Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret pemandangan desa Giethoorn (Pixabay.com/3345557)
Potret pemandangan desa Giethoorn (Pixabay.com/3345557)

Bayangkan sebuah kota di mana kamu tidak akan mendengar suara mesin mobil, klakson, atau polusi asap kendaraan. Yang terdengar hanya suara gemericik air, deru dayung, dan burung-burung yang berkicau dari pohon rindang. Selamat datang di Giethoorn, sebuah desa unik di Belanda yang dikenal sebagai kota tanpa jalan. Di sini, bukan trotoar atau aspal yang menghubungkan rumah ke rumah, melainkan kanal-kanal indah yang berkelok di antara taman dan rumah-rumah beratap jerami.

Giethoorn bukan hanya sekadar tempat wisata yang cantik, tetapi juga contoh hidup dari kota yang bisa berjalan tanpa kendaraan bermotor. Penduduknya bepergian menggunakan perahu kecil atau berjalan kaki di jalur setapak yang mengiringi kanal. Meskipun terdengar seperti latar belakang dongeng, tempat ini nyata dan bahkan terus berkembang seiring bertambahnya pengunjung dari seluruh dunia.

Berikut beberapa hal menarik tentang Giethoorn dan mengapa kota ini disebut “Venesia dari Utara.”

1. Kanal-kanal adalah jalan utama

Potret pemandangan desa Giethoorn (Pixabay.com/3345557)

Di Giethoorn, kanal-kanal selebar 2–4 meter menjadi ‘jalan raya’ utama. Ada lebih dari 90 km saluran air yang membentang melintasi kota ini. Rumah-rumah dibangun di tepi kanal dengan jembatan kecil dari kayu menghubungkan tiap pulau mini buatan. Ini menciptakan suasana tenang dan menenangkan, seolah waktu berjalan lebih lambat di sini.

Penduduk setempat menggunakan perahu kecil yang disebut “whisper boat”, yaitu perahu elektrik tanpa suara bising, sebagai alat transportasi sehari-hari. Bahkan, anak-anak pergi ke sekolah dengan perahu, dan toko-toko memiliki dermaga sebagai tempat parkir alih-alih garasi mobil. Ketika turis datang, mereka bisa menyewa perahu untuk menjelajahi kanal sambil menikmati pemandangan rumah-rumah kuno yang menawan.

2. Tidak ada mobil, tapi tidak kehilangan akses

Potret pemandangan desa Giethoorn (unsplash.com/Paula Jinga)

Meskipun tidak memiliki jalan kendaraan, bukan berarti Giethoorn terisolasi. Di pinggiran kota terdapat area parkir tempat mobil-mobil pengunjung bisa ditinggalkan sebelum melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki atau perahu. Pengiriman barang juga dilakukan dengan perahu atau gerobak kecil yang ditarik di jalan setapak.

Fakta menarik lainnya, sistem logistik di Giethoorn cukup efisien meskipun tanpa truk atau mobil. Penduduk sudah terbiasa menjalani kehidupan yang lambat dan terorganisir, membuat kota ini terasa lebih manusiawi dan minim stres. Dalam banyak hal, Giethoorn justru lebih modern karena menolak ketergantungan pada kendaraan bermotor.

3. Asal-usul nama dan sejarah unik

Potret pemandangan desa Giethoorn (Pixabay.com/Michel_van_der_Vegt)

Nama “Giethoorn” berasal dari kata “Geytenhorn,” yang berarti “tanduk kambing.” Konon, saat pertama kali ditemukan oleh para petani dan pencari gambut sekitar abad ke-13, mereka menemukan banyak tanduk kambing liar di area tersebut, kemungkinan akibat banjir besar sebelumnya. Maka desa itu diberi nama yang aneh tapi bersejarah ini.

Giethoorn awalnya dibentuk oleh para pelarian agama dari kawasan Mediterania yang mencari tempat tenang dan jauh dari konflik. Karena struktur tanahnya yang kaya gambut, mereka menggali kanal untuk keperluan pertanian dan transportasi, yang kemudian berkembang menjadi jaringan air yang khas hingga saat ini. Maka, keunikan Giethoorn bukan kebetulan, melainkan hasil dari sejarah adaptasi yang cerdas dan damai.

4. Wisata ramah lingkungan yang mendunia

Giethoorn (unsplash.com/Yossi Moalem)

Kini Giethoorn menjadi destinasi wisata populer, terutama bagi mereka yang mencari pelarian dari hiruk-pikuk kota. Namun, pemerintah setempat dengan cermat menjaga keseimbangan antara turisme dan kelestarian lingkungan. Hanya perahu listrik yang diizinkan beroperasi, dan pembangunan baru dibatasi agar tidak merusak estetika tradisional desa.

Menariknya, meskipun terkenal secara internasional, penduduk Giethoorn masih mempertahankan kehidupan sederhana dan ramah. Mereka hidup berdampingan dengan turis dan tetap menjalani rutinitas tanpa terganggu. Kota ini menjadi contoh sukses dari pariwisata berkelanjutan, di mana keindahan alam, budaya lokal, dan ekonomi bisa saling mendukung tanpa saling merusak.

Itulah hal menarik tentang Giethoorn dan mengapa kota ini disebut “Venesia dari Utara.” Semoga bisa menjadi tambahan pengetahuan kamu soal dunia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team