5 Alasan Mengapa Terkadang Kita Membuat Keputusan yang akan Disesali

Setiap orang pasti pernah berada di situasi di mana keputusan yang diambil ternyata membawa penyesalan. Entah itu keputusan besar seperti memilih pekerjaan, pasangan, atau investasi, hingga keputusan kecil seperti berkata sesuatu yang tidak tepat. Setelahnya, kita sering bertanya pada diri sendiri, “Mengapa aku memilih jalan itu?” Penyesalan pun datang, membuat kita mempertanyakan kemampuan kita dalam mengambil keputusan.
Psikologi modern menjelaskan bahwa keputusan manusia tidak selalu rasional. Ada banyak faktor yang memengaruhi, mulai dari emosi sesaat, keterbatasan informasi, hingga bias kognitif yang bekerja tanpa kita sadari. Inilah yang membuat kita sering kali salah langkah, lalu menyesal setelah menyadari ada pilihan lain yang terasa lebih baik.
Mari kita telusuri beberapa alasan psikologis mengapa hal ini kerap terjadi.
1. Pengaruh emosi sesaat

Emosi memiliki peran besar dalam proses pengambilan keputusan. Ketika sedang marah, sedih, atau bahkan terlalu gembira, kita cenderung bertindak impulsif. Misalnya, membeli barang mahal karena sedang senang, atau memutuskan hubungan karena emosi sesaat. Setelah emosi mereda, barulah kita melihat bahwa keputusan itu tidak sejalan dengan keinginan jangka panjang kita.
Psikologi kognitif menyebut hal ini sebagai affect heuristic, yaitu kecenderungan otak menggunakan emosi sebagai jalan pintas dalam mengambil keputusan. Jalan pintas ini memang cepat, tetapi sering kali menyesatkan. Itulah sebabnya banyak keputusan yang lahir dari emosi akhirnya memunculkan penyesalan.
2. Bias kognitif: musuh tersembunyi dalam pikiran

Otak manusia tidak bekerja secara murni logis. Ia dipengaruhi oleh berbagai bias kognitif, distorsi dalam cara berpikir yang membuat kita menilai sesuatu secara keliru. Misalnya, confirmation bias membuat kita hanya mencari informasi yang mendukung keyakinan kita, sementara mengabaikan fakta yang bertentangan. Akibatnya, keputusan yang diambil sering tidak objektif.
Ada juga loss aversion, yaitu kecenderungan lebih takut kehilangan daripada berani mendapatkan sesuatu yang baru. Bias ini membuat kita memilih aman, meskipun pilihan itu tidak selalu yang terbaik. Hasilnya, kita menyesal karena merasa tidak cukup berani mengambil risiko.
3. Terjebak dalam tekanan sosial

Banyak keputusan yang kita ambil dipengaruhi oleh apa yang orang lain pikirkan. Fenomena social conformity menjelaskan mengapa manusia cenderung mengikuti mayoritas, meskipun pilihan itu tidak sesuai dengan hati nurani. Tekanan untuk diterima dan tidak berbeda sering membuat kita mengabaikan suara hati.
Sayangnya, keputusan yang diambil hanya untuk menyenangkan orang lain jarang membawa kebahagiaan jangka panjang. Setelah beberapa waktu, kita sadar bahwa pilihan itu tidak benar-benar milik kita, dan penyesalan pun muncul. Tekanan sosial yang kuat membuat kita sulit membedakan mana keinginan pribadi, mana sekadar tuntutan lingkungan.
4. Overthinking dan paralisis analisis

Ada kalanya penyesalan muncul bukan karena kita terlalu cepat mengambil keputusan, melainkan karena terlalu lama menimbang. Fenomena analysis paralysis terjadi ketika kita kebingungan dengan terlalu banyak opsi. Alih-alih membuat pilihan yang jelas, kita akhirnya memilih secara asal karena lelah berpikir.
Setelahnya, kita menyesal karena merasa tidak membuat keputusan yang matang. Padahal, akar masalahnya bukan kurangnya analisis, tetapi justru berlebihan dalam menganalisis. Psikologi menunjukkan bahwa semakin banyak pilihan, semakin besar pula kemungkinan kita merasa tidak puas dengan hasilnya.
5. Harapan yang tidak realistis

Banyak penyesalan juga muncul karena ekspektasi kita terlalu tinggi. Kita membuat keputusan dengan keyakinan bahwa hasilnya akan sempurna. Namun, ketika realitas tidak sesuai harapan, penyesalan pun muncul. Fenomena ini disebut impact bias, yaitu kecenderungan manusia melebih-lebihkan seberapa bahagia atau kecewa mereka di masa depan karena suatu keputusan.
Contohnya, seseorang yang yakin pekerjaan baru akan membuat hidup jauh lebih baik, lalu kecewa saat kenyataannya biasa saja. Penyesalan yang muncul sebenarnya bukan karena keputusan yang salah, melainkan karena bayangan ideal yang tidak realistis.
Itulah alasan mengapa kita sering membuat keputusan yang kita sesali. Semoga bermanfaat, ya.