Media sosial awalnya diciptakan sebagai alat untuk mempererat hubungan antarmanusia dan menyebarkan informasi. Namun, seiring waktu, platform-platform tersebut berkembang menjadi mesin bisnis yang didorong oleh data dan atensi pengguna.
Di balik tampilan yang ramah dan interaktif, tersembunyi sistem algoritma yang dirancang untuk menjaga perhatian kamu selama mungkin di dalam aplikasi. Bahkan jika itu berarti memanipulasi respons psikologis secara tidak sadar.
Penelitian menunjukkan bahwa algoritma media sosial tidak jauh berbeda dari zat adiktif seperti nikotin atau narkotika dalam cara kerjanya terhadap otak manusia. Algoritma dirancang untuk merangsang dopamine, yaitu neurotransmitter yang berkaitan dengan perasaan senang dan membentuk pola perilaku kompulsif.
Artikel ini membahas bagaimana algoritma media sosial menciptakan siklus adiktif yang memengaruhi kesehatan mental, sosial, dan bahkan demokrasi.