Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi hal yang secara ilmiah terbukti meningkatkan risiko kematian dini. (Pinterest/Jao)

Kematian dini, atau kematian yang terjadi sebelum usia harapan hidup yang seharusnya, bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor gaya hidup dan kondisi kesehatan tertentu. Meskipun sebagian orang mengaitkan kematian dini dengan faktor keturunan atau takdir, penelitian menunjukkan bahwa pola hidup dan kebiasaan sehari-hari memiliki dampak yang jauh lebih besar terhadap harapan hidup seseorang.

Memahami faktor-faktor pemicu kematian dini dapat membantu kamu mengambil langkah pencegahan sejak awal. Beberapa kebiasaan tampak sepele, tetapi efek kumulatifnya dapat merusak organ tubuh secara perlahan dan memicu berbagai penyakit kronis. Dalam artikel ini, penulis akan membahas hal-hal utama yang secara ilmiah terbukti meningkatkan risiko kematian dini.

Dengan menyadarinya, kamu dapat melakukan perubahan gaya hidup untuk hidup lebih panjang, sehat, dan berkualitas.

Berikut 5 hal yang secara ilmiah terbukti meningkatkan risiko kematian dini.

1. Kurang aktivitas fisik

Ilustrasi fakta ilmiah mengapa kamu bisa mengeluarkan air mata saat menguap. (Pinterest/Bensons for Beds)

Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab utama kematian dini di dunia. Gaya hidup sedentary, di mana seseorang duduk atau berbaring dalam waktu lama setiap hari, berkaitan dengan meningkatnya risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, stroke, dan beberapa jenis kanker. Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kurang gerak menyumbang sekitar 3,2 juta kematian setiap tahun secara global.

Penelitian Warburton, Nicol, dan Bredin dengan judul Health benefits of physical activity: The evidence, membuktikan bahwa aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu dapat secara signifikan menurunkan risiko kematian dini. Olahraga ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, atau berenang sudah cukup untuk meningkatkan sirkulasi darah, memperkuat jantung, dan menjaga sistem metabolisme tubuh tetap aktif.

Konsistensi adalah kunci dalam menjaga kebugaran dan mencegah efek negatif dari gaya hidup pasif.

2. Pola makan tidak sehat

Ilustrasi ciri pria cabul yang perlu kamu waspadai. (Pinterest/Nam)

Konsumsi makanan tinggi gula, lemak jenuh, dan makanan olahan berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit kronis, seperti obesitas, hipertensi, dan penyakit jantung. Diet yang buruk juga dapat menyebabkan peradangan sistemik dalam tubuh, yang dalam jangka panjang merusak organ vital dan mempercepat proses penuaan sel.

Sebaliknya, menerapkan pola makan sehat dengan asupan seimbang dari buah, sayur, biji-bijian, lemak sehat, dan protein tanpa lemak telah terbukti menurunkan risiko kematian dini. Studi dari Harvard School of Public Health menunjukkan bahwa mengganti satu porsi daging merah harian dengan sumber protein sehat seperti ikan atau kacang-kacangan bisa menurunkan risiko kematian sebesar 7–19 persen.

3. Kurang tidur

Ilustrasi tanda kelelahan emosional yang sering diabaikan. (Pinterest/rmqmasso.ca)

Tidur adalah fondasi penting bagi kesehatan tubuh dan mental. Kurang tidur kronis telah dikaitkan dengan meningkatnya risiko penyakit jantung, obesitas, diabetes, dan bahkan kanker. Tidur yang tidak cukup juga melemahkan sistem imun dan mempercepat kerusakan sel-sel tubuh, yang semuanya berkontribusi terhadap kematian dini.

Menurut National Sleep Foundation, orang dewasa memerlukan 7–9 jam tidur per malam untuk menjaga kesehatan optimal. Tidur yang cukup membantu tubuh memperbaiki diri, mengatur hormon, dan menjaga kestabilan emosional. Memperbaiki kebiasaan tidur tidak hanya meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga memperpanjang umur.

4. Merokok dan paparan asap rokok

Ilustrasi hal yang secara ilmiah terbukti meningkatkan risiko kematian dini. (Pinterest/Jao)

Merokok adalah salah satu faktor risiko kematian dini yang paling signifikan dan terdokumentasi dengan baik. Berdasarkan laporan dari U.S. Department of Health and Human Services, rokok mengandung lebih dari 7.000 bahan kimia berbahaya, termasuk zat karsinogenik yang secara langsung merusak jaringan paru-paru dan pembuluh darah. Bahkan perokok pasif, orang yang terpapar asap rokok meskipun tidak merokok juga berisiko tinggi terkena penyakit serius.

WHO menyatakan bahwa merokok menyebabkan lebih dari 8 juta kematian setiap tahun secara global. Berhenti merokok, bahkan setelah bertahun-tahun, secara drastis dapat menurunkan risiko serangan jantung, stroke, dan kanker. Kampanye kesehatan masyarakat terus mendorong masyarakat untuk menyadari dampak fatal dari kebiasaan merokok ini.

5. Stres kronis

Ilustrasi penyebab kesehatan mental kamu memburuk. (Pinterest/Experian)

Stres yang berlangsung dalam waktu lama dapat merusak kesehatan secara sistemik. McEwen dalam makalahnya Stress, adaptation, and disease: Allostasis and allostatic load, mengatakan saat stres kronis terjadi, tubuh terus-menerus melepaskan hormon kortisol dalam jumlah tinggi, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, penurunan kekebalan tubuh, gangguan tidur, hingga depresi. Semua faktor ini telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian dini.

Strategi seperti meditasi, olahraga, terapi kognitif, dan manajemen waktu terbukti efektif mengurangi dampak negatif stres terhadap tubuh. Mengelola stres bukan sekadar kenyamanan psikologis, melainkan upaya nyata dalam memperpanjang usia harapan hidup. Hidup tenang dan seimbang adalah bagian penting dari hidup sehat secara keseluruhan.

Kematian dini bukan sekadar hasil dari kondisi medis atau kecelakaan tak terduga, tetapi sering kali merupakan akumulasi dari kebiasaan sehari-hari yang merusak tubuh secara perlahan. Kurangnya aktivitas fisik, pola makan buruk, kurang tidur, kebiasaan merokok, dan stres kronis adalah faktor utama yang bisa memperpendek usia.

Demikian 5 hal yang secara ilmiah terbukti meningkatkan risiko kematian dini. Dengan mengenali dan mengubah pola hidup kamu sejak sekarang, kamu dapat memperbesar peluang hidup panjang, sehat, dan berkualitas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorLinggauni