Cara Memakai Pakaian Adat Sambolo Suku Mbojo

Penggunaan untuk bangsawan dan rakyat biasa berbeda

Bima, IDN Times - Baju adat khususnya milik masyarakat Suku Bima atau Duo Mbojo memang tidak terlepas dari adanya pengaruh kerajaan Islam yang cukup tersohor kala itu. Sehingga adanya pakaian adat tidak jauh karena pengaruh sejarah perkembangan Islam pada masa lalu.

Suku Mbojo terkenal dengan kepemilikan pakaian adat Rimpu yang digunakan untuk perempuan, juga terdapat Sambolo dikenakan para pria. Sambolo adalah bentuk ikat kepala yang bahan pembuatannya dari kain tenun dengan motif kain mirip sarung songket atau songke.

1. Kelengkapan pakaian adat

Cara Memakai Pakaian Adat Sambolo Suku MbojoPakaian adat Suku Mbojo bernama Sambolo (alanmalingi.wordpress.com)

Pakaian adat yang digunakan oleh pria Mbojo ini mengenakan jas putih dan destar songket. Bagian kancing baju menggunakan bahan perunggu ataupun perak, sedangkan untuk para bangsawan tinggi mengenakan kancing berbahan emas.

Sebutan Sambolo lebih sering dikenal dengan Destar dari songket atau songke yang berwarna dasar merah tua dan hitam, pada bagian bawah menggunakan celana hitam ataupun sarung. Penggunaan sarung dengan memiliki motif dan warna yang beragam seperti halnya rebung (kakando), pado waji (jajar genjang) dengan hiasan sulaman benang emas serta perak, namun sekarang ragamnya sudah banyak.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Dende Bunti Mone, Salah Satu Keindahan dari Bima

2. Cara memakai sambolo atau destar

Cara Memakai Pakaian Adat Sambolo Suku MbojoPakaian adat Suku Mbojo bernama Sambolo (ragamindonesiatimur)

Pada umumnya Sambolo digunakan dengan berdasarkan status sosial pemakaian. Dengan demikian terdapat 2 cara untuk memakai Sambolo. Berikut ini cara pemasangan Sambolo dengan 2 bentuk:

1. Toho Leme: Baju Adat Sambolo
Salah satu pemasangan dengan bentuk kerucut. Pada bagian depan dipasang dengan bentuk kerucut, posisinya miring ke arah kanan. Pemasangan dalam bentuk Toho Leme biasanya digunakan oleh para bangsawan.

2. Toho Biasa
Bentuk pemasangan dengan biasa, pada bagian depannya tidak seperti Toho Leme dengan bentuk kerucut. Akan tetapi dipasang biasa dengan posisinya miring ke arah kiri. Pemasangan Toho Biasa digunakan oleh rakyat biasa.

Penggunaan pakaian adat Mbojo ditambahkan aksesoris atau pelengkap yang menonjol. Seperti halnya Piso Mone atau pisau laki-laki. Jika tidak terdapat Pisau Mone, maka tidak harus menggunakan senjata atau pusaka yang lainnya.

3. Tata busana

Cara Memakai Pakaian Adat Sambolo Suku MbojoPakaian adat Suku Mbojo bernama Sambolo (ragamindonesiatimur.wordpress.com)

Dalam menggunakan pakaian adat yang menjadi khas daerah ini mempunyai tata busananya. Berikut tata busana yang dikenakan oleh pria Mbojo:

- Para pria Mbojo menggunakan baju adat dengan dilengkapi Weri atau ikat pinggang tradisionalnya Bima
- Penggunaan kain tenun berwarna dasar merah tua dan kuning emas
- Ragam motif hiasnya kakando dan pado waji yang ditambahkan benang emas dan perak
- Pada ujung diberikan hiasan benang dengan bentuk umbai, untuk bahasa Bimanya yaitu Jambo
- Weri mempunyai ukuran baku yang tampak cocok jika digunakan  dengan ukuran panjang sandura waru. Artinya sedelapan ditambahkan satu telapak tangan dengan 3 jari
- Jika pemakaian dengan sudah berstatus menjadi suami, maka jambo. Pemakaian Weri haruslah turun ke kiri kanan kedua paha dari penggunanya,
- Namun jika statusnya masih jejaka hanya satu saja yang dibolehkan untuk turun di paha.

Demikianlah mengenai baju adat Sambolo yang digunakan oleh pria masyarakat Mbojo. Sambolo pada dasarnya adalah ikat kepala sebagai kelengkapan pakaian adat.

Baca Juga: Mengenal Pakaian Adat Rimpu dari Suku Mbojo di Bima

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya