ilustrasi bahagia (pexels.com/Chris F)
Saat terlalu fokus mengejar standar orang lain, kita cenderung kehilangan jati diri. Keputusan diambil bukan karena benar-benar diinginkan, tetapi lebih karena ingin diakui. Hidup terasa seperti ajang pembuktian tanpa akhir.
Merasa cukup memungkinkan seseorang menjalani hidup lebih autentik. Keputusan dibuat berdasarkan apa yang benar-benar penting, bukan sekadar mengikuti tren atau ekspektasi sosial. Hidup jadi lebih bermakna karena setiap langkah diambil sesuai dengan nilai dan tujuan pribadi.
Merasa cukup dan lapang bukan berarti berhenti berkembang, tetapi lebih ke memahami bahwa kebahagiaan tidak harus selalu datang dari pencapaian besar. Beban mental berkurang, hidup lebih tenang, dan kebahagiaan menjadi sesuatu yang lebih mudah dirasakan. Terkadang, kuncinya bukan pada mendapatkan lebih, tetapi pada bagaimana cara melihat dan mensyukuri apa yang sudah ada.