5 Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Menumbuhkan Optimisme

Optimisme bukan hanya warisan genetis atau sifat bawaan sejak lahir. Ia adalah keterampilan psikologis yang bisa diasah, dibentuk, dan ditumbuhkan melalui kebiasaan-kebiasaan kecil dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun dunia di sekitar kita tidak selalu ideal, cara kita merespons kenyataan dapat membentuk pandangan hidup yang lebih positif dan penuh harapan.
Riset dalam psikologi positif menunjukkan bahwa pola pikir optimis berkaitan erat dengan kesejahteraan mental, kesehatan fisik, dan kemampuan menghadapi stres. Berita baiknya, ada sejumlah aktivitas sederhana yang bisa kita lakukan setiap hari untuk menumbuhkan optimisme secara bertahap dan konsisten.
Berikut 5 kebiasaan yang terbukti efektif menumbuhkan optimisme menurut sains dan praktik keseharian.
1. Menulis jurnal syukur

Menuliskan tiga hal yang kamu syukuri setiap hari terbukti dapat meningkatkan perasaan positif dan menurunkan kecemasan. Kebiasaan ini melatih otak untuk fokus pada hal-hal baik yang sudah terjadi, bukan hanya kekurangan atau masalah yang belum selesai. Menurut Emmons dan McCullough dalam Journal of Personality and Social Psychology, praktik syukur secara konsisten dapat meningkatkan kebahagiaan hingga 25% dalam jangka panjang.
Dengan hanya meluangkan waktu 5–10 menit setiap malam untuk menuliskan hal-hal baik, sekecil apa pun itu, kamu mulai memprogram ulang cara pandang terhadap hidup. Jurnal syukur adalah cara sederhana namun sangat ampuh untuk membentuk pola pikir yang menghargai hidup dan tetap berharap akan hal-hal baik di masa depan.
2. Membatasi paparan berita negatif

Di era digital, kita dibanjiri oleh informasi setiap saat, dan sayangnya sebagian besar di antaranya bersifat negatif. Paparan terus-menerus terhadap berita buruk dapat memengaruhi persepsi kita terhadap dunia dan memicu rasa pesimis serta kecemasan kronis. Menurut studi dari Johnston dan Davey dengan judul The psychological impact of negative TV news bulletins: The catastrophizing of personal worries, konsumsi berita negatif secara intens dapat memperburuk suasana hati dan memperkuat persepsi bahwa dunia adalah tempat yang berbahaya.
Bukan berarti harus menghindari berita sama sekali, tetapi bijak dalam memilih dan membatasi waktu untuk mengakses informasi. Mengganti waktu menonton berita dengan membaca buku inspiratif atau mendengarkan podcast positif bisa menjadi alternatif yang lebih sehat bagi mental kita. Dengan begitu, ruang batin kita lebih terisi oleh harapan, bukan ketakutan.
3. Berinteraksi dengan orang-orang positif

Lingkungan sosial kamu sangat memengaruhi cara kamu berpikir dan merasakan. Berada di sekitar orang-orang yang optimis, suportif, dan mendorong pertumbuhan diri dapat membantu kamu menyerap energi positif secara alami. Psikologi sosial menyebut ini sebagai emotional contagion, di mana emosi seseorang bisa menular ke orang lain, ungkap Hatfield dan kawan-kawan dalam bukunya Emotional Contagion.
Jika kamu rutin berinteraksi dengan orang-orang yang melihat peluang dalam kesulitan, kamu pun akan cenderung mengadopsi pola pikir serupa. Cobalah perbanyak waktu bersama orang yang membangun, bukan yang terus mengeluh atau mengeluhkan. Optimisme adalah kebiasaan sosial, dan seperti kebiasaan lain, ia menular.
4. Melatih diri melihat sisi baik dari setiap masalah

Optimisme bukan berarti mengabaikan kenyataan pahit, tapi mencari makna dan pembelajaran di baliknya. Salah satu cara paling efektif untuk membangun optimisme adalah dengan merefleksikan kejadian sulit dan mencari silver lining, yaitu sisi baik atau pelajaran dari peristiwa tersebut. Psikolog Martin Seligman menyebut ini sebagai explanatory style, yaitu cara kita menjelaskan kejadian kepada diri sendiri.
Cobalah tanyakan pada diri sendiri setelah mengalami masalah, "Apa yang bisa saya pelajari dari ini?" atau "Apa yang mungkin menjadi hal baik dari peristiwa ini dalam jangka panjang?" Dengan rutin melatih pertanyaan semacam itu, kamu mengubah respons otomatis dari keluhan menjadi perenungan dan pertumbuhan. Ini membentuk landasan kuat untuk menjadi lebih optimis.
5. Melakukan aktivitas fisik secara teratur

Olahraga tidak hanya baik untuk tubuh, tetapi juga sangat bermanfaat bagi kondisi mental. Aktivitas fisik memicu pelepasan endorfin, serotonin, dan dopamin, yaitu zat kimia otak yang membuat kamu merasa bahagia dan tenang. Studi dari Craft dan Perna dengan judul The benefits of exercise for the clinically depressed menunjukkan bahwa olahraga secara teratur dapat mengurangi gejala depresi dan meningkatkan perasaan positif secara signifikan.
Tidak perlu langsung mendaftar ke gym atau mengikuti maraton. Jalan kaki 30 menit di pagi hari, yoga ringan, atau bersepeda santai di sore hari bisa menjadi titik awal yang sangat efektif. Ketika tubuh merasa bertenaga, pikiran pun lebih mudah memandang dunia dengan harapan dan semangat baru.
Dengan melatih diri sedikit demi sedikit, kamu bisa menciptakan harapan dalam keseharian, bahkan di tengah tekanan hidup yang sulit.
Demikian 5 kebiasaan yang terbukti efektif menumbuhkan optimisme menurut sains dan praktik keseharian.