Di era ketika setiap momen liburan seolah “wajib” diabadikan di Instagram atau TikTok, muncul fenomena baru yang justru berlawanan, mengambil cuti untuk benar-benar menghilang dari sorotan dunia maya. Banyak orang kini memilih bepergian tanpa jejak digital, tidak ada foto pemandangan di feed, tidak ada story perjalanan, bahkan tidak ada status singkat yang memberi tahu lokasi mereka.
Bagi sebagian orang, ini bukan sekadar keputusan sederhana, tetapi sebuah bentuk perlawanan terhadap tekanan sosial untuk selalu terlihat produktif dan “menarik”. Fenomena ini tak hanya soal diam dari media sosial, tetapi juga upaya menyelamatkan kesehatan mental. Ketika hidup begitu terkoneksi, jeda tanpa unggahan menjadi ruang untuk kembali mendengar diri sendiri.
Mereka yang memilih cara ini sering melaporkan rasa tenang yang jarang dirasakan saat online. Liburan yang tadinya identik dengan “konten” kini berubah menjadi pengalaman personal yang lebih murni, tanpa gangguan validasi eksternal.
Berikut fenomena tren cuti tanpa mengunggah apa pun ke media sosial.