Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Judi online (IDN Times/Aditya Pratama)

Fenomena judi di kalangan masyarakat seringkali menjadi perhatian, terutama ketika para pelakunya berasal dari kelompok usia produktif dan aktif. Usia produktif, yaitu rentang 20-40 tahun, merupakan masa di mana seseorang biasanya tengah berada di puncak semangat dan tenaga untuk berkarya.

Usia produktif seharusnya digunakan untuk hal positif dan bermanfaat, namun tidak sedikit yang membuatnya sia-sia. Namun, mengapa justru kelompok usia ini kerap menjadi korban praktik perjudian? Berikut adalah lima alasan utama yang mendasari fenomena ini.

1.Tekanan ekonomi dan kondisi finansial

ilustrasi judi (pexels.com/drewrae)

Kelompok usia produktif sering dihadapkan pada berbagai tuntutan ekonomi, seperti kebutuhan rumah tangga, pendidikan anak, atau pembelian aset. Tekanan ini sering memicu keinginan untuk mendapatkan uang secara cepat. Perjudian terlihat seperti solusi instan untuk mengatasi masalah keuangan tersebut.

Banyak korban beranggapan bahwa berjudi adalah cara untuk mencapai kestabilan finansial dalam waktu singkat. Namun, kenyataannya, perjudian lebih sering membawa kehancuran finansial daripada keuntungan.

2. Paparan teknologi dan kemudahan mengakses

ilustrasi judi (pexels.com/drewrae)

Generasi produktif saat ini hidup di era digital dengan akses internet yang hampir tidak terbatas. Perjudian daring (online) menjadi sangat mudah dijangkau, baik melalui situs web maupun aplikasi di ponsel pintar. Promosi besar-besaran yang dilakukan platform judi daring semakin memperbesar daya tarik, terutama dengan tawaran bonus menarik dan kemenangan palsu.

Kemudahan akses ini membuat mereka yang penasaran dengan judi lebih rentan terjerat. Mereka sering kali tidak menyadari bahwa sistem perjudian dirancang untuk menguntungkan penyelenggara, bukan pemain.

3. Kurangnya edukasi tentang risiko judi

ilustrasi judi (pexels.com/drewrae)

Minimnya edukasi tentang bahaya judi di kalangan masyarakat menjadi salah satu alasan utama tingginya jumlah korban. Banyak orang tidak memahami risiko kehilangan uang, ketergantungan emosional, hingga kehancuran kehidupan sosial yang ditimbulkan oleh judi.

Di sisi lain, para pelaku judi sering kali menutupi kegagalannya, sehingga masyarakat cenderung hanya melihat sisi keberhasilan yang sering dilebih-lebihkan. Ketidaktahuan ini membuat perjudian terlihat sebagai sesuatu yang menggiurkan bagi kelompok usia produktif.

4. Pengaruh lingkungan dan gaya hidup

ilustrasi judi (pexels.com/drewrae)

Lingkungan dan pergaulan juga memiliki pengaruh besar terhadap keputusan seseorang untuk berjudi. Di usia produktif, seseorang biasanya lebih aktif bersosialisasi dengan teman-teman atau rekan kerja. Ketika berada di lingkungan yang mendukung atau bahkan mempraktikkan perjudian, risiko seseorang terjerumus semakin besar.

Selain itu, gaya hidup konsumtif yang banyak dianut oleh generasi produktif sering menjadi motivasi untuk berjudi. Keinginan untuk hidup mewah tanpa usaha keras membuat banyak orang tergoda mencoba keberuntungan melalui judi.

 

5. Pelarian negatif karena stres

ilustrasi judi (pexels.com/drewrae)

Usia produktif adalah masa di mana seseorang sering menghadapi tekanan pekerjaan, keluarga, atau kehidupan pribadi. Beberapa orang menjadikan judi sebagai pelarian dari rasa stres atau kejenuhan. Sensasi ketegangan dan adrenalin yang ditawarkan oleh perjudian membuatnya terasa menyenangkan, setidaknya pada awalnya.

Namun, di balik euforia sesaat itu, judi menciptakan siklus ketergantungan yang sulit dihentikan. Para korban sering kali terus berjudi untuk mengulangi sensasi kemenangan atau untuk menutupi kerugian sebelumnya, yang justru memperparah situasi mereka.

Untuk mengurangi dampak buruk judi, diperlukan upaya dari berbagai pihak. Pemerintah harus memperketat pengawasan terhadap platform perjudian, baik daring maupun konvensional. Selain itu, kampanye edukasi tentang bahaya judi harus digalakkan, khususnya bagi kelompok usia produktif.

Editorial Team