Self-labeling adalah kecenderungan seseorang memberi label tertentu pada dirinya sendiri berdasarkan perasaan, pengalaman, atau kesalahan tertentu. Label ini bisa berbentuk kata-kata seperti “aku bodoh”, “aku pemalas”, atau “aku gagal”.
Sekilas, ini mungkin tampak seperti bentuk refleksi diri, tetapi jika dilakukan secara berulang dan tanpa disadari, ia bisa mengakar sebagai kebenaran yang palsu dalam pikiran.
Masalah dari self-labeling adalah ia menyederhanakan kompleksitas manusia hanya dalam satu kata negatif. Padahal, manusia adalah makhluk yang dinamis dan penuh kemungkinan untuk berubah. Ketika seseorang mulai percaya pada label negatif yang ia berikan sendiri, ini bisa membatasi potensi, merusak harga diri, dan menurunkan kesehatan mental secara keseluruhan.
Berikut ini 5 ciri umum dari self-labeling yang bersifat merusak.