5 Sikap Positif Rasulullah saat Dicaci yang Bisa Kamu Tiru

Setiap orang pasti pernah berada di posisi gak menyenangkan, dicaci, dihina, atau diperlakukan gak adil oleh orang lain. Dalam kondisi seperti itu, rasanya wajar kalau kita ingin membalas dengan kata-kata tajam atau menunjukkan bahwa kita gak bisa diperlakukan sembarangan.
Namun, apa jadinya jika kita belajar dari sosok yang luar biasa, yang justru memilih membalas dengan cinta, bukan kebencian?. Ya, Rasulullah Muhammad SAW adalah contoh terbaik ketika berbicara tentang menghadapi cacian dengan sikap positif.
Meski dihina berkali-kali, dijuluki tukang sihir, pembohong, bahkan dilukai secara fisik, beliau gak pernah membalas dengan keburukan. Justru sikap lembutnya yang luar biasa membuat banyak hati luluh dan hidayah datang.
Berikut lima sikap positif Rasulullah saat menghadapi hinaan dan cacian, yang bisa banget kamu tiru dalam kehidupan sehari-hari.
1. Sabar tanpa membalas dengan keburukan

Satu hal yang sangat menonjol dari Rasulullah adalah kesabaran beliau. Bahkan ketika disakiti secara langsung, Rasulullah gak pernah terburu-buru marah atau membalas dendam. Kesabaran bukan berarti lemah, justru itu tanda kekuatan hati dan kedewasaan pikiran.
Misalnya ketika Nabi berdakwah di Thaif dan dilempari batu hingga berdarah, malaikat penjaga gunung menawarkan untuk menghancurkan kota tersebut. Tapi Rasulullah menolak dan malah berharap agar anak keturunan penduduk Thaif kelak mendapatkan hidayah. Bayangkan, dalam kondisi terluka pun, beliau tetap memilih harapan dan cinta, bukan amarah.
Kamu juga bisa menerapkannya dalam hidupmu. Saat seseorang mengataimu atau menjatuhkanmu, tarik napas dalam-dalam, tenangkan hati, dan jangan buru-buru membalas. Sering kali, orang yang mencaci justru sedang kesulitan dalam dirinya sendiri. Sabar bukan hanya membuatmu terlihat kuat, tapi juga menjauhkanmu dari konflik yang gak perlu.
2. Memaafkan dengan tulus, bukan karena terpaksa

Rasulullah tak hanya sabar, beliau juga mudah memaafkan. Dan ini bukan memaafkan karena gak punya pilihan, melainkan karena hatinya lapang. Ketika beliau berhasil menaklukkan Makkah, orang-orang yang dahulu menghina dan memeranginya berada dalam genggaman kekuasaan. Tapi beliau memilih berkata, Pergilah, kalian bebas.
Itu adalah bentuk pemaafan yang luar biasa. Beliau gak menyimpan dendam, bahkan kepada orang yang paling menyakitinya sekalipun. Bukan karena beliau gak bisa membalas, melainkan karena beliau tahu bahwa memaafkan lebih menyembuhkan.
Memaafkan bukan berarti melupakan luka begitu saja, namun menunjukkan bahwa kamu gak mau hidup dalam bayang-bayang kebencian. Jika kamu bisa belajar memaafkan, hidupmu akan jauh lebih ringan.
3. Mendoakan orang yang menyakiti

Terdengar mustahil, ya? Tapi begitulah Rasulullah. Beliau justru mendoakan kebaikan untuk orang-orang yang mencacinya. Salah satu contohnya adalah seorang wanita tua yang setiap hari membuang kotoran ke jalan yang akan dilalui Rasulullah.
Suatu hari, wanita itu gak terlihat. Rasulullah justru bertanya dan menjenguknya saat tahu wanita itu sedang sakit. Sikap ini membuat si wanita terharu dan akhirnya masuk Islam.
Ini bukan soal membalas perbuatan buruk dengan perlakuan baik saja. Ini tentang menunjukkan bahwa cinta dan kasih sayang bisa mengalahkan kebencian. Doa yang tulus dari hati bisa melembutkan siapa saja, bahkan hati yang paling keras.
Dalam kehidupan sehari-hari, saat kamu disakiti, cobalah mendoakan agar orang itu diberikan hati yang tenang dan kehidupan yang baik. gak mudah memang, tapi efeknya besar, terutama untuk ketenanganmu sendiri.
4. Tetap menjaga lisan dan sikap

Ketika emosi meluap karena dicaci, biasanya yang pertama kali tergelincir adalah lisan. Kata-kata kasar bisa saja keluar tanpa disaring. Namun, Rasulullah justru dikenal sebagai orang yang paling menjaga lisannya. gak pernah ada kata kotor, makian, atau cacian dari beliau, meskipun kondisinya sangat memungkinkan untuk itu.
Menjaga lisan bukan hanya soal gak berkata kasar, tapi juga tentang bagaimana kita memilih untuk tetap tenang dan gak memperkeruh suasana. Rasulullah menunjukkan bahwa adab jauh lebih penting dari sekadar membalas dendam verbal.
Kamu juga bisa meneladani ini. Saat dihina, jangan langsung membalas dengan umpatan. Mungkin kamu bisa menenangkan diri dulu, diam sejenak, atau memilih keluar dari situasi. Itu bukan berarti kamu kalah, melainkan kamu lebih dewasa dalam menyikapi keadaan.
5. Fokus pada misi, bukan gangguan

Rasulullah gak pernah membiarkan cacian menghentikannya dari misi utama, yaitu menyebarkan kebaikan dan kedamaian. Beliau gak terpaku pada hinaan orang-orang yang membencinya. Fokus beliau tetap pada tujuan yang lebih besar.
Kalau kamu punya tujuan dalam hidup, baik itu karier, pendidikan, atau kebaikan yang sedang kamu lakukan, jangan biarkan omongan negatif orang lain menghentikan langkahmu. Mereka hanya bagian kecil dari perjalananmu, bukan penentu akhir ceritamu.
Fokus pada hal positif, terus bergerak maju, dan jadikan cacian sebagai pengingat bahwa kamu sedang melakukan sesuatu yang berarti.
Rasulullah bukan hanya pemimpin spiritual, beliau juga role model terbaik dalam bersikap terhadap orang-orang yang membenci. Sikap beliau yang penuh kasih, sabar, dan memaafkan menunjukkan bahwa cinta jauh lebih kuat dari kebencian.
Setiap kali kamu menghadapi orang yang menyakitimu, ingatlah bahwa kamu punya pilihan. Kamu bisa menanggapi dengan marah dan membalas, atau kamu bisa mengambil jalan yang lebih tinggi, jalan cinta, seperti yang Rasulullah ajarkan.
Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan dendam. Semakin kamu meneladani sikap positif Rasulullah, semakin tenang hatimu, dan semakin ringan langkahmu menjalani hari-hari.
Jadi, yuk mulai dari sekarang, belajar membalas cacian dengan cinta. Karena dari situlah kekuatan sejati muncul.