Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Fakta Pahit Hidup Sendiri di Perantauan, Gak Semua Orang Siap!

Ilustrasi pemandangan kota dan bulan (pexels.com/Tolga Ahmetler)
Ilustrasi pemandangan kota dan bulan (pexels.com/Tolga Ahmetler)

Pernah kepikiran gak sih buat hidup sendiri di perantauan? Rasanya seru ya, bisa bebas ngatur hidup tanpa aturan rumah. Banyak yang mikir merantau itu tandanya udah dewasa dan mandiri. Tapi kenyataannya, gak semua semanis yang dibayangkan.

Di balik semua kesan keren itu, hidup merantau punya sisi pahit yang jarang orang tahu. Ada banyak tantangan yang diam-diam bisa nguras tenaga dan mental. Buat yang gak siap, perantauan bisa jadi tempat yang sunyi dan menyakitkan.

Nah, biar kamu gak kaget, yuk kita bahas 5 fakta pahit hidup sendiri di perantauan yang sering bikin orang gak kuat.

1. Kesepian itu nyata, dan kadang gak ada obatnya

Ilustrasi wanita memandang ke jendela (freepik.com/freepik)
Ilustrasi wanita memandang ke jendela (freepik.com/freepik)

Kamu pikir hidup sendiri itu berarti bebas? Bisa ngapa-ngapain tanpa harus izin ini-itu? Bener sih, tapi itu cuma separuh cerita. Di balik kebebasan itu, ada kesepian yang kadang gak bisa diisi sama apapun. Bangun pagi, gak ada suara rame dari keluarga, pulang kerja atau kuliah cuma ketemu tembok dan suara kulkas, itu realita yang pelan-pelan bisa bikin lo ngerasa hampa.

Lebih parah lagi, rasa sepi itu gak selalu kelihatan. Bisa aja lo masih hangout sama temen, ngobrol di chat, atau nge-scroll media sosial, tapi tetap ngerasa kosong. Ini yang sering bikin banyak perantau gak sadar kalau mereka sebenarnya butuh bantuan atau sekadar pelukan hangat. Hati-hati ya, karena kesepian itu bisa perlahan mengikis semangat dan bikin lo kehilangan arah.

2. Segalanya harus dikerjain sendiri, gak ada yang bisa diandalkan

Ilustrasi wanita lelah membersihkan rumah (freepik.com/freepik)
Ilustrasi wanita lelah membersihkan rumah (freepik.com/freepik)

Dulu di rumah, kalau sakit masih ada yang bikinin teh anget, atau minimal ngingetin minum obat. Di perantauan? Selamat datang di dunia di mana kamu harus self-service buat segalanya, termasuk ngurus diri kamu yang lagi lemah. Mulai dari masak, nyuci, bersihin rumah, sampai urusan administrasi yang ribet, semuanya harus kamu kelarin sendiri.

Dan jujur aja, ini capek banget. Kadang kamu ngerasa pengen banget ada seseorang yang bisa bantuin, atau minimal dengerin keluh kesah kamu. Tapi ya itu tadi, hidup di perantauan ngajarin kamu buat gak ngarepin siapa-siapa. Kamu jadi belajar buat kuat, meski dalam hati pengen banget nyerah.

3. Biaya hidup bisa tiba-tiba meledak tanpa peringatan

Ilustrasi menghitung uang (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
Ilustrasi menghitung uang (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Gak semua orang tahu kalau hidup sendiri itu sama aja kayak main game dengan level finansial tertinggi. Tiba-tiba aja listrik naik, harga bahan pokok melonjak, atau tiba-tiba kosan ngasih notice buat bayar lebih awal. Dan saat itu terjadi, kamu baru sadar bahwa nabung itu bukan pilihan, tapi kebutuhan.

Yang lebih ngeselin, kadang uang bisa habis bukan karena gaya hidup mewah, tapi karena hal-hal kecil yang gak kamu sadari. Transport, beli makan di luar karena capek masak, beli sabun, detergen, atau sekadar beli pulsa dan kuota, semua itu kalau ditotal bisa bikin dompet kamu nangis. Kalau kamu gak pinter ngatur keuangan, bisa-bisa akhir bulan makan mie instan jadi rutinitas wajib.

4. Tekanan mental datang dari banyak arah, dan gak ada yang ngejagain

Ilustrasi pria duduk sendirian (freepik.com/freepik)
Ilustrasi pria duduk sendirian (freepik.com/freepik)

Tinggal di perantauan itu berarti kamu harus kuat secara mental, karena tekanan bisa datang dari mana aja, pekerjaan, kuliah, lingkungan baru, atau bahkan ekspektasi keluarga. Kamu dituntut untuk sukses, tapi realita sering kali gak sejalan sama ekspektasi. Dan sayangnya, gak banyak yang ngerti gimana beratnya beban yang kamu tanggung sendirian.

Kadang kamu cuma pengen cerita, tapi bingung harus ke siapa. Orang rumah gak selalu ngerti, temen di sekitar juga belum tentu peka. Kamu jadi belajar untuk nyimpen semuanya sendiri, senyum di luar padahal hati kamu retak-retak. Ini bagian paling pahit yang jarang dibahas orang, jadi kuat itu ternyata sering kali berarti harus pura-pura gak apa-apa.

5. Kamu akan sadar siapa temen sejati, dan siapa yang cuma numpang lewat

Ilustrasi menenangkan teman yang bersedih (freepik.com/freepik)
Ilustrasi menenangkan teman yang bersedih (freepik.com/freepik)

Pas kamu masih di kampung halaman, punya banyak temen itu hal biasa. Tapi begitu merantau, kamu bakal tahu siapa yang bener-bener ada buat kamu. Temen yang masih nyapa walau beda kota, yang mau dengerin cerita receh kamu di tengah malam, atau yang tiba-tiba kirim makanan pas tahu kamu lagi sakit, mereka itulah yang patut kamu jaga erat.

Uniknya, kamu juga bakal ketemu orang-orang yang awalnya kamu pikir deket, tapi ternyata cuma muncul pas butuh aja. Ini pelajaran mahal, tapi berharga banget. Karena dari sini, kamu belajar menghargai relasi, menyaring energi negatif, dan lebih selektif dalam berteman. Jadi meski pahit, bagian ini justru bikin kamu tumbuh jadi versi kamu yang lebih bijak.

Hidup sendiri di perantauan itu gak segampang kelihatannya. Banyak pelajaran hidup yang cuma bisa didapetin lewat jatuh-bangun dan air mata yang gak kelihatan. Tapi dari situ juga, kita belajar jadi pribadi yang lebih kuat, mandiri, dan dewasa dalam menghadapi hidup.

Kalau kamu sedang atau akan merantau, inget ya, gak apa-apa merasa lelah atau bahkan nangis sesekali. Itu bukan tanda kamu lemah, tapi tanda kamu manusia. Dan percayalah, di balik semua pahitnya, akan selalu ada manis yang menanti di akhir perjuangan kamu. Semangat terus, pejuang perantauan!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us