Foto aktivis HAM, Munir Said Thalib. (Pinterest/simomot.com)
Aktivis HAM, Munir Said Thalib, meninggal di atas wilayah udara Eropa pada September 2004 akibat diracun dengan arsenik saat dalam perjalanan ke Belanda. Kasus pembunuhan ini kembali mencuat pada tahun 2024 baru-baru ini.
Dalam kasus Munir, pilot Garuda Indonesia, Polycarpus Budihari Priyanto, dijatuhi hukuman 20 tahun penjara. Setelah menerima beberapa kali remisi, ia dibebaskan pada 2018, namun meninggal dunia pada 2020 karena Covid-19.
Pesawat yang ditumpangi Munir lepas landas dari Jakarta pada Senin, 6 September 2004, pukul 21.55 WIB, dan sempat transit di Bandara Changi, Singapura. Setelah melanjutkan penerbangan dari Singapura, Munir beberapa kali terlihat pergi ke toilet dan tampak kesakitan, terutama setelah meminum segelas jus jeruk sekitar pukul 08.10 waktu pesawat.
Saksi mata menyebut Munir menunjukkan tanda-tanda kesakitan setelah pesawat lepas landas dari Changi. Seorang penumpang yang berprofesi sebagai dokter mencoba memberikan pertolongan dan memindahkan Munir ke kursi di sebelahnya. Namun, tidak lama setelah itu, Munir dinyatakan meninggal ketika pesawat berada di ketinggian 40.000 kaki di atas Rumania.
Dua bulan setelah kematiannya, polisi Belanda mengungkap bahwa Munir tewas akibat diracun, berdasarkan hasil autopsi yang menunjukkan kadar arsenik yang sangat tinggi di tubuhnya, termasuk di air seni, darah, dan jantung.
Hingga kini, masih ada tanda tanya besar terkait siapa aktor utama di balik pembunuhan tersebut yang belum terungkap.