Lagu ini menceritakan tentang kebiasaan muda mudi Suku Sasak di zaman dahulu, yang kerap bertemu, bahkan bertukar pantun di saat musim panen. Sebab, di zaman dahulu, pertemuan antara wanita dan pria susah terjadi, kecuali ketika ada acara tertentu.
Di mana, kesempatan ini kemudian digunakan sebagai ajang pendekatan muda mudi.
Tidak jarang, kisah cinta tersebut kemudian berakhir di pelaminan, dengan di acarakan secara besar-besaran.
Namun sayang, di momen ini pulalah yang menghasilkan banyak janda dan anak yang terlantar, sebab menikah hanya karena nafsu belaka, tanpa memikirkan masa depan.
Di mana, dalam lagu dikisahkan, pernikahan berakhir di musim paceklik, yang menyebabkan kesusahan ekonomi, dan menyebabkan pertengkaran suami istri.
Di akhir lagu, pencipta lantas menyelipkan sedikit nasihat agar hal tersebut tidak menjadi kebiasaan.
Meski bercerita tentang kesedihan, tetapi lagu ini tetap memberikan nasehat yang bagus. Terlebih bagi pasangan muda-mudi yang hendak menjalin hubungan serius.
Di sini kamu juga bisa mempelajari budaya Sasak guys. Sebab lagu ini berlatar belakang budaya Sasak nih. Yuk nyanyi sama-sama!