7 Tips Menghadapi Anak yang Banyak Bertanya, Gak Perlu Pusing!

Anak-anak biasanya memang sering bertanya soal apa saja. Hal ini wajar karena mereka umumnya memang dipenuhi rasa ingin tahu. Tapi sering kali pertanyaan yang dilontarkan terus menerus tanpa henti. Ketika orang tua sudah mencoba menjelaskan, ternyata jawaban tersebut malah memancing pertanyaan berikutnya.
Lucunya lagi, pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa muncul kapan saja, bahkan di saat yang tidak terduga. Nah, sebagai orangtua, kita mungkin merasa kewalahan menghadapinya. Tetapi sebenarnya, hal ini adalah kesempatan emas untuk membantu anak belajar dan tumbuh.
Jadi, bagaimana cara bijak menghadapi anak yang banyak bertanya? Berikut tujuh tips yang layak dicoba untuk menghadapi anak yang banyak bertanya.
1. Hargai rasa ingin tahunya

Pertama-tama, penting untuk menghargai rasa ingin tahu anak. Alih-alih merasa terganggu, cobalah melihat pertanyaan mereka sebagai bentuk eksplorasi dan ekspresi mereka, atau malah usaha mereka dalam proses memahami dunia.
Saat anak bertanya, walaupun kita belum memiliki jawabannya, tetapi ada baiknya memberikan respons yang positif seperti, "Pertanyaan yang bagus," atau, "Menarik banget, Papa/ Mama juga pengin tahu." Hal ini akan membuat anak merasa dihargai dan lebih percaya diri untuk terus belajar.
Menolak atau mengabaikan pertanyaan anak bisa menurunkan semangat mereka untuk mencari tahu. Bahkan mungkin menghilangkan rasa percaya diri untuk mengekspresikan pikiran-pikiran mereka. Oleh karena itu, jadikan momen ini sebagai kesempatan untuk membangun hubungan emosional.
Dengan menghargai rasa ingin tahunya, orang tua sedang mengajarkan kepada anak bahwa belajar adalah hal yang menyenangkan.
2. Jawab dengan jujur dan sederhana

Gunakanlah jawaban yang sesuai dengan usia dan kemampuan anak agar mereka lebih mudah memahaminya. Misalnya, jika anak bertanya, "Kenapa kok pesawat bisa terbang?" Orang tua bisa menjelaskan dengan sederhana, "Pesawat bisa terbang karena ada mesin yang mendorong pesawat ke atas."
Orangtua juga bisa menggunakan jawaban yang lebih sederhana jika anak belum cukup paham, atau sebaliknya jawaban yang lebih kompleks tetapi tidak cukup rumit untuk membantu anak menyerap informasi tersebut.
Jika orang tua kesulitan karena tidak mengetahui jawabannya, jangan ragu untuk mengakuinya. Misalnya dengan mengatakan, "Wah, Papa/ Mama juga belum tahu tentang itu. Yuk, kita cari tahu sama-sama."
Sikap ini tak hanya membuat anak merasa nyaman, tetapi juga mengajarkan anak bahwa tidak apa-apa untuk belajar dari berbagai sumber, dan bahkan orang dewasa seperti orangtua pun masih terus belajar.
3. Dorong anak untuk berpikir kritis

Orang tua juga bisa menggali critical thinking anak dengan mengajak merkea berpikir lebih jauh tentang pertanyaan yang mereka ajukan. Alih-alih langsung menjawab, cobalah kembalikan pertanyaan tersebut kepada mereka.
Contoh, ketika anak bertanya "Kenapa ya daun jatuh ke tanah?" Orangtua bisa balik bertanya, "Menurut kamu, kenapa bisa begitu?" Dengan cara tersebut, orangtua tengah melatih anak untuk mengembangkan pola pikir kritis dan berusaha menemukan jawabannya sendiri.
Diskusi seperti ini tidak hanya membantu anak berpikir mandiri tetapi juga memperkuat hubungan antara orang tua dan anak. Ketika mereka menemukan jawaban sendiri, rasa percaya diri mereka meningkat, dan mereka belajar bahwa proses berpikir sama pentingnya dengan menemukan jawaban.
Menariknya, orangtua bahkan bisa menemukan kerangka berpikir anak yang luar biasa.
4. Tetapkan batas waktu

Kadang-kadang, pertanyaan anak bisa datang bertubi-tubi hingga membuat orang tua kewalahan. Apalagi jika anak adalah tipikal dominan yang menuntut jawaban segera, atau memaksa agar orang tua bisa memberikan jawaban yang diinginkan. Untuk mengatasi hal tersebut, orang tua dapat menetapkan waktu khusus untuk berdiskusi.
Misalnya, tetapkan waktu di malam hari setelah makan malam, atau di sela-sela waktu belajar. Dengan cara ini, orang tua tetap menunjukkan minat tanpa merasa terlalu terbebani.
Batas waktu ini juga mengajarkan anak tentang pengaturan waktu dan kesabaran. Mereka belajar bahwa tidak semua hal bisa dijawab segera, tetapi pertanyaan mereka tetap akan diperhatikan. Yang perlu orang tua pastikan adalah, jika sudah berjanji untuk menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh anak, maka perlu untuk menepati janji tersebut agar anak tetap merasa dihargai.
5. Gunakan media pendukung

Jika pertanyaan anak terlalu kompleks untuk dijelaskan hanya dengan kata-kata, gunakanlah media atau alat bantu seperti buku cerita, video, atau mainan interaktif yang bisa membantu orang tua untuk menjelaskan dengan lebih mudah. Contohnya, ketika anak bertanya tentang sistem tata surya, orang tua bisa menunjukkan video pendek atau menggunakan model planet untuk membantu anak memahami konsep jawaban yang diberikan.
Media dan alat bantu sendiri tidak hanya membuat pembelajaran menjadi lebih menarik, tetapi juga memperkuat pemahaman anak. Anak cenderung lebih mudah mengingat sesuatu yang mereka lihat dan rasakan daripada yang hanya mereka dengar. Dalam pembelajaran, hal ini sering disebut sebagai belajar dengan materi konkret.
6. Ajak anak melakukan eksperimen atau pengamatan

Pertanyaan yang berkaitan dengan fenomena alam atau sains sering kali bisa dijelaskan dengan eksperimen sederhana. Misalnya, jika anak bertanya, "Kenapa es bisa mencair?" Orang tua bisa mengajak anak mengamati proses mencairnya es di suhu ruangan. Aktivitas ini membuat mereka belajar dengan cara yang lebih menyenangkan dan praktis.
Jika tidak memungkinkan melakukan eksperimen, ajak anak mengamati langsung obyek yang berkaitan dengan pertanyaan atau tengah menjadi minat mereka. Misalnya, ajak anak ke kebun binatang jika mereka memiliki banyak pertanyaan tentang hewan. Saat melakukan pengamatan, anak tidak hanya mendapatkan jawaban tetapi juga pengalaman berharga yang sulit dilupakan.
7. Sabar dan tetaplah tenang

Saat menghadapi rentetan pertanyaan, kesabaran adalah kunci. Ingatlah bahwa rasa ingin tahu anak adalah bagian dari proses belajar yang sangat penting. Jangan merasa terganggu atau kesal, karena ini adalah cara mereka memahami dunia di sekitarnya. Ketika orang tua tetap tenang, anak akan merasa nyaman untuk terus bertanya.
Sikap orangtua yang positif akan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, di mana anak merasa aman untuk mengemukakan pikiran dan pertanyaannya.
Pertanyaan yang tak ada habisnya dari anak mungkin melelahkan, tetapi ini adalah salah satu cara mereka belajar dan berkembang. Dengan menjawabnya dengan sabar, jujur, dan kreatif, orang tua sedang membentuk anak menjadi pribadi yang percaya diri, kritis, dan cinta belajar.
Jadi, jika lain kali anak bertanya tentang sesuatu, lihatlah hal ini sebagai peluang emas untuk mendukung perjalanan mereka dalam memahami dunia. Bukankah itu momen yang luar biasa? Dukung mereka dan jadilah wadah untuk menampung rasa penasaran tersebut dengan cara yang positif.