Dengan adanya mata air di sekitar wilayah Aikdewa terutama mata air Aikdewa sendiri, seolah–olah alam mengundang sekelompok manusia untuk datang dan bermukim disana.
Setelah rombongan Baginda Raja Datu Pengulu Alim mendirikan pemukiman Repok Raden, maka lambat laun berdatangan kelompok manusia termasuk dari pulau Lombok bagian Selatan (Jero Waru) yang memang sengaja mencari sumber air karena dilanda kekeringan yang berkepanjangan.
Tercatat dalam sejarah tiga Kerajaan Hindu di bali seperti Karang Asem, Buleleng dan Kelungkung sangat berambisi melakukan ekspansi dan menguasai Pulau Lombok. Pada saat itu pulau Lombok ada beberapa daerah kedatuan yang tersebar di berbagai tempat, namun yang paling besar adalah Kedatuan Selaparang di Lombok Timur dan Kedatuan Penjanggik di Lombok Tengah.
Kedatuan Selaparang bukan hanya dikenal di pulau Lombok saja, bahkan dikenal sebagai kerajaan terbesar Lombok yang termashur di Nusantara, karena hampir seluruh wilayah Pulau Lombok takluk di bawah kekuasaan Raja Selaparang. Beberapa kali, tiga kerajaan Hindu Bali terlibat di pertempuran untuk merebut menguasai Lombok dan menaklukan Selaparang.
Bahkan setelah mereka berhasil mendarat di Lombok melaui jalur yang berbeda, meraka terlibat pertempuran antara Prajurit Buleleng dan Pajurit Karang Asem di Pagesangan. Prajurit Buleleng kalah tangguh dibandingkan Prajurit Karang Asem sehingga yang berhasil membangun pusat pertahanan bahkan kerajaan di pulau Lombok adalah Kerajaan Karang Asem yang berpusat di Cakra Negara, kemudian dibangun Pusat Pemerintahan atau Istana yang diberi nama Mayora.
Seiring dengan eksisnya kekuasan dan kekuatan Karang Asem di Pulau Lombok, mereka terus memperluas wilayah kekuasaan dan penaklukan. Raja Karang Asem Anak Agung Gde Ngurah membangun beberapa Puri yang indah yang dapat kita saksikan sampai sekarang seperti Puri atau Taman Narmada, Suranadi, Lingsar bahkan kawasan Sesaot dan Aik bukak.
Ambisi Anak Agung Karang Asem untuk menaklukan kerjaan Selaparang tidak pernah henti. Apalagi setelah berhasil membangun Cakranegara sebagai pusat pertahanan.
Hal ini sudah diketahui oleh Raja Selaparang, sehingga Raja Selaparang menjalin kerjasama pertahanan dengan kerajaan Taliwang di Sumbawa Barat. Taliwang mengirim serombongan pasukan besar ke Selaparang untuk membantu melawan ekspansi Karang Asem.