Titip Surat untuk Tuhan (dok. MD Entertainment/Titip Surat untuk Tuhan)
Berbagai pergolakan batin yang juga sangat menonjol selama di film ialah dari karakter Utari sebagai seorang ibu yang sangat khawatir akan kondisi kesehatan anaknya. Bahkan, ketika keadaan anaknya semakin parah dan terus mendesak di tengah ketiadaan biaya untuk operasi mata anaknya, Utari pun mencoba pergi ke Jakarta untuk mencari pinjaman.
Ia memulai kunjungan pertamanya untuk mencari pinjaman dengan mendatangi rumah kakaknya, namun hasilnya nihil karena sang kakak ternyata sedang pergi berlibur ke Amerika dan ia justru hanya mendapat cemoohan yang menyakitkan dari iparnya.
Utari juga sempat menemui temannya yang sedang bekerja di sebuah tempat hiburan malam, namun hasilnya tetap nihil karena temannya menolak memberikan pinjaman melainkan menawarkan pekerjaan kepada Utari untuk melayani para pelanggan di tempat hiburan tersebut.
Terakhir, Utari tanpa sengaja bertemu teman kecilnya, Yudha (Revaldo) yang sudah menjadi seorang Direktur di sebuah perusahaan ternama di Jakarta. Alih-alih diberikan pinjaman, Yudha justru memberi syarat kepada Utari untuk menceraikan Satrio dan beralih hidup bersama dirinya dengan dalih jika ia bisa memberikan segalanya yang dibutuhkan termasuk kehidupan mewah, pendidikan hingga pengobatan untuk anak Utari.
Potret kebimbangan yang dialami Utari ini turut menggambarkan berbagai tawaran sulit yang kerap kita temukan dalam kehidupan. Pergolakan batin dari orang-orang yang sedang ditimpa musibah dan bagaimana cara mereka memilih jalan untuk mengarungi ujian tersebutlah yang kelak menjadi 'penentu'.
Tak jarang, sebagian besar orang yang sudah mencapai titik putus asa lantas terpaksa memilih mengambil jalan pintas yang justru cepat atau lambat bisa menjerumuskan dirinya di kemudian hari demi bisa menyelesaikan masalah secara instan.
Kekuatan hati Utari untuk mencoba bersabar di antara berbagai godaan dan penawaran saat pergi mencari pinjaman sekiranya terasa relate bagi sebagian besar wanita yang pernah mengalami kesulitan seperti Utari di film.
Berkat kekuatan doa, kejujuran Satrio dan juga kesabaran Utari, keluarganya pun memetik hasil yang indah dan penuh haru yang akan membuat penonton ikut menyadari jika rencana Tuhan benar-benar jauh lebih baik dari rencana hamba-Nya. Tuhan menunjukkan kuasa-Nya kepada para hamba-Nya yang teguh memegang kejujuran dan percaya akan pertolongan dengan berdoa kepada-Nya.
Film pun ditutup dengan kisah sederhana dan penuh haru, ketika semua pergolakan batin dan cobaan telah dilalui, Tuhan kemudian 'memberikan jawaban' melalui siklus dan rangkaian kejadian sederhana yang menggambarkan pola kerja semesta dengan cara tak terduga.