Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi delayed gratification, kunci sukses yang sering terabaikan. (Pinterest/Freepik)

Dalam dunia modern yang serba cepat dan instan, kemampuan menunda kepuasan atau delayed gratification menjadi salah satu keterampilan hidup yang semakin langka. Padahal, penelitian psikologi telah berulang kali menunjukkan bahwa orang yang mampu menunda kepuasan cenderung lebih sukses dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari akademis, karier, hingga relasi sosial.

Delayed gratification bukan sekadar soal menahan diri, melainkan kemampuan mengontrol impuls, merencanakan masa depan, serta memilih kesenangan yang lebih besar di kemudian hari ketimbang kepuasan sesaat. Sayangnya, budaya konsumerisme dan teknologi digital membuat generasi masa kini makin sulit untuk bersabar.

Dengan sekali klik, segala keinginan bisa segera terpenuhi, mulai dari belanja online hingga hiburan streaming. Akibatnya, banyak orang kesulitan mengembangkan kesabaran dan disiplin yang diperlukan untuk mencapai tujuan jangka panjang.

Berikut pembahasan apa itu delayed gratification, bagaimana ia bekerja, serta mengapa keterampilan ini sangat penting untuk keberhasilan hidup.

1. Apa itu delayed gratification?

Ilustrasi apakah kita bisa tahu seseorang sedang berbohong lewat chat? (Pinterest/infokids.cy)

Delayed gratification adalah kemampuan seseorang untuk menunda kesenangan sesaat demi mendapatkan hasil yang lebih besar atau lebih baik di masa depan. Konsep ini menjadi terkenal lewat eksperimen Marshmallow Test yang dilakukan oleh Walter Mischel pada akhir 1960-an.

Dalam penelitian tersebut, anak-anak diminta memilih, memakan satu marshmallow sekarang atau menunggu beberapa menit untuk mendapatkan dua marshmallow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang sanggup menunggu cenderung memiliki prestasi akademik lebih baik, kesehatan mental lebih stabil, dan pengendalian diri lebih baik di masa dewasa.

Konsep ini tidak hanya berlaku pada anak-anak, tetapi juga sangat relevan bagi orang dewasa. Menunda kepuasan berarti memilih untuk menabung daripada memboroskan uang, memilih belajar daripada menonton serial, atau bahkan menjaga pola makan demi kesehatan jangka panjang. Semua pilihan ini membutuhkan pengendalian diri dan visi jangka panjang.

2. Manfaat delayed gratification dalam kehidupan sehari-hari

Ilustrasi alasan mengapa optimisme penting saat menghadapi titik terendah dalam hidup. (Pinterest/MYRIAD OF DREAMS)

Mampu menunda kepuasan memberikan banyak manfaat praktis dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah kesehatan finansial. Orang yang terbiasa menunda kesenangan cenderung lebih disiplin dalam menabung, berinvestasi, dan menghindari utang konsumtif. Mereka tidak mudah tergoda diskon atau promo, karena punya tujuan keuangan jangka panjang.

Selain itu, delayed gratification juga berperan besar dalam hubungan sosial. Seseorang yang mampu mengendalikan emosinya lebih mudah menjaga hubungan yang sehat, karena tidak mudah terpancing emosi atau melakukan tindakan impulsif yang merusak kepercayaan orang lain. Pengendalian diri membantu seseorang menjadi lebih sabar, pengertian, dan mampu berpikir jernih sebelum bertindak.

3. Tantangan dalam menerapkan delayed gratification

Ilustrasi delayed gratification, kunci sukses yang sering terabaikan. (Pinterest/Freepik)

Meskipun terdengar sederhana, menunda kepuasan tidaklah mudah. Lingkungan modern dipenuhi godaan yang dirancang untuk memicu impuls konsumtif. Iklan digital, media sosial, hingga aplikasi e-commerce, semua mendorong kita untuk “klik sekarang, bayar nanti.” Sistem reward instan membuat otak kita terbiasa mencari kesenangan cepat, sehingga semakin sulit menahan diri.

Selain faktor eksternal, ada pula faktor psikologis seperti stres, rasa cemas, atau kelelahan mental yang membuat orang lebih sulit menahan keinginan sesaat. Ketika lelah atau stres, otak cenderung mencari cara tercepat untuk merasa lebih baik, misalnya dengan belanja impulsif atau makan makanan manis. Inilah sebabnya mengapa delayed gratification perlu dilatih secara sadar dan konsisten.

4. Bagaimana melatih delayed gratification?

Ilustrasi tanda kamu sudah saatnya butuh detoks digital. (Pinterest/ZenifySpaces)

Melatih kemampuan menunda kepuasan bisa dimulai dari langkah-langkah kecil. Salah satunya adalah dengan menetapkan tujuan yang jelas dan spesifik. Orang lebih mudah menahan diri jika tahu apa yang sedang mereka perjuangkan. Misalnya, menabung untuk liburan impian atau membeli rumah. Tujuan yang jelas membantu otak memahami mengapa kesenangan sesaat perlu ditunda.

Teknik lain adalah dengan memberikan penghargaan kecil pada diri sendiri setelah berhasil menahan keinginan. Strategi ini membantu otak tetap merasa senang meskipun harus menunggu. Selain itu, latihan mindfulness juga efektif dalam meningkatkan pengendalian diri, karena membuat kita lebih sadar akan pikiran dan dorongan impulsif sebelum bertindak.

5. Peran orang tua dan lingkungan dalam mengajarkan delayed gratification

Ilustrasi curhat kepada orang tua (Pinterest)

Orang tua memiliki peran sangat penting dalam membentuk kemampuan anak menunda kepuasan. Anak-anak belajar dari teladan orang dewasa di sekitarnya. Jika orang tua selalu bersikap impulsif atau cepat menyerah pada keinginan, anak akan meniru pola tersebut. Sebaliknya, jika orang tua mencontohkan kebiasaan sabar dan disiplin, anak akan lebih mudah menginternalisasi perilaku tersebut.

Selain keluarga, lingkungan sosial juga memengaruhi kemampuan menunda kepuasan. Lingkungan yang penuh tekanan untuk konsumsi cepat membuat seseorang lebih sulit mengendalikan diri. Oleh karena itu, penting menciptakan lingkungan yang mendukung, misalnya dengan memiliki teman yang juga punya tujuan keuangan atau gaya hidup sehat. Bersama-sama, kita bisa saling mengingatkan pentingnya delayed gratification demi kesejahteraan jangka panjang.

Itulah pembahasan mengenai apa itu delayed gratification, bagaimana ia bekerja, serta mengapa keterampilan ini sangat penting untuk keberhasilan hidup.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team