2. Tanpa disadari kita terkurung dalam rasa sakit

ilustrasi merasa sedih (pexels.com/Engin Akyurt)

Menyimpan dendam terhadap orang yang telah menyakiti kita justru menambah rasa sakit itu sendiri. Kita jadi terkurung dalam kesakitan yang seolah tiada ujungnya. Hidup dalam rasa sakit hati tentu tak akan membuat kita merasa bahagia.

Sehingga apabila didapati hidup yang jauh dari ketenangan, boleh jadi hal itu bersumber dari sakit hati yang berubah menjadi dendam. Apabila terus dipelihara, maka diri kita akan dikendalikan oleh rasa dendam tersebut. Imbasnya, kita menjalani hidup ini dengan rasa sakit yang tak kunjung usai.

3. Persoalan yang dialami seolah tak pernah tuntas

ilustrasi merenung (pexels.com/Karolina Grabowska)

Apabila kita mendapati persoalan yang dihadapi seolah belum tuntas, maka kita perlu introspeksi. Padahal di sisi lain kita sudah berusaha menerima dan memaafkan. Boleh jadi di balik hal itu kita menyimpan dendam tanpa disadari.

Meski kita sudah memaafkan, ternyata masih ada rasa sakit hati yang tertinggal. Hal demikian membuat persoalan di dalam kepala tak kunjung terselesaikan dengan baik. Hati-hati hal tersebut bisa menjadi bom waktu apabila tak segera diselesaikan dengan cara menghadirkan keikhlasan untuk setiap hal yang telah terjadi.

Baca Juga: 5 Gangguan Tidur dalam Psikologi Abnormal yang Perlu Diwaspadai

4. Kerap mengungkit masa lalu dan kembali merasa sakit hati

ilustrasi seseorang sedang terpuruk (pexels.com/Timur Weber)

Apabila kita masih sering mengungkit masa lalu dan rasa sakit hati, maka segera atasi hal tersebut. Sebab jika dibiarkan begitu saja bisa menjadi akar dari perasaan dendam. Mengungkit rasa sakit hati hanya akan membuat kita sulit menerima dan kembali membenci orang yang pernah menyakiti.

Ketahuilah, dendam bukan sikap yang dewasa. Menyimpan dendam hanya akan menghambat kita menjadi pribadi yang berkembang. Kita bahkan bisa menjadi pribadi yang lebih buruk dari sebelumnya apabila terus memelihara dendam.

5. Kita tak bisa menikmati hidup dengan semestinya

ilustrasi merenung (pexels.com/Marlon Alves)

Tanda lain bahwa kita ternyata belum sepenuhnya memaafkan orang yang pernah menyakiti kita yakni tak bisa menikmati hidup dengan semestinya. Kita selalu berusaha menolak segala yang telah terjadi, termasuk rasa sakit tersebut. Bahkan penyesalan yang mendalam dapat menumbuhkan dendam yang tak kita sadari. Sebab melawan ketetapan adalah bentuk menyakiti diri sendiri dengan sengaja.

Pada akhirnya kita perlu menyadari satu fakta yang kerap luput dari perhatian. Bahwa apapun pilihan kita, memaafkan atau menyimpan dendam, sejatinya tak bisa mengubah fakta bahwa kita telah disakiti. Kita masih bisa mengupayakan untuk menciptakan masa depan yang lebih bahagia yakni dengan menerima dan memaafkan.

Percayalah, kelapangan kita dalam menerima rasa sakit itu akan ada balasan baik. Serahkan semuanya pada Tuhan, biarlah orang yang menyakiti kita menjadi urusan Tuhan. Kita hanya perlu melanjutkan hidup dengan fokus pada diri sendiri supaya hidup penuh ketenangan dan perasaan damai. Semangat, ya!

Baca Juga: Mengenal 30 Jenis 'Phile', Perasaan Suka yang Muncul pada Suatu Hal