Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi fakta gelap di balik euforia kemajuan zaman. (Pinterest/aaron joel santos)
Ilustrasi fakta gelap di balik euforia kemajuan zaman. (Pinterest/aaron joel santos)

Kemajuan zaman sering kali dirayakan sebagai lambang kemajuan peradaban manusia, seperti teknologi yang semakin canggih, kota-kota yang terus berkembang, dan kehidupan yang serba instan. Namun, di balik narasi positif ini, tersembunyi sisi gelap yang kerap luput dari perhatian.

Kemajuan tidak selalu membawa kesejahteraan yang merata, dan tidak semua inovasi teknologi sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan serta keberlanjutan lingkungan. Kemajuan yang tidak dibarengi dengan kesadaran etis dan empati justru dapat menciptakan ketimpangan baru.

Banyak realitas kelam yang membayangi dunia modern, mulai dari eksploitasi tenaga kerja, kerusakan lingkungan, hingga manipulasi data pribadi.

Artikel ini membahas 5 fakta gelap yang patut menjadi refleksi kita di tengah euforia kemajuan zaman.

1. Eksploitasi tenaga kerja di era digital

Ilustrasi alasan masyarakat Jepang tidak tertarik belajar bahasa Inggris. (Pinterest/The Japan Times)

Di balik kecanggihan gawai dan layanan digital, terdapat rantai pasok global yang sering mengandalkan tenaga kerja murah dan tidak manusiawi. Banyak buruh di negara berkembang yang bekerja dalam kondisi berbahaya dan bergaji rendah demi memenuhi permintaan pasar teknologi dunia.

Contohnya seperti yang diungkapkan oleh Amnesty International pada tahun 2016, pekerja tambang kobalt di Republik Demokratik Kongo, yang memasok bahan penting untuk baterai ponsel dan mobil Listrik. Fenomena ini menunjukkan bahwa inovasi sering kali dibangun di atas penderitaan orang-orang yang tak terlihat.

Ironisnya, mereka yang bekerja di lini produksi justru jarang merasakan manfaat dari produk akhir yang mereka bantu ciptakan. Kemajuan zaman seolah bersandar pada ketimpangan struktural yang dilanggengkan secara global.

2. Kerusakan lingkungan oleh industri modern

Ilustrasi arti warna helm proyek berdasarkan jabatan dan tingkatannya. (Pinterest/Freepik)

Pertumbuhan industri dan urbanisasi yang cepat mendorong konsumsi sumber daya alam secara besar-besaran. Akibatnya, banyak ekosistem hancur, hutan-hutan dibabat habis, dan spesies punah dalam kecepatan yang mengkhawatirkan. Bahkan, emisi karbon dari industri modern telah memicu krisis iklim global yang kini berdampak pada setiap aspek kehidupan, ungkap IPCC pada tahun 2021.

Meskipun ada upaya "hijau" dari sejumlah perusahaan, banyak di antaranya hanya melakukan greenwashing, yakni pencitraan ramah lingkungan tanpa perubahan nyata. Kemajuan teknologi seharusnya beriringan dengan keberlanjutan ekologis, tetapi realitasnya, pertumbuhan ekonomi sering mengorbankan alam sebagai harga yang dibayar diam-diam.

3. Kecanduan digital dan krisis kesehatan mental

Ilustrasi bahaya fitur infinite scroll yang sering diabaikan. (Pinterest/iMOM)

Twenge dalam bukunya iGen: Why Today's Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy, mengatakan kemajuan teknologi digital telah mengubah cara manusia bekerja, berinteraksi, dan bersantai. Namun, penggunaan berlebihan gawai dan media sosial telah dikaitkan dengan meningkatnya angka depresi, kecemasan, dan isolasi sosial, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.

Akses tanpa batas ke informasi justru membuat banyak orang merasa kewalahan dan kehilangan fokus. Algoritma media sosial dirancang untuk membuat pengguna terus menggulir, menyukai, dan berbagi, menciptakan siklus adiktif yang memengaruhi otak layaknya kecanduan zat.

Di balik layar, perusahaan teknologi bersaing memperebutkan perhatian manusia sebagai komoditas, tanpa mempertimbangkan dampak psikologis jangka panjangnya, ungkap Zuboff dalam bukunya The Age of Surveillance Capitalism.

4. Ketimpangan sosial dalam era otomatisasi

Ilustrasi fakta gelap di balik euforia kemajuan zaman. (Pinterest/aaron joel santos)

Teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan robotika memang meningkatkan efisiensi, tetapi juga memicu hilangnya banyak jenis pekerjaan. Pekerjaan yang dahulu dilakukan manusia kini digantikan oleh mesin, terutama di sektor manufaktur dan layanan. Hal ini memperlebar jurang antara mereka yang memiliki akses terhadap teknologi dan mereka yang tidak.

Di sisi lain, kekayaan dan keuntungan dari otomatisasi sering kali hanya dinikmati oleh segelintir elit teknologi. Masyarakat kelas bawah justru semakin rentan terhadap pengangguran dan ketidakpastian ekonomi. Brynjolfsson dan McAfee dalam bukunya The Second Machine Age, mengatakan ketimpangan ini menimbulkan pertanyaan serius tentang distribusi keadilan dan masa depan pekerjaan di dunia yang semakin otomatis.

5. Manipulasi data pribadi dan hilangnya privasi

Pinterest

Di zaman digital, data pribadi menjadi komoditas yang sangat berharga. The Guardian melaporkan bahwa banyak aplikasi dan platform media sosial mengumpulkan informasi pengguna tanpa transparansi yang memadai. Data tersebut kemudian dijual atau digunakan untuk tujuan komersial maupun politik, seperti yang terlihat pada skandal Cambridge Analytica.

Ketika data menjadi alat kekuasaan, privasi individu terancam. Kita mungkin merasa lebih terhubung, tapi kenyataannya setiap kita klik pencarian, lokasi kita diam-diam diawasi dan dianalisis. Lyon dalam bukunya The Culture of Surveillance: Watching as a Way of Life, mengungkapkan kemajuan teknologi telah melahirkan pengawasan massal yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah umat manusia.

Itulah 5 fakta gelap yang patut menjadi refleksi kita di tengah euforia kemajuan zaman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team