10 Momen Paling Menguras Emosi di One Piece

One Piece bukan hanya petualangan bajak laut yang dipenuhi aksi, humor, dan kekuatan super, tetapi juga merupakan kisah yang sarat dengan emosi mendalam. Eiichiro Oda, sang kreator, dikenal piawai memainkan perasaan pembacanya lewat pembangunan karakter yang kuat, cerita latar yang menyentuh, dan pengorbanan yang tak terlupakan. Banyak momen dalam anime ini yang berhasil membuat penggemarnya menangis, terdiam, atau bahkan merinding karena begitu mengena di hati.
Dalam artikel ini, penulis akan mengenang kembali momen-momen paling menguras emosi dalam One Piece. Momen-momen yang membuat hati penonton hancur, namun sekaligus memperkuat rasa cinta terhadap cerita dan karakter-karakternya. Siapkan hati, karena setiap titik kisah ini akan membawa kamu pada luka, cinta, harapan, dan kehilangan yang membentuk dunia One Piece menjadi sangat manusiawi dan abadi.
Berikut 10 momen paling menguras emosi di One Piece.
1. Kematian Going Merry
Salah satu momen paling memilukan bukan berasal dari kematian karakter, melainkan dari perpisahan kru Topi Jerami dengan kapal pertama mereka, Going Merry. Setelah melalui berbagai petualangan dan menyelamatkan nyawa kru berkali-kali, kapal tua itu akhirnya tidak bisa berlayar lagi. Saat kapal itu terbakar dalam upacara perpisahan, ia “berbicara” kepada Luffy dan menyampaikan terima kasihnya.
Yang membuat adegan ini begitu menyentuh adalah bagaimana Oda berhasil menggambarkan Going Merry seolah-olah ia adalah bagian dari kru. Kita sebagai penonton diajak merasakan bahwa kapal bukan sekadar alat transportasi, tetapi teman sejati yang telah berkorban. Tidak sedikit penggemar yang menangis menyaksikan perpisahan ini.
2. Kematian Ace di Marineford
Momen klimaks dari Perang Marineford adalah kematian Portgas D. Ace. Setelah semua usaha Luffy dan sekutunya untuk menyelamatkannya, Ace akhirnya tewas di pelukan Luffy akibat serangan Admiral Akainu. Yang paling memilukan adalah kata-kata terakhir Ace yang mengungkapkan betapa ia bahagia karena merasa dicintai.
Tragedi ini meninggalkan luka dalam yang tak hanya dirasakan oleh Luffy, tetapi juga oleh para penonton. Jeritan Luffy yang mengguncang langit, serta ketidakberdayaannya di tengah peperangan besar, menggambarkan betapa mahalnya harga yang harus dibayar untuk kebebasan. Momen ini menjadi titik balik emosional paling kuat dalam seri.
3. Kisah hidup Nico Robin dan teriakan "Aku ingin hidup!"
Robin memiliki masa lalu yang tragis sejak kecil. Dia dicap sebagai ancaman karena bisa membaca Poneglyph, dan seluruh desanya, Ohara, dihancurkan oleh Buster Call Pemerintah Dunia. Ia tumbuh dalam pelarian dan selalu merasa tak berhak hidup atau dicintai, hingga akhirnya bergabung dengan Topi Jerami.
Puncak emosionalnya terjadi di Enies Lobby, saat Robin akhirnya menyatakan keinginannya untuk hidup, teriakan “Aku ingin hidup!” kepada Luffy dan kru lainnya yang berjuang menyelamatkannya. Adegan ini menyentuh banyak hati karena menunjukkan perubahan Robin dari seseorang yang menyerah pada nasib menjadi seseorang yang ingin bertahan demi orang-orang yang mencintainya.
4. Kematian Corazon dan pengorbanannya untuk Law
Donquixote Rosinante, atau Corazon, adalah sosok penyayang yang diam-diam berusaha menyelamatkan anak-anak dari penderitaan, termasuk Trafalgar Law. Meskipun berasal dari keluarga jahat, ia justru menjadi pahlawan dalam hidup Law. Saat Law menderita penyakit mematikan, Corazon mencurahkan seluruh hidupnya untuk mencari obat dan menyelamatkannya dari cengkeraman Doflamingo.
Pengorbanannya berakhir tragis saat ia mati demi melindungi Law, meninggalkan pesan yang tak pernah tersampaikan langsung. Kisah mereka membentuk masa depan Law sebagai bajak laut, namun juga menyisakan luka emosional yang dalam. Adegan kematiannya diiringi tangisan sunyi dan harapan yang tertinggal, menjadi salah satu kisah paling menyayat hati.
5. Perpisahan Sanji dan Zeff
Sanji mungkin dikenal sebagai koki flamboyan, tapi masa lalunya penuh luka. Saat masih kecil, ia terjebak di laut bersama Zeff, mantan bajak laut yang menyelamatkannya. Zeff rela memotong kakinya sendiri demi memberi Sanji makanan, lalu merawat dan membesarkannya di Baratie. Meski sering bertengkar, hubungan mereka sangat erat seperti ayah dan anak.
Momen ketika Sanji harus meninggalkan Baratie dan berpamitan dengan Zeff, diwarnai dengan isak tangis yang tertahan dan saling gengsi. Perpisahan itu penuh makna: Sanji akhirnya mengejar mimpinya ke All Blue, sementara Zeff melepasnya dengan bangga, meski hatinya berat. Keheningan dan ekspresi dalam adegan ini menjadikannya sangat emosional.
6. Perpisahan Luffy dan Vivi
Putri Vivi dari kerajaan Alabasta pernah menjadi bagian dari kru Topi Jerami dalam petualangan panjang mereka. Meski bukan kru resmi, ikatan emosionalnya sangat kuat. Namun, saat krisis Alabasta berakhir, Vivi memutuskan untuk tetap bersama rakyatnya dan tidak ikut berlayar bersama Luffy dan kawan-kawan.
Yang membuat adegan ini mengharukan adalah cara mereka berpamitan. Karena mereka diburu oleh angkatan laut, Luffy dan kru tidak bisa memeluk atau bersuara. Sebagai gantinya, mereka semua mengangkat tangan dengan simbol X di pergelangan mereka, tanda pertemanan yang abadi. Tanpa kata, tapi penuh makna.
7. Flashback Brook dan lagu “Binks no Sake”
Brook, musisi tengkorak yang jenaka, ternyata memiliki masa lalu yang amat pilu. Ia pernah menjadi bagian dari kru bajak laut Rumbar, yang perlahan satu per satu tewas karena racun. Dalam upaya menghibur diri di tengah kematian yang pasti, mereka menyanyikan lagu “Binks no Sake” bersama hingga akhir hayat.
Brook, yang memiliki kekuatan buah iblis Yomi Yomi no Mi, kembali hidup sebagai tengkorak. Namun ia harus hidup sendiri selama puluhan tahun di kapal hantu, mengenang suara tawa dan nyanyian teman-temannya yang telah pergi. Lagu yang terdengar ceria ini justru mengiringi salah satu adegan paling menyedihkan dan sunyi dalam seri.
8. Perpisahan Franky dengan Going Merry dan masa lalu Tom
Franky dikenal sebagai karakter keras kepala dan penuh semangat, tapi latar belakangnya tragis. Ia dibesarkan oleh Tom, seorang tukang kapal legendaris yang menciptakan kapal Raja Bajak Laut Gol D. Roger. Ketika Tom dikorbankan oleh Pemerintah Dunia demi melindungi Water 7, Franky merasa gagal melindunginya.
Tangisan Franky di depan Tom, serta keputusannya untuk mengubah dirinya menjadi cyborg, menunjukkan bagaimana kehilangan membentuk dirinya. Perpisahannya dengan Going Merry juga menjadi salah satu momen emosional, karena ia menyadari arti kapal bagi para kru. Ia akhirnya bertekad menciptakan kapal yang akan membawa mereka ke akhir dunia.
9. Perjuangan Kuina dan janji Zoro
Zoro memiliki impian menjadi pendekar pedang terkuat di dunia, dan dorongan itu berasal dari janji masa kecilnya kepada Kuina, rival sekaligus teman dekatnya. Kuina adalah gadis yang lebih unggul dari Zoro, namun merasa tertekan karena dunia tidak memberi tempat bagi pendekar wanita.
Setelah kematian tragis Kuina, Zoro mengambil pedangnya dan bersumpah akan mewujudkan impian mereka berdua. Meski jarang diperlihatkan emosinya, adegan ini membentuk dasar karakter Zoro sebagai sosok yang setia pada janji dan cita-cita. Kuina mungkin terlupakan oleh dunia, tapi tidak oleh Zoro, dan juga tidak oleh para penggemar.
10. Teriakan Luffy setelah kekalahan di Sabaody
Setelah menghadapi Kizaru, Kuma, dan Pacifista di Kepulauan Sabaody, kru Topi Jerami terpisah satu per satu. Luffy yang selama ini kuat dan optimis, akhirnya mengalami kekalahan mutlak, tak bisa menyelamatkan satupun krunya. Ia berteriak di tengah hutan, menangis sejadi-jadinya, mengungkapkan betapa ia merasa tidak berdaya sebagai kapten.
Momen ini sangat kuat karena menunjukkan sisi manusiawi Luffy. Ia bukan pahlawan tak terkalahkan, tapi pemuda yang kehilangan orang-orang yang paling ia sayangi. Jeritannya menjadi salah satu adegan paling memilukan yang menandai titik balik pertumbuhan Luffy sebelum time skip.
One Piece adalah cerita besar yang dibangun dari momen-momen kecil yang sarat makna. Setiap tawa dan pertempuran diimbangi dengan kehilangan dan luka yang membentuk karakter-karakternya menjadi begitu nyata. Inilah yang membuat One Piece bukan sekadar anime petualangan, melainkan kisah yang tumbuh bersama penontonnya, mengajarkan arti keluarga, pengorbanan, dan harapan dalam setiap episode.
Demikian 10 momen paling menguras emosi di One Piece.