Kisah Munjizun, Anak Gembala dari Lombok Raih Gelar Doktor di Amerika

Munjizun tak pernah menyangka dapat meraih gelar doktor

Mataram, IDN Times - Nama Ahmad Munjizun sedang viral di media sosial. Mahasiswa asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu berhasil meraih gelar doktor di Negeri Paman Sam, North Carolina State University, Amerika Serikat.

Ahmad Munjizun lahir di Desa Batunyala, Kecamatan Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah, NTB. Ia merupakan alumni S1 Fakultas Peternakan Universitas Mataram (Unram). Kemudian melanjutkan studi S2 melalui beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) ke University of Queensland, Australia. Pada 2019, Munjizun melanjutkan studi S3 ke North Carolina State University, Amerika Serikat.

"Aku bangga dibesarkan sebagai anak gembala," kata Munjizun pada caption video yang diunggah di akun TikTok @ahmad_munjizun dikutip IDN Times, Minggu (28/5/2023).

Dalam video yang viral di media sosial tersebut, Munjizun terlihat menyampaikan kesan dan pesan di atas podium saat acara wisuda doktoral di North Carolina State University, Amerika Serikat. Munjizun menceritakan dirinya memelihara hewan seperti kuda dan sapi sejak masih bocah. Aktivitas ini biasanya disebut sebagai ngaret sampi di Lombok.

"Sebagai seorang bocah, aku tumbuh memelihara hewan. Kuda poni dan sapi," tuturnya.

1. Munjizun meneteskan air mata di atas podium

Kisah Munjizun, Anak Gembala dari Lombok Raih Gelar Doktor di AmerikaAhmad Munjizun menyampaikan pesan dan kesan saat wisuda doktoral di North Carolina State University Amerika Serikat. (Tangkapan layar)

Munjizun tak kuasa menahan tangis di atas podium. Ia meneteskan air mata dan berterima kasih kepada kedua orang tuanya, dan keluarga yang ada di Lombok. Ia mengatakan selama kuliah di Amerika Serikat, ia tinggal jauh dari keluarga. Tetapi, dirinya punya banyak teman di Amerika Serikat yang dianggap sebagai keluarga.

"Aku tidak punya keluarga di sini (Amerika Serikat). Tapi aku punya teman-teman yang aku anggap keluargaku sendiri. Terima kasih atas pundak kalian, untukku menangis saat aku down. Aku tahu bahwa laki-laki tidak semestinya menangis. Tapi saat ini aku ingin menangis," kata Munjizun sambil menghapus air matanya.

Baginya, keberhasilan meraih gelar doktor di Amerika Serikat tidak terlepas dari dukungan kedua orang tuanya. Meskipun orang tuanya tidak hadir saat acara wisuda.

"Ibu dan ayahku dan semua saudaraku, keluargaku terima kasih banyak telah mendukungku, dan mengantarkanku sampai titik ini dan menjadikanku diriku hari ini. Tanpa kalian aku tidak akan berada di sini hari ini," ucapnya.

Baca Juga: Ditawarkan Pemerintah Pusat, ASN Pemprov NTB Ogah Pindah ke IKN  

2. Awalnya tidak bisa berbahasa Inggris

Kisah Munjizun, Anak Gembala dari Lombok Raih Gelar Doktor di AmerikaAhmad Munjizun (facebook.com/Jizun Sang Pembelajar)

Munjizun juga mengungkapkan dirinya tidak menyangka lulus kuliah di luar negeri. Karena awalnya, dia tidak bisa berbahasa Inggris. Namun berkat kerja keras dan kegigihan, ia berhasil meraih gelar doktor di Negeri Paman Sam.

"Hari ini adalah satu bukti bahwa kerja keras dan kegigihan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan semakin baik. (Kerja keras dan kegigihan) menghasilkan sesuatu yang kamu tidak pernah bayangkan dalam hidupmu," ungkapnya.

3. Tidak pernah mendambakan gelar

Kisah Munjizun, Anak Gembala dari Lombok Raih Gelar Doktor di AmerikaAhmad Munjizun foto bersama dosennya di North Carolina State University Amerika Serikat. (facebook.com/Jizun Sang Pembelajar)

Munjizun mengatakan wisuda adalah satu acara yang menandakan tersematnya satu gelar dan berakhirnya masa studi. Mendapatkan gelar tertentu mungkin penting. Bahkan ada juga yang mengatakan memiliki gelar doktor itu keren. Tetapi, menurut Munjizun, sebenarnya yang lebih penting adalah apa yang bisa dilakukan setelah mendapatkan gelar itu.

"Sebetulnya, aku tidak pernah terlalu mendambakan gelar apapun. Aku lanjut kuliah ke jenjang S2 dan S3 bukan karena aku merasa pintar, tidak juga karena aku sangat terpikat dengan gelar. Aku terus sekolah karena aku menikmati proses sebagai mahasiswa. Kehidupan kampus menawarkan suasana yang tidak akan pernah bisa dicari di tempat lain di manapun," katanya.

Munjizun melanjutkan bahwa kegiatan akademik yang menggambarkan hidup yang penuh dengan rasa penasaran atau wonder' kehangatan pertemanan yang tak pernah bisa dibeli dengan uang. Serta lika-liku kehidupan yang penuh dengan tantangan dan peluang baru. Semuanya adalah bagian dari memori yang tak akan pernah menua.

"Memang tidak selalu mudah, tapi setiap kesulitan selalu ada jalan keluarnya, meski kadang harus terbayar dengan peluh dan tantangan rasa cemas akan ketidaktentuan. Sebagai mahasiswa, aku bukan orang yang sempurna. Ups and downs selalu hadir sebagai satu keniscayaan," terangnya.

Munjizun menceritakan ia masuk bangku kuliah pada 2009 di Fakultas Peternakan Unram. Kemudian ia mendapatkan beasiswa S2 dan S3 ke Australia dan Amerika Serikat.

"Mungkin ini saatnya aku menginjakkan kaki dan melaju dengan langkah pasti di sebuah daratan pengabdian," ucapnya.

Baca Juga: Ruas Jalan Lembar - Pelabuhan Gili Mas Ditargetkan Mulus Akhir 2023 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya