Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Mengapa Terkadang Kita Membuat Keputusan yang akan Disesali

Ilustrasi alasan mengapa kita sering membuat keputusan yang kita sesali. (pexels.com/Kaboompics.com)
Ilustrasi alasan mengapa kita sering membuat keputusan yang kita sesali. (pexels.com/Kaboompics.com)

Setiap orang pasti pernah berada di situasi di mana keputusan yang diambil ternyata membawa penyesalan. Entah itu keputusan besar seperti memilih pekerjaan, pasangan, atau investasi, hingga keputusan kecil seperti berkata sesuatu yang tidak tepat. Setelahnya, kita sering bertanya pada diri sendiri, “Mengapa aku memilih jalan itu?” Penyesalan pun datang, membuat kita mempertanyakan kemampuan kita dalam mengambil keputusan.

Psikologi modern menjelaskan bahwa keputusan manusia tidak selalu rasional. Ada banyak faktor yang memengaruhi, mulai dari emosi sesaat, keterbatasan informasi, hingga bias kognitif yang bekerja tanpa kita sadari. Inilah yang membuat kita sering kali salah langkah, lalu menyesal setelah menyadari ada pilihan lain yang terasa lebih baik.

Mari kita telusuri beberapa alasan psikologis mengapa hal ini kerap terjadi.

1. Pengaruh emosi sesaat

illustrasi emosi yang tidak stabil saat dewasa (pexels.com/MART PRODUCTION)
illustrasi emosi yang tidak stabil saat dewasa (pexels.com/MART PRODUCTION)

Emosi memiliki peran besar dalam proses pengambilan keputusan. Ketika sedang marah, sedih, atau bahkan terlalu gembira, kita cenderung bertindak impulsif. Misalnya, membeli barang mahal karena sedang senang, atau memutuskan hubungan karena emosi sesaat. Setelah emosi mereda, barulah kita melihat bahwa keputusan itu tidak sejalan dengan keinginan jangka panjang kita.

Psikologi kognitif menyebut hal ini sebagai affect heuristic, yaitu kecenderungan otak menggunakan emosi sebagai jalan pintas dalam mengambil keputusan. Jalan pintas ini memang cepat, tetapi sering kali menyesatkan. Itulah sebabnya banyak keputusan yang lahir dari emosi akhirnya memunculkan penyesalan.

2. Bias kognitif: musuh tersembunyi dalam pikiran

Perempuan sedang emosi (www.cantika.com)
Perempuan sedang emosi (www.cantika.com)

Otak manusia tidak bekerja secara murni logis. Ia dipengaruhi oleh berbagai bias kognitif, distorsi dalam cara berpikir yang membuat kita menilai sesuatu secara keliru. Misalnya, confirmation bias membuat kita hanya mencari informasi yang mendukung keyakinan kita, sementara mengabaikan fakta yang bertentangan. Akibatnya, keputusan yang diambil sering tidak objektif.

Ada juga loss aversion, yaitu kecenderungan lebih takut kehilangan daripada berani mendapatkan sesuatu yang baru. Bias ini membuat kita memilih aman, meskipun pilihan itu tidak selalu yang terbaik. Hasilnya, kita menyesal karena merasa tidak cukup berani mengambil risiko.

3. Terjebak dalam tekanan sosial

Ilustrasi cara mengatasi penyesalan dengan psikologi modern. (pexels.com/cottonbro studio)
Ilustrasi cara mengatasi penyesalan dengan psikologi modern. (pexels.com/cottonbro studio)

Banyak keputusan yang kita ambil dipengaruhi oleh apa yang orang lain pikirkan. Fenomena social conformity menjelaskan mengapa manusia cenderung mengikuti mayoritas, meskipun pilihan itu tidak sesuai dengan hati nurani. Tekanan untuk diterima dan tidak berbeda sering membuat kita mengabaikan suara hati.

Sayangnya, keputusan yang diambil hanya untuk menyenangkan orang lain jarang membawa kebahagiaan jangka panjang. Setelah beberapa waktu, kita sadar bahwa pilihan itu tidak benar-benar milik kita, dan penyesalan pun muncul. Tekanan sosial yang kuat membuat kita sulit membedakan mana keinginan pribadi, mana sekadar tuntutan lingkungan.

4. Overthinking dan paralisis analisis

Ilustrasi mengapa kita sering merasa hidup orang lain lebih baik dari kita? (pexels.com/Pavel Danilyuk)
Ilustrasi mengapa kita sering merasa hidup orang lain lebih baik dari kita? (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Ada kalanya penyesalan muncul bukan karena kita terlalu cepat mengambil keputusan, melainkan karena terlalu lama menimbang. Fenomena analysis paralysis terjadi ketika kita kebingungan dengan terlalu banyak opsi. Alih-alih membuat pilihan yang jelas, kita akhirnya memilih secara asal karena lelah berpikir.

Setelahnya, kita menyesal karena merasa tidak membuat keputusan yang matang. Padahal, akar masalahnya bukan kurangnya analisis, tetapi justru berlebihan dalam menganalisis. Psikologi menunjukkan bahwa semakin banyak pilihan, semakin besar pula kemungkinan kita merasa tidak puas dengan hasilnya.

5. Harapan yang tidak realistis

Ilustrasi mengapa kita takut gagal padahal tak ada yang menghakimi? (pexels.com/Liza Bakay)
Ilustrasi mengapa kita takut gagal padahal tak ada yang menghakimi? (pexels.com/Liza Bakay)

Banyak penyesalan juga muncul karena ekspektasi kita terlalu tinggi. Kita membuat keputusan dengan keyakinan bahwa hasilnya akan sempurna. Namun, ketika realitas tidak sesuai harapan, penyesalan pun muncul. Fenomena ini disebut impact bias, yaitu kecenderungan manusia melebih-lebihkan seberapa bahagia atau kecewa mereka di masa depan karena suatu keputusan.

Contohnya, seseorang yang yakin pekerjaan baru akan membuat hidup jauh lebih baik, lalu kecewa saat kenyataannya biasa saja. Penyesalan yang muncul sebenarnya bukan karena keputusan yang salah, melainkan karena bayangan ideal yang tidak realistis.

Itulah alasan mengapa kita sering membuat keputusan yang kita sesali. Semoga bermanfaat, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us

Latest Life NTB

See More

5 Tips Mudah yang Bisa Kamu Terapkan Setiap Hari ala Stoik

19 Sep 2025, 06:00 WIBLife