Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Faktor Penyebab Stres yang Memengaruhi Kesehatan Mental Gen Z

ilustrasi anak muda yang sedang stes (unsplash.com/Christian Erfurt)

Generasi Z merupakan generasi yang lahir antara tahun 1997 dan 2012. Gen Z tumbuh di era teknologi digital, media sosial, dan perubahan sosial yang cepat. Dengan keaadan seperti ini, Gen Z rentan menghadapi berbagai tekanan yang bisa berdampak serius pada kesehatan mental mereka.

Stres telah menjadi bagian yang sulit dihindari dalam kehidupan sehari-hari mereka. Oleh karena itu, penting untuk memahami apa saja penyebab stres di kalangan Gen Z sebelum mencari solusi menghadapinya. Yuk, simak beberapa faktor utama yang menyebabkan stres pada Gen Z.

1. Tekanan media sosial dan FOMO

ilustrasi media sosial (pexels.com/Tracy Le Blanc)

Tekanan media sosial dan fenomena Fear of Missing Out (FOMO) sangat berpengaruh pada kesehatan mental Gen Z. Dalam kehidupan yang serba digital, Gen Z selalu mendapatkan update tentang kehidupan orang lain melalui media sosial seperti Instagram, TikTok, dan X. Hal ini terkadang menciptakan tekanan untuk selalu tampil sempurna dan mengikuti gaya hidup yang ideal.

Terdapat banyak hal di internet yang menjadi tren dan bisa membuat siapapun menjadi FOMO. Ketakutan akan kehilangan momen penting ini membuat Gen Z merasa cemas jika tidak mengikuti apa yang dilakukan oleh orang lain. Dorongan untuk terus mengecek notifikasi, memperbarui status, dan mengikuti tren terbaru menciptakan tekanan yang bisa membuat Gen Z merasa stres. 

2. Tuntutan akademis dan ekspektasi yang tinggi

ilustrasi kelas kuliah (pexels.com/Yan Krukau)

Generasi Z umumnya tumbuh dalam lingkungan yang menempatkan kesuksesan akademis sebagai tolok ukur utama potensi masa depan mereka. Ekspektasi ini bukan hanya berasal dari keluarga saja, tetapi juga dari lingkungan sekolah dan masyarakat. Gen Z sering merasa bahwa mereka harus memenuhi harapan tinggi ini untuk bisa diakui dan diterima.

Selain itu, Gen Z dihadapkan pada realitas bahwa pendidikan formal saja tidak lagi cukup untuk bertahan di dunia kerja yang kompetitif. Banyak dari mereka merasa perlu mengembangkan keterampilan tambahan di luar sekolah, seperti mengikuti kursus online, magang, atau terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Hal ini dapat menyebabkan kecemasan yang berlebihan, kelelahan, dan bahkan burnout jika tidak diimbangi dengan istirahat yang cukup dan manajemen stres yang efektif.

3. Ketidakpastian di dunia kerja dan karier

ilustrasi anak muda yang sedang bekerja (unsplash.com/Tim Gouw)

Generasi Z kini mulai memasuki dunia kerja di tengah banyaknya pekerjaan yang mulai tergantikan oleh teknologi. Generasi ini harus menghadapi pasar kerja yang cepat berubah dan penuh dengan ketidakpastian, terutama dengan perkembangan teknologi yang pesat disertai ketidakstabilan perekonomian global. Selain itu, mereka sering kali merasa tertekan untuk segera menemukan pekerjaan yang sesuai dengan passion dan keterampilan mereka, sehingga dapat menambah beban mental.

Rasa takut akan kegagalan dan ketidakpastian tentang masa depan karier dapat menyebabkan kecemasan dan stres berkepanjangan. Gen Z sering kali merasa harus cepat sukses dan mencapai stabilitas keuangan dalam waktu singkat, yang merupakan target yang sulit dicapai di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif. Mereka juga menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan antara kehidupan profesional dan pribadi, mengingat tekanan untuk selalu produktif.

4. Biaya hidup yang semakin tinggi

ilustrasi mengumpulkan uang (pexels.com/Karolina Kaboompics)
ilustrasi mengumpulkan uang (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Generasi Z menghadapi tantangan finansial yang belum pernah dialami generasi sebelumnya. Mulai dari biaya pendidikan, properti, hingga kebutuhan sehari-hari yang terus melonjak secara signifikan. Hal ini membuat mereka khawatir tentang kemampuan mereka untuk mencapai stabilitas finansial atau mandiri secara ekonomi.

Tekanan ini sangat besar terutama oleh mereka yang baru memasuki dunia kerja dengan pendapatan yang belum stabil, sehingga sulit untuk menabung atau merencanakan masa depan. Mereka merasa harus segera mencapai stabilitas keuangan, namun sering kali dihadapkan pada gaji yang tidak sebanding dengan biaya hidup yang terus naik.

Semua ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka, karena mereka merasa terjebak dalam siklus yang sulit untuk diatasi tanpa dukungan ekonomi yang kuat atau rencana keuangan yang matang.

Gen Z harus menghadapi berbagai tantangan yang kompleks hingga memengaruhi kesehatan mental mereka. Penting bagi Gen Z untuk mendapatkan dukungan yang memadai, baik dari keluarga, lingkungan sosial, maupun kebijakan pemerintah yang memahami kebutuhan mereka. Selain itu, penting untuk Gen Z memerhatikan keseimbangan hidup dan kesehatan mental untuk bisa menghadapi tekanan dengan lebih baik.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Theodore Siagian
EditorTheodore Siagian
Follow Us