ilustrasi orang bersedih (freepik.com/teksomolika)
Dilansir laman Donders Wonders, penelitian menunjukkan bahwa orang dengan PTSD memiliki perbedaan dalam fungsi dan struktur amigdala, hipokampus, dan korteks prefrontal ventromedial, yakni area yang mengatur respons terhadap stres. Inii berarti orang dengan PTSD memandang stres secara berbeda. Selain itu, trauma dapat mengubah cara seseorang membuat keputusan.
Hal ini dikaitkan dengan sebuah istilah yang disebut sebagai Bias Pavlovian, yaitu hubungan antara tindakan dan hasil, dan mempengaruhi bagaimana seseorang membuat keputusan untuk mendapatkan keuntungan atau menghindari kerugian. Namun, penyintas trauma menunjukkan bias Pavlovian yang lebih kuat.
Sebagai contoh, seseorang yang mengalami trauma karena hubungan yang buruk mungkin merasa sangat sulit untuk memulai hubungan baru. Mereka mungkin mengasosiasikan sebuah hubungan dengan rasa sakit dan pengkhianatan, sehingga mereka cenderung menghindari membangun hubungan baru, meskipun ada peluang untuk pengalaman positif. Pada akhirnya, hal ini membuat seseorang dengan PTSD kurang fleksibel dan adaptif dalam pengambilan keputusan sehari-hari.
Trauma masa lalu memang dapat mempengaruhi cara kita membuat keputusan saat ini, dari pola pikir yang terbentuk hingga reaksi impulsif yang muncul. Untuk mengatasi dampak tersebut, penting untuk pertama-tama mengenali bagaimana trauma mempengaruhi pengambilan keputusan.
Selanjutnya, melakukan terapi dengan profesional dapat membantu memproses trauma secara sehat dan mengubah pola pikir yang tidak produktif. Mengembangkan teknik koping yang efektif, seperti meditasi atau teknik relaksasi, juga dapat membantu mengelola stres dan meningkatkan fleksibilitas dalam pengambilan keputusan. Dengan langkah-langkah ini, kita dapat membuat keputusan yang lebih baik dan lebih sadar, meminimalkan dampak negatif dari trauma masa lalu.