kuat justru menjadi beban psikologis yang melemahkan.
Alih-alih menjadi tameng yang melindungi kesehatan mental, dorongan berlebihan untuk tangguh dapat menimbulkan rasa bersalah, kelelahan emosional, dan bahkan gangguan kesehatan mental. Banyak orang merasa gagal bila menunjukkan kelemahan, padahal manusiawi untuk merasa lelah, rapuh, atau butuh istirahat.
Berikut ulasan mengenai fenomena resilience fatigue, bagaimana ia muncul, tanda-tandanya, serta langkah-langkah untuk mengatasinya.