Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Mengapa Bersyukur Bisa Membuat Otak Lebih Positif

Ilustrasi alasan mengapa bersyukur bisa membuat otak lebih positif. (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi alasan mengapa bersyukur bisa membuat otak lebih positif. (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Rasa syukur sering dianggap sekadar sikap moral atau kebiasaan spiritual. Namun, psikologi modern dan ilmu saraf menunjukkan bahwa bersyukur memiliki dampak nyata pada cara kerja otak. Ketika seseorang melatih rasa syukur, otak tidak hanya mengalami perubahan emosional, tetapi juga perubahan fisiologis yang memengaruhi kesehatan mental dan fisik secara menyeluruh.

Menariknya, efek syukur tidak terbatas pada momen sesaat. Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan bersyukur secara konsisten dapat membentuk ulang jalur saraf (neuroplasticity), membuat otak lebih peka terhadap hal-hal positif. Dengan kata lain, syukur dapat melatih otak untuk melihat dunia dengan lebih optimis.

Berikut 5 alasan mengapa bersyukur bisa benar-benar mengubah otak kita.

1. Syukur mengaktifkan pusat kebahagiaan otak

Ilustrasi 10 pertanyaan aneh yang bisa mengubah cara kamu melihat hidup. (pexels.com/Igor Photography)
Ilustrasi 10 pertanyaan aneh yang bisa mengubah cara kamu melihat hidup. (pexels.com/Igor Photography)

Saat kita bersyukur, otak melepaskan neurotransmiter seperti dopamin dan serotonin, zat kimia yang berhubungan dengan perasaan bahagia dan puas. Aktivasi ini membuat otak memberi “hadiah” pada diri kita, sehingga perasaan positif lebih mudah muncul.

Efek ini mirip dengan ketika kita mendapatkan sesuatu yang menyenangkan, tetapi bedanya, syukur tidak memerlukan kondisi eksternal yang besar. Hanya dengan menyadari hal kecil yang patut disyukuri, kita sudah bisa mengaktifkan pusat kebahagiaan otak. Itulah sebabnya bersyukur menjadi cara sederhana namun efektif untuk meningkatkan suasana hati.

2. Syukur melatih otak melihat hal positif

Ilustrasi alasan mengapa bersyukur bisa membuat otak lebih positif. (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi alasan mengapa bersyukur bisa membuat otak lebih positif. (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Otak manusia memiliki negativity bias, yaitu kecenderungan lebih fokus pada hal-hal negatif demi bertahan hidup. Namun, dalam kehidupan modern, bias ini sering membuat kita mudah stres dan cemas. Syukur berfungsi sebagai penyeimbang alami karena melatih otak memperhatikan hal-hal positif yang sebelumnya terlewatkan.

Semakin sering kita menuliskan atau merenungkan hal yang disyukuri, semakin kuat jalur saraf yang berkaitan dengan pikiran positif. Proses ini disebut neuroplasticity, di mana otak membentuk koneksi baru sesuai dengan kebiasaan berpikir kita. Artinya, dengan melatih syukur, kita bisa “mengatur ulang” otak untuk lebih mudah merasa bahagia.

3. Syukur mengurangi aktivitas di bagian otak yang memicu stres

Ilustrasi aktivitas singkat untuk meredakan stres harian. (Pinterest/dailysiacom)
Ilustrasi aktivitas singkat untuk meredakan stres harian. (Pinterest/dailysiacom)

Penelitian menunjukkan bahwa praktik bersyukur menurunkan aktivitas di amigdala, bagian otak yang memicu rasa takut dan stres. Saat amigdala lebih tenang, sistem saraf parasimpatik (yang berhubungan dengan relaksasi) lebih aktif, sehingga tubuh terasa lebih rileks.

Itulah mengapa orang yang membiasakan diri bersyukur cenderung lebih tahan menghadapi tekanan hidup. Mereka bukan tidak punya masalah, tetapi respons otak mereka terhadap stres menjadi lebih terkendali. Dengan demikian, syukur berfungsi seperti perisai alami terhadap kecemasan berlebihan.

4. Syukur memperkuat hubungan sosial

ilustrasi merayakan ulang tahun bersama teman (freepik.com/freepik)
ilustrasi merayakan ulang tahun bersama teman (freepik.com/freepik)

Rasa syukur bukan hanya pengalaman internal, tetapi juga berdampak pada interaksi sosial. Saat kita mengungkapkan terima kasih, otak melepaskan oksitosin, hormon yang memperkuat rasa keterhubungan dengan orang lain. Oksitosin sering disebut “hormon cinta” karena meningkatkan kepercayaan dan kedekatan emosional.

Dengan demikian, kebiasaan bersyukur membuat hubungan sosial lebih sehat dan harmonis. Orang yang merasa dihargai juga lebih cenderung membalas dengan sikap positif. Efek ini menciptakan lingkaran kebajikan, di mana syukur memperbaiki kualitas hubungan dan hubungan yang sehat kembali memperkuat rasa syukur.

5. Syukur memberi makna pada hidup

illustrasi menyapa teman lama di jalan (pexels.com/Arina Krasnikova)
illustrasi menyapa teman lama di jalan (pexels.com/Arina Krasnikova)

Selain kebahagiaan jangka pendek, syukur juga berkaitan dengan rasa makna dalam hidup. Dalam psikologi eksistensial, syukur membantu kita melihat bahwa hidup tidak hanya tentang pencapaian besar, tetapi juga tentang menghargai hal-hal sederhana yang sering terlewat.

Otak yang terbiasa bersyukur akan lebih mudah menemukan makna bahkan dalam situasi sulit. Misalnya, seseorang yang menghadapi kegagalan bisa tetap merasa kuat karena melihat sisi lain yang patut dihargai. Inilah yang membuat syukur menjadi sumber daya psikologis penting dalam menjaga resiliensi.

Demikian 5 alasan mengapa bersyukur bisa mengubah otak kita. Semoga artikel ini bermanfaat, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us

Latest Life NTB

See More

4 Metode Orang Tibet dalam Menenangkan Pikiran

18 Sep 2025, 06:00 WIBLife