5 Alasan Kenapa Orang Haus Validasi

Apakah kamu salah satu orang yang haus akan validasi?

Kamu pasti pernah merasa haus akan validasi, bukan? Hal semacam ini adalah perasaan yang umum dialami oleh banyak orang di era digital saat ini. Validasi atau pengakuan dari orang lain terhadap apa yang kamu lakukan atau siapa dirimu, seringkali menjadi salah satu hal yang kita cari dalam kehidupan sehari-hari.

Buat kamu yang sedang mengalami atau kerap bertanya akan hal ini, berikut lima alasan mengapa begitu banyak orang merasa haus akan validasi. Ayo kita cari tahu sama-sama!

1. Kehadiran di media sosial

5 Alasan Kenapa Orang Haus Validasiilustrasi kehadiran media sosial (pexels.com/cottonbro studio)

Kamu pasti tahu bahwa media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Dalam dunia ini, kita seringkali mengejar perhatian dari orang lain. Kita membagikan momen-momen penting dalam hidup kita dengan harapan mendapatkan 'like' atau 'love' dari teman-teman online kita.

Terkadang, kita merasa tidak cukup jika unggahan kita tidak mendapatkan banyak perhatian. Dengan hadirnya media sosial, tanpa disadari telah menciptakan kebutuhan akan validasi yang membuat kita seringkali merasa takut diabaikan oleh orang lain.

Kehadiran media sosial juga membawa tekanan untuk selalu tampil sempurna bagi sebagian orang. Kita ingin disukai oleh orang lain, sehingga kita merasa perlu untuk selalu memperlihatkan sisi terbaik dari diri kita. Inilah salah satu alasan mengapa banyak orang haus akan validasi khususnya di dunia maya.

Baca Juga: Mengenal 30 Jenis 'Phile', Perasaan Suka yang Muncul pada Suatu Hal

2. Tekanan dalam dunia kerja

5 Alasan Kenapa Orang Haus Validasiilustrasi tekanan dalam dunia kerja (pexels.com/Kampus Production)

Ketika kita memasuki dunia kerja, seringkali kita merasa haus akan validasi dari lingkungan profesional kita. Dunia kerja tak dipungkiri memang penuh dengan persaingan dan ekspektasi yang tinggi. Kita dituntut untuk menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencapai tujuan dan mengejar prestasi demi prestasi. Namun, di tengah segala macam effort yang sudah dikeluarkan ini, terkadang kita merasa bahwa usaha keras kita terabaikan.

Perasaan haus akan validasi di tempat kerja dapat muncul ketika kita menginginkan pengakuan atas kontribusi kita yang berarti. Kita ingin tahu bahwa apa yang telah kita capai dihargai oleh atasan, rekan kerja, atau perusahaan secara keseluruhan. Validasi ini bisa menjadi pendorong untuk terus bekerja lebih keras dan mencapai lebih banyak prestasi.

Namun, tekanan dalam dunia kerja juga bisa memunculkan rasa tidak aman dan nyaman. Ketika kita gagal mendapatkan promosi yang diharapkan atau jika usaha kita tidak diakui dengan baik, kita mungkin merasa diri kita tidak cukup baik. Hal ini bisa memperkuat perasaan haus akan validasi, dan kita terjebak dalam siklus mencari pengakuan di manapun.

3. Pengaruh budaya populer

5 Alasan Kenapa Orang Haus Validasiilustrasi pengaruh budaya populer (unsplash.com/Joel Muniz)

Budaya populer dengan segala media yang mendominasi kehidupan kita seperti film, televisi, musik, dan internet, seringkali memberikan pandangan idealis tentang apa yang dianggap sukses dan diinginkan dalam kehidupan seseorang. Kita sering melihat selebriti dan influencer yang hidup dalam sorotan lengkap dengan segala kemewahan dan pengakuan yang mereka terima.

Media juga seringkali mengeksploitasi citra tubuh yang sempurna, yang membuat banyak orang merasa tidak puas dengan penampilan mereka sendiri. Kita seringkali merasa perlu untuk mengejar standar kecantikan yang ditetapkan oleh media, bahkan jika itu tidak realistis. Inilah salah satu alasan mengapa banyak orang merasa haus akan validasi dalam bentuk pengakuan atas penampilan fisik mereka.

4. Perasaan ketidakpastian

5 Alasan Kenapa Orang Haus Validasiilustrasi perasaan ketidakpastian (pexels.com/Nicola Barts)

Perasaan ketidakpastian adalah salah satu pemicu utama timbulnya perasaan haus akan validasi. Hidup ini penuh dengan ketidakpastian, terutama ketika kita menghadapi perubahan besar dalam hidup kita seperti pindah pekerjaan, perubahan status pernikahan, atau keputusan penting lainnya. Dalam situasi-situasi ini, kita sering mencari validasi dari orang lain untuk memastikan bahwa kita sedang melakukan hal yang benar.

Dalam upaya untuk mengatasi ketidakpastian ini, kita mencari  persetujuan dari orang lain. Kita ingin tahu bahwa pilihan yang kita buat adalah yang terbaik dan bahwa orang lain mendukung keputusan kita. Validasi eksternal menjadi cara untuk meredakan ketidakpastian dan membuat kita merasa lebih yakin dengan jalan yang kita ambil.

5. Koneksi emosional

5 Alasan Kenapa Orang Haus Validasiilustrasi koneksi emosional (pexels.com/SHVETS production)

Koneksi emosional dengan orang lain adalah salah satu aspek paling fundamental dari manusia. Kita semua ingin merasa terhubung dan dipahami oleh orang lain. Haus akan validasi dalam konteks ini adalah ketika seseorang mau untuk mengakui perasaan atau pengalaman kita. Bukan sekadar saat di mana kita mendapatkan pujian, tetapi tentang merasa didengar dan dipahami.

Ketika kita berbicara tentang pengalaman kita, kita mencari reaksi positif dari orang lain. Biasanya  berupa simpati, empati, atau sekadar pengakuan bahwa apa yang kita rasakan adalah sesuatu yang valid. Koneksi emosional dan validasi dari orang lain adalah cara untuk membangun hubungan yang lebih mendalam dan memenuhi kebutuhan dasar kita untuk dicintai dan diterima oleh sesama manusia.

Dalam kehidupan yang semakin terkoneksi, haus akan validasi menjadi sesuatu yang umum. Penting untuk diingat bahwa validasi sejati seringkali datang dari dalam diri kita sendiri, bukan dari orang lain. Tak kalah pentingnya lagi adalah mencintai dan menghargai diri kita sendiri tanpa bergantung pada pengakuan dari orang lain. Semoga kita tak menjadi orang yang selalu haus akan validasi orang lain.

Baca Juga: 7 Ciri Seorang Psikopat yang Sedang Jatuh Cinta

Annisa Nur Fitriani Photo Community Writer Annisa Nur Fitriani

Don't sleep on me

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya