Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Fakta Celepuk Rinjani, Hewan Endemik Pulau Lombok yang Nyaris Punah

Burung Celepuk Rinjani (Otus jolandae) (commons.wikimedia.org/Sangster G, King BF, Verbelen P, Trainor CR (2013))
Burung Celepuk Rinjani (Otus jolandae) (commons.wikimedia.org/Sangster G, King BF, Verbelen P, Trainor CR (2013))

Pulau Lombok yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagian besar wilayah utaranya didominasi oleh panorama Gunung Rinjani. Gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia ini memiliki ketinggian mencapai 3.726 mdpl dan merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani yang menjadi salah satu objek wisata andalan bagi pencinta alam. Pada 2018, Gunung Rinjani resmi diakui oleh UNESCO sebagai bagian dari UNESCO Global Geopark (UGG) berkat keunikan geologi, keanekaragaman hayati, dan warisan budaya.

Terlepas dari kesempurnaannya, Pulau Lombok memiliki hewan endemik yang kelangsungan hidupnya tengah berada di ambang kepunahan. Namanya adalah celepuk rinjani.

Penasaran seperti apa kisah dan kehidupan hewan endemik ini? Yuk, berkenalan dengan celepuk rinjani!

1. Awalnya dikira celepuk maluku

Burung Celepuk Rinjani (Otus jolandae) (commons.wikimedia.org/Sangster G, King BF, Verbelen P, Trainor CR (2013))
Burung Celepuk Rinjani (Otus jolandae) (commons.wikimedia.org/Sangster G, King BF, Verbelen P, Trainor CR (2013))

Celepuk rinjani adalah spesies burung hantu celepuk dengan nama ilmiah (otus jolandae). Awalnya, burung ini seringkali disalahartikan sebagai celepuk maluku (otus magicus) karena penampilan fisiknya yang mirip. Namun, dugaan tersebut salah, karena celepuk rinjani merupakan jenis berbeda yang diidentifikasi sebagai spesies baru dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Dilansir Burung Indonesia, awalnya penelitian dilakukan oleh George Sangster dan istrinya, Jolanda A. Luksenburg dari Department of Zoology, Stockholm University, Swedia pada September 2003, kemudian dilanjutkan observasi oleh peneliti dari Belgia, Amerika Serikat, dan Australia. Dari penelitian tersebut diperoleh rekaman suara yang menunjukkan bahwa celepuk rinjani memiliki kicauan teritorial alias kicauan yang menandakan daerah kekuasaan dan berbeda dari jenis-jenis celepuk lain. Hasil analisis ini pun dipublikasikan dalam jurnal ilmiah PLOS ONE edisi Februari 2013.

Oleh sebab itu pula, nama “Jolanda” tercantum dalam nama latin celepuk rinjani sebagai “Otus jolandae” demi menghormati jasanya dalam menambah keanekaragaman hayati di Indonesia.

2. Spesies burung hantu terkecil

Burung Celepuk Rinjani (Otus jolandae) (search.macaulaylibrary.org/John O'Malley)
Burung Celepuk Rinjani (Otus jolandae) (search.macaulaylibrary.org/John O'Malley)

Celepuk rinjani adalah spesies burung hantu terkecil di Indonesia. Bagaimana tidak? Ukuran tubuhnya saja hanya sekitar 15-17 cm.

Dilansir eBird, celepuk rinjani memiliki ciri fisik berupa iris mata berwarna kuning cerah dengan pupil berwarna hitam. Bulu dasarnya berwarna cokelat dengan pola putih pucat yang menyebar di sayap, serta tubuh bagian bawahnya sedikit bergaris. Jumbai telinganya juga berwarna lebih gelap, dilengkapi cakram wajah yang terlihat jelas membentuk "cakram ganda” dengan batas warna kehitaman dan putih.

3. Hewan endemik Pulau Lombok

Burung Celepuk Rinjani (Otus jolandae) (search.macaulaylibrary.org/Dana Cameron)
Burung Celepuk Rinjani (Otus jolandae) (search.macaulaylibrary.org/Dana Cameron)

Celepuk rinjani adalah hewan endemik yang hanya ada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Dilansir Live Science, mereka dapat ditemukan di kaki Gunung Rinjani pada ketinggian hingga 1.350 meter. Menariknya, nama "Rinjani" diambil dari “Gunung Rinjani” karena mendiami habitat hutan dan sekitar kawasan gunung tersebut, termasuk di Taman Nasional Gunung Rinjani.

Celepuk rinjani memainkan peran penting sebagai penjaga keseimbangan ekosistem hutan. Secara tidak langsung, mereka juga membantu petani dalam mengendalikan hama secara alami dengan memakan berbagai jenis serangga dan hama tanaman.

4. Dijuluki sebagai burung pok

Burung Celepuk Rinjani (Otus jolandae) (search.macaulaylibrary.org/Forest Botial-Jarvis)
Burung Celepuk Rinjani (Otus jolandae) (search.macaulaylibrary.org/Forest Botial-Jarvis)

Sebagian besar burung hantu adalah hewan nokturnal yang aktif di malam hari. Mereka berkicau untuk berkomunikasi dan mengenal satu sama lain. Semakin besar burung hantu, semakin dalam pula lolongannya.

Salah satu ciri khas yang paling membedakan celepuk rinjani dari spesies celepuk lain adalah suaranya. Suara khas tersebut berupa “onomatope” alias siulan tunggal berbunyi “pok” tanpa nada tambahan. Tidak heran jika masyarakat lokal menyebutnya sebagai "burung pok".

5. Terancam punah

Burung Celepuk Rinjani (Otus jolandae) (search.macaulaylibrary.org/Dana Cameron)
Burung Celepuk Rinjani (Otus jolandae) (search.macaulaylibrary.org/Dana Cameron)

Hidup di alam bebas, tidak membuat celepuk rinjani sepenuhnya lepas dari ancaman kepunahan. Faktor utamanya adalah penebangan hutan dan alih fungsi lahan yang menyebabkan hilangnya habitat alami. Meskipun bukan faktor utama, tetapi perburuan liar juga bisa menyebabkan hilangnya populasi celepuk rinjani.

Saat ini, status konservasi celepuk rinjani menurut IUCN Red List adalah Near Threatened (Hampir Terancam Punah). Status ini menunjukkan bahwa hewan endemik ini mungkin dalam bahaya kepunahan jika ancaman tidak segera diatasi. Oleh karena itu, untuk memastikan kelangsungan hidup burung celepuk rinjani, pentingnya upaya konservasi seperti perlindungan habitat, penegakan hukum terhadap perdagangan ilegal, dan edukasi masyarakat.

Menurut penelitian, ada lebih dari 250 spesies burung hantu yang telah diketahui di seluruh dunia, namun tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak spesies yang belum ditemukan. Penemuan ini juga menegaskan betapa pentingnya konservasi ekosistem alam demi menjaga kelestarian hutan dan kelangsungan hidup celepuk rinjani di masa depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sri Gunawan Wibisono
EditorSri Gunawan Wibisono
Follow Us