Ilustrasi diskalkulia pada anak. (Pinterest/Educahogar)
Dikslakulia termasuk suatu keadaan ketika anak memiliki kesulitan belajar spesifik, khususnya di bidang matematika. Biasanya, anak lemah dalam kemampuan persepsi sosial, lemah dalam konsep arah dan waktu, dan memiliki gangguan memori. Anak mengalami kesulitan dalam membedakan bentuk geometrik, simbol, konsep angka, sulit menghafal penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian secara cepat.
Menurut Sylvia Farnham, ada 4 tipe diskalkulia pada anak, diantaranya adalah:
Tipe 1. Lemah dalam logika
Anak tidak mampu untuk menjelaskan tentang suatu bentuk dan ukuran segitiga pengaman. Dia tidak mampu membedakan ukuran dan sulit menjelaskan ukuran bangunan segitiga, baik panjang dan lebarnya.
Kelemahan di bidang logika ini juga ditunjukkan ketika anak menulis hasil penjumlahan, misalnya menulis 1029 dengan 129 atau kadang menulis 1029 dengan 1000 29 (sesuai dengan ucapan, yaitu seribu dua puluh sembilan), tanpa memperhatikan bentuk hubungan yang signifikan.
Anak juga sering kesulitan dalam melihat kalender dan jam, serta kesulitan dalam menulis dan menggambar angka.
Tipe 2. Lemah dalam perencanaan
Anak dengan tipe ini tidak mampu untuk menganalisis suatu kondisi permasalahan yang sederhana. Akibatnya, anak kesukaran dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Tipe 3. Tekun dalam tugas
Anak menunjukkan ketekunan dalam tugas, tetapi selalu salah.
Tipe 4. Ketidakmampuan untuk menghitung sederhana
Anak tidak mampu untuk menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, dan membagi soal-soal yang sederhana. Sebagai contoh, menjumlahkan soal 19+16=…. Cara mengerjakannya: 1+1= 2, kemudian 9+6=15, ditulis 215.