Melihat Eksistensi Tembolak di Tengah Menjamurnya Tudung Saji Modern

Kelebihan: makanan tak cepat basi saat ditutup pakai tembolak

Lombok Timur, IDN Times -Tembolak (Tudung saji) adalah salah satu kerajinan tradisional Lombok yang sampai saat ini masih tetap eksis dan laku di pasaran, meski di tengah menjamurnya tudung saji modern. Sentral kerajinan ini bisa ditemukan di Desa Peresak, Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur.

Sebagian besar masyarakat Peresak menjadi pengerajin Tembolak. Sisanya menjadi buruh, petani, pedagang dan pegawai swasta dan negeri.

Muh Nasir, salah seorang pengerajin sekaligus pengepul kerajinan Tembolak asal Desa Peresak menceritakan sejak tahun 1975 ia sudah lihai membuat Tembolaq. Meskipun diakuinya kerajinan ini biasanya dikerjakan oleh kaum perempuan, namun ia tidak mau kalah untuk membuat tembolak.

"Mungkin sudah lebih dari 50 tahun saya bergelut dengan Tembolak ini, sejak saya usia 12 tahun saya sudah bisa membuatnya. Karena dulu kan jarang kita bermain-main seperti anak-anak yang sekarang, jadi kebanyakan waktu kami gunakan untuk membantu orang tua sehingga dari sana saya bisa membuat kerajinan ini," bebernya saat ditemui di tengah kesibukannya, Jumat, (6/1/2022).

Di usia yang tergolong sudah tua ini, tangan Nasir masih terlihat lihai dalam menjahit motif demi motif tembolak. Hal itu terlihat dengan banyaknya susunan tembolak yang tersusun rapi di teras rumahnya. Biasanya dalam membuat kerajinan ini, ia dibantu istri dan anak-anaknya. Adapun untuk bisa menyelesaikan satu tembolak membutuhkan waktu 3-4 hari sampai siap dipasarkan.

Pahit manis menjadi seorang pengerajin Tembolak disebutnya sudah habis dilalui. Di mana puluhan tahun yang lalu, ia harus memikul tembolaknya dengan berjalan kaki dengan menempuh puluhan kilometer berkeliling dari desa ke desa, bahkan dari kecamatan ke kecamatan untuk dipasarkan. Belum lagi barang dagangannya harus dibawa pulang karena tidak habis terjual.

1. Filosofi dan manfaat tembolaq Lombok

Melihat Eksistensi Tembolak di Tengah Menjamurnya Tudung Saji ModernPembuatan tembolak Lombok (foto: dok pribadi)

Tembolak Lombok ini memiliki berbagai filosofi dan keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh tudung saji modern yang ada saat ini. Selain menjaga dari hinggapan serangga dan kotoran, kelebihan lain dari tembolaq ialah aroma makanan tetap terjaga dan makanan tidak mudah basi jika ditutup dengan tembolak. Hal ini lah yang membuat kerajinan ini tetap eksis dan laku di pasaran di tengah menjamurnya tudung saji modern.

Dikatakan Nasir, sejak beberapa tahun lalu dirinya tidak lagi berkeliling memasarkan tebolak miliknya ke desa-desa. Namun saat ini ia lebih sering memasarkannya di Pasar Tradisional Paokmotong. Selain membuat sendiri dengan dibantu istri dan anak-anaknya, ia juga membeli tembolak setengah jadi dari para pengerajin lainnya.

"Kita beli yang setengah jadi di pengerajin, nanti kami yang cet kemudian kita perbaiki mungkin ada yang kurang pas kemudian baru kita jual ke pasar," ungkapnya.

Baca Juga: Ribuan Terpental, 367 Pelamar Lulus Jadi PPPK Nakes Pemprov NTB 

2. Tahun 2020 harga tembolak anjlok karena terdampak COVID-19

Melihat Eksistensi Tembolak di Tengah Menjamurnya Tudung Saji Modernilustrasi transaksi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Pada tahun 2020 lalu diakui menjadi tahun yang kelam baginya, di mana pada tahun ini COVID-19 sedang melanda dunia tak terkecuali Lombok Timur, sehingga sangat berdampak terhadap harga bahan pokok termasuk kerajinan tembolak ini. 

Pada tahun itu, tembolak setengah jadi yang dibeli dari pengerajin hampir memenuhi seluruh rumahnya, hanya tersisa kamar tidur dan dapur saja. Sebab tahun itu tembolak tidak bisa laku, kalupun laku harganya sangat murah dari harga biasanya, sehingga hal itu membuaTnya mengalami kerugian sebesar Rp 15 juta lebih.

"Pada tahun itu saya sempat ingin membakar semua tembolak yang ada di rumah saya, jumlah tembolak yang terkumpul dan tidak bisa terjual itu sekitar 100 kudi (1 kudi =20 biji). Saya beli per kudi waktu itu dengan harga Rp220 ribu yang setengah jadi, sehingga total modal dan biaya per kudi itu Rp250 ribu. Tapi saya jual perkudinya waktu itu hanya Rp150 ribu per kudi," kisahnya. 
 
Setelah Covid-19 mulai melandai khususnya di Kabupaten Lombok Timur, kerjainan tembolak berlahan-lahan mulai laku meski harganya belum stabil. Diakuinya pada tahun 2022 ini dirinya sudah mulai tersenyum dengan harga tembolak yang sudah stabil bahkan lebih mahal dari tahun-tahun sebelumnya.

Setelah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ini, kerajinan tembolak ini juga ikut naik. Hal itu dikarenakan ongkos dan biaya produksi yang ikut naik. Tembolak yang biasanya dijual dengan harga Rp250 per kudi, sekarang bisa dijual dengan harga Rp 300 ribu per kudi untuk ukuran sedang.

Sementara untuk ukuran kecil sebelumnya dijual dengan harga Rp200 ribu perkudi, sekarang dijual Rp250 perkudi. Sementara per bijinya dijual dengan kisaran harga Rp 15 ribu sampai Rp 50 ribu tergantung ukuran dan motif.

Terlebih pada bulan maulid lalu, tembolak diakuinya sangat laku, sehingga sepanjang bulan maulid ia bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp5 juta lebih. Sementara pada hari biasnya hanya bisa mendapatkan keuntungan Rp1,5 juta per bulan.

3. Bahan baku pembuatan tembolak

Melihat Eksistensi Tembolak di Tengah Menjamurnya Tudung Saji ModernPembuatan tembolak Lombok (foto: dok pribadi)

Adapun untuk bahan baku seperti daun duntal biasanya didatangkan dari Kecamatan Pringgabaya dan dibeli dengan harga Rp100 ribu per 20 pelepah. Sementara dengan jumlah pelepah tersebut diakuinya bisa untuk membuat 60-70 biji tembolak. 

Selain beli sendiri, ia juga mengaku kerap diberikan bantuan oleh Pemerintah Desa Peresak sebagai bentuk dukungan dan perhatian pemerintah untuk para pengerajin tembolak.

"Sebelum COVID-19 itu saya juga pernah mendapatkan bantuan modal sebesar Rp 15 juta dari pemda Lotim dalam melalui Dinas Koprasi dan UMKM. Tapi modal itu habis pada saat COVID-19," ungkapnya.

Dirinya berharap agar pemerintah bisa melestarikan tanaman duntal yang dijadikan sebagai bahan baku pembuatan tembok ini. Sebab menurutnya pohon duntal saat ini sudah sangat sedikit, sehingga dikhawatirkan jika tanaman duntal sudah tidak ada, secara otomatis kerajinan tembolak ini juga akan punah.

"Pohon daun duntal ini sekarang sudah mulai langka, itu yang kami harapkan semoga pemerintah bisa menanamkan kami pohon itu agar tembolak ini tidak punah dan kami juga harap ada bantuan modal lagi dari pemerintah," pungkasnya.

Baca Juga: Pendapatan Pemprov NTB Tahun 2022 Sebesar Rp5,29 Triliun

supardi ardi Photo Community Writer supardi ardi

Saya suka menulis dan jalan-jalan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya