Ternyata ini Alasan Kenapa Sulit Melepaskan Barang yang Tak Disukai Lagi

Pernahkah kamu membuka lemari atau laci, menemukan barang yang dulu sangat kamu sukai, tetapi kini hanya teronggok di sudut? Meski sudah tak lagi menarik atau berguna, ada rasa berat untuk membuangnya.
Entah karena rasa bersalah, kenangan yang melekat, atau sekadar rasa sayang. Fenomena ini lebih dari sekadar masalah ruang penyimpanan. Ia menyentuh lapisan psikologis kita yang dalam, seperti tentang identitas, memori, bahkan rasa aman.
Penulis ingin mengajak kamu menelusuri mengapa kita sulit melepaskan barang-barang yang tak lagi kita sukai. Dari faktor nostalgia, rasa bersalah, hingga kecemasan kehilangan kendali, kita akan memahami bahwa decluttering bukan sekadar aktivitas beres-beres.
Melepaskan benda ternyata juga berarti berani melepaskan bagian diri yang tak lagi relevan, demi memberi ruang bagi hal baru.
Berikut ulasan mengapa kita sulit melepaskan barang yang tak lagi kita suka?
1. Barang sebagai simbol identitas diri

Banyak orang menyimpan barang bukan semata karena fungsinya, tetapi karena ia mewakili siapa diri kita. Baju tertentu bisa mengingatkan kita pada fase hidup yang penuh percaya diri. Buku-buku lama mungkin menjadi simbol betapa “intelektual”-nya kita dulu. Saat kita membuang barang, rasanya seperti menghapus jejak diri.
Ini menjelaskan kenapa barang yang sudah tak kamu sukai tetap bertahan di rumah. Membuangnya terasa seperti mengakui bahwa kamu telah berubah. Padahal, perubahan identitas kerap membuat kita tidak nyaman. Kita merasa lebih aman dengan versi diri yang lama, meskipun tak lagi relevan dengan hidup saat ini.
2. Ketakutan kehilangan kenangan

Banyak barang disimpan karena menjadi penyimpan memori. Tiket konser, kaus kaki hadiah mantan, atau cangkir retak dari liburan pertama ke luar negeri. Barang-barang itu seolah menjadi pintu gerbang menuju masa lalu. Kita takut jika membuangnya, kenangan pun akan ikut lenyap.
Namun, penelitian Brown dalam bukunya yang berjudul Rising Strong: How the Ability to Reset Transforms the Way We Live, Love, Parent, and Lead menunjukkan memori kita sebenarnya tidak bergantung sepenuhnya pada benda fisik. Kenangan tetap ada, bahkan setelah barang dibuang. Tantangannya adalah meyakinkan diri bahwa kita boleh menyimpan memori tanpa harus menyimpan setiap objek yang melekat padanya.
3. “Sayang kalau dibuang”

Rasa bersalah adalah salah satu penghalang terbesar saat ingin membuang barang. “Padahal masih bagus”, “Ini hadiah orang”, atau “Uangku dulu habis untuk beli ini.” Pikiran semacam ini membuat kita merasa membuang barang sama saja dengan membuang nilai atau menghina pemberinya.
Padahal, barang yang tak lagi kita sukai hanya menjadi beban. Kita berhak melepaskannya tanpa rasa bersalah. Bahkan, banyak ahli menyarankan mempraktikkan gratitude letting go, yaitu berterima kasih pada barang atas fungsinya di masa lalu, lalu melepasnya agar orang lain bisa menggunakannya. Cara ini membantu mengurangi rasa bersalah sambil tetap menghargai nilai emosional barang.
4. Kecemasan kehilangan kendali

Beberapa orang merasa cemas saat harus membuang barang, karena melepaskan berarti kehilangan kendali. Barang-barang, meski tak lagi kita suka, memberikan rasa aman. Mereka menjadi jangkar emosional, pengingat bahwa kita masih punya sesuatu yang tetap di tengah hidup yang terus berubah.
Ini juga berkaitan dengan kecenderungan hoarding. Bagi sebagian orang, memiliki banyak barang memberi ilusi stabilitas. Mereka merasa siap menghadapi segala kemungkinan. Ironisnya, terlalu banyak barang justru menimbulkan stres, rasa kewalahan, dan kehilangan ruang fisik maupun mental.
5. Membangun keberanian untuk melepas

Membuang barang yang tak lagi kita suka membutuhkan keberanian. Salah satu langkah pertama adalah mengakui bahwa kita tidak lagi menjadi orang yang sama seperti saat pertama kali membeli barang itu. Melepaskan barang berarti memberi ruang untuk versi diri yang baru, yang mungkin lebih ringan dan bahagia.
Cobalah memulai dari hal kecil. Pilih satu barang setiap hari yang benar-benar tidak kamu sukai lagi. Renungkan mengapa kamu ingin menyimpannya. Jika alasannya hanya rasa bersalah atau ketakutan, mungkin sudah saatnya dilepas. Karena, pada akhirnya, rumah yang lapang bukan hanya soal ruang fisik, tapi juga ruang mental untuk bernafas lebih lega.
Demikian ulasan mengapa kita sulit melepaskan barang yang tak lagi kita suka? Semoga bermanfaat, ya.