Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
kelinci (Pexels.com/Magda Ethler)
kelinci (Pexels.com/Magda Ethler)

Jepang dikenal dengan banyak hal unik, dari budaya pop yang mendunia hingga kuliner eksotis seperti sushi dan takoyaki. Namun, di antara keunikan itu, ada satu tempat yang benar-benar tak biasa, sebuah pulau kecil di Laut Pedalaman Seto yang dihuni oleh ratusan, bahkan ribuan kelinci liar. Namanya Okunoshima, dan pulau ini begitu terkenal hingga dijuluki "Rabbit Island" oleh para wisatawan mancanegara.

Bayangkan berjalan di jalan setapak sambil dikelilingi makhluk berbulu lembut yang mengejarmu bukan karena takut, tapi karena ingin bermain atau diberi makanan. Pulau ini bukan hanya surga bagi pencinta binatang lucu, tapi juga menyimpan sejarah gelap yang kontras dengan suasana menggemaskan yang kita lihat hari ini.

Dari basis rahasia senjata kimia hingga destinasi wisata yang dipenuhi kelinci jinak, Okunoshima adalah contoh menarik tentang bagaimana suatu tempat bisa berubah wajah total. Berikut fun fact tentang negara Jepang yang punya pulau yang dipenuhi kelinci, bukan manusia.

1. Pulau ini dulunya pabrik senjata kimia

Kelinci (pexels.com/Howard Senton)

Meskipun kini terlihat damai dan penuh kelucuan, Okunoshima memiliki masa lalu yang kelam. Pada masa Perang Dunia II, pulau ini dijadikan lokasi rahasia untuk memproduksi senjata kimia oleh tentara Jepang. Karena sifat operasinya yang sangat rahasia, bahkan Okunoshima sempat dihapus dari peta militer dan peta sipil Jepang.

Sisa-sisa sejarah itu masih bisa dilihat di beberapa bangunan bekas pabrik yang kini menjadi reruntuhan. Pemerintah Jepang kemudian membangun Museum Gas Beracun (Okunoshima Poison Gas Museum) untuk memperingati sejarah tersebut, sekaligus sebagai peringatan atas bahaya perang dan senjata kimia. Kontras antara masa lalu yang kelam dan masa kini yang imut membuat pulau ini jadi destinasi yang tidak hanya menarik secara visual, tapi juga penuh makna.

2. Dari senjata ke kelinci, bagaimana mereka bisa ada di sana?

Kelinci (pexels.com/Smooth Click)

Asal-usul kelinci-kelinci di Okunoshima masih menjadi misteri kecil. Versi paling populer menyebutkan bahwa kelinci-kelinci ini awalnya dilepaskan oleh para pelajar sekolah pada tahun 1971 dan kemudian berkembang biak secara bebas tanpa predator alami. Ada juga teori bahwa kelinci-kelinci ini merupakan bagian dari eksperimen militer saat masa perang, meski teori ini belum terbukti secara resmi.

Apa pun asal-usulnya, kelinci-kelinci ini kini menjadi “penduduk utama” pulau. Karena tidak ada predator seperti anjing atau kucing, populasi kelinci terus bertambah secara alami. Mereka sangat jinak, terbiasa dengan manusia, dan bahkan akan mendekat ketika ada pengunjung membawa sayuran atau pelet khusus. Ketika kamu duduk di taman atau di trotoar kecil, jangan heran kalau sekelompok kelinci tiba-tiba mengerubungi kakimu.

3. Pulau tanpa penduduk tetap, tapi ramai wisatawan

Kelinci sedang makan (pexels.com/Natalia Vol)

Secara administratif, Okunoshima tidak memiliki penduduk tetap. Tidak ada sekolah, rumah sakit, atau pemukiman seperti di pulau lain. Namun, pulau ini memiliki penginapan, restoran, lapangan tenis, dan jalur trekking, semuanya dibangun untuk mendukung aktivitas pariwisata. Wisatawan bisa menginap semalam atau datang pulang-pergi menggunakan kapal feri dari pelabuhan Tadanoumi.

Meski kecil, pulau ini sangat ramah pengunjung. Terdapat sepeda sewa, jalur bersepeda yang nyaman, dan papan informasi tentang kehidupan kelinci dan sejarah pulau. Wisatawan diimbau untuk tidak membawa hewan peliharaan dan tidak membuang sampah sembarangan agar ekosistem tetap terjaga. Kehadiran kelinci bukan hanya daya tarik visual, tapi juga tanggung jawab moral bagi para pengunjung.

4. Kelinci-kelinci ini tidak boleh diberi sembarang makanan

Kelinci (pexels.com/Engin Akyurt)

Salah satu aturan penting saat mengunjungi Okunoshima adalah, jangan memberi kelinci makanan sembarangan. Meskipun mereka tampak lucu dan mendekat dengan antusias, makanan yang tidak sesuai bisa berbahaya bagi kesehatan mereka. Pengunjung disarankan membeli pakan khusus dari toko sebelum naik feri, karena di pulau sendiri tidak ada tempat yang menjual makanan kelinci.

Selain itu, wisatawan juga diimbau untuk tidak meninggalkan makanan atau sampah di sekitar, karena hal itu dapat merusak ekosistem pulau. Pemerintah lokal dan relawan setempat rutin mengawasi kondisi kelinci dan memberikan edukasi kepada pengunjung tentang bagaimana berinteraksi secara bertanggung jawab. Kesejahteraan kelinci menjadi prioritas utama agar pulau ini tetap bisa dinikmati generasi mendatang.

Itulah fun fact tentang negara Jepang yang punya pulau yang dipenuhi kelinci, bukan manusia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team