Menyelami Tradisi Maulid Adat Bayan dari Lombok Utara
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Lombok Utara, IDN Times - Tradisi Maulid Adat Bayan di Lombok Utara Nusa Tenggara Barat (NTB) digelar selama dua hari. Pada hari pertama, warga menyiapkan bahan makanan dan perbekalan untuk upacara “Kayu Aiq”. Pada hari kedua, mereka melaksanakan doa dan makan bersama di Masjid Kuno Bayan.
Desa-desa seperti Loloan, Anya, Sukardana, Senaru, Karang Bajo, dan Bayan turut berpartisipasi dalam Parade Maulid Adat Bayan. Semua desa ini merupakan bagian dari masyarakat adat Bayan.
Bayan dikenal sebagai pintu gerbang Islam di Lombok. Masjid Bayan Kuno, yang dibangun pada abad ke-16, merupakan saksi sejarah penyebaran agama Islam oleh Wali Songo. Perkembangan agama Islam di Bayan juga ditandai dengan perpaduan budaya antara adat Sasak dan Islam.
Di sekitar masjid, terdapat beberapa makam leluhur yang menyebarkan Islam, seperti Makam Gauz Abdul Razak (Makam Reaq), Makam Titik Masi Penghulu, Makam Titik Mas Penghulu, Makam Sesait, Makam Karang Salah, dan Makam Desa Anyar.
1. Penentuan tanggal
Perayaan Maulid di Lombok mengikuti perhitungan khusus yang dikenal sebagai Sareat (Syari’at). Prosesi Maulid Adat Bayan dilaksanakan dua hari setelahnya, tepatnya pada tanggal 14-15 Rabi`ul Awal.
Pada pagi hari pertama, masyarakat adat Bayan berkunjung ke Kampu (desa asal mereka) untuk mengantarkan hasil panen kepada Inan Menik sebagai ungkapan terima kasih atas keberkahan panen tersebut.
Inan Menik kemudian mengolah hasil panen ini untuk dihidangkan kepada Kyai, Penghulu, dan tokoh adat pada hari utama perayaan Maulid Adat. Dalam upacara adat yang disebut "menyembek", Inan Menik akan menandai dahi warga dengan mamaq (sirih). Selain itu, warga akan membersihkan Balen Unggun (tempat sekam/dedak), Balen Tempan (tempat alat penumbuk padi), dan Rantok (tempat menumbuk padi) sebagai bagian dari persiapan perayaan.
2. Tradisi menumbuk padi dengan irama
Upacara dilanjutkan dengan membersihkan Gendang Gerantung dan beberapa warga menjemput Gamelan Gerantung. Setibanya di sana, akan diadakan upacara penyambutan dengan penataan Lekes Buaq atau sirih dan pinang sebagai tanda dimulainya rangkaian kegiatan Mulud Adat. Sekitar pukul 15.30, para wanita mulai menumbuk padi dengan irama yang berasal dari alat musik tempan yang terbuat dari bambu panjang.
Padi yang dihaluskan dalam lesung seukuran perahu yang disebut menutu. Pada saat yang sama, gamelan ditampilkan untuk mengiringi ritual mencari bambu tutul guna membuat umbul-umbul atau Penjor yang akan dipasang di pojok Masjid Kuno Bayan atau dinamai Pemasangan Tunggul. Untuk sesi ini hanya dijalankan oleh kau madam dengan panduan pemangku asat atau Melokaq Penguban setelah mendapat restu dari Inan Menik.
3. Ada presean
Malam Maulid Adat Bayan dipenuhi dengan berbagai aktivitas menarik. Ketika para pemain gamelan memasuki masjid, mereka menghiasi ruangan masjid kuno dengan simbol-simbol bermakna. Upacara ini dimulai dengan pertunjukan tradisional berupa pertarungan antara dua pria yang memegang pemukul rotan atau Temetian dan perisai kulit sapi.
Permainan ini disebut Presean dan biasanya dimainkan oleh Pepadu (ahli dalam pertarungan ini). Namun, pada kesempatan Maulid Adat, semua orang dipersilakan untuk bertarung. Setelah pertandingan, para peserta dari kedua belah pihak saling meminta maaf sebagai bagian dari tradisi.
Selanjutnya, diadakan prosesi berugag agung, yaitu diskusi atau cerita tentang berbagai topik.
Itulah sekilas tentang Tradisi Maulid Adat Bayan. Pengunjung dapat menyaksikan prosesi adat ini saat libur Maulid Nabi Muhammad.
Baca Juga: Info Rute dan Lokasi Bukit Pergasingan di Lombok Timur