Kerajinan Gerabah Masbagik Lombok Timur Tembus Pasar Internasional

Harga gerabah mulai naik setelah pandemik COVID-19

Lombok Timur, IDN Times- Kerajinan gerabah asal Dusun Penakak, Desa Masbagik Timur, Kecamatan Masbagik berhasil menembus pasar Internasional. Hal itu terlihat dari banyaknya pengiriman kerajinan gerabah ke berbagai negara.

Muliyadi, salah satu owner pusat oleh-oleh gerabah asal Penakak Desa Masbagik Timur Kecamatan Masbagik menyampaikan sebelum merebaknya COVID-19, permintaan dari luar negeri sangat banyak, hampir setiap bulan pengiriman ke luar negeri selalu ada, namun beberapa tahun terakhir mengalami penurunan jika dibandingkan awal tahun 2019 lalu.

"Kalau sekarang kita masih ngirim sampai Malaysia dan Abudabi saja, kalau Negara-negara yang lain belum ada lagi, tapi yang paling tetap itu ke Abudabi," terang Mulyadi saat ditemui di tokonya, Sabtu (21/1/2023).

1. Gerbah Penakak dikirim ke Bali dan luar negeri

Kerajinan Gerabah Masbagik Lombok Timur Tembus Pasar Internasionaldokumen pribadi

Selain ke Abudabi dan Malaysia, produk-produk gerabah asli Dusun Penakak ini juga kerap dikirim ke Cina, Australia, Jepang dan Perancis. Produk yang biasa dikrim ke luar negeri ini ialah peroduk berbentuk piring, cover lampu, kocor ceret, gelas dan beberapa kerajinan lainnya.

Pemilik Lombok Mulya Craf ini juga menyebutkan selain ke luar negeri, kerajinan ini juga sering dikirim ke luar daerah seperti Jawa, Bali, Surabaya , Jakarta, NTT dan beberapa daerah yang lain. Daerah yang paling sering membeli produk gerabah ini ialah Provinsi Bali.

"Yang paling sering itu ke Bali, Rabu kemarin kita sudah kirim satu truk ke Bali, jenis yang kita kirim kemarin itu jenis cover balon. Sampai di sana mereka cat kemudian dibuatkan motif lagi, tidak langsung dipasarkan tapi dipermak lagi," ungkapnya.

Baca Juga: 1.500 BLT di Lombok Timur Tidak Tersalurkan, Ada yang Sudah Meninggal 

2. Tahun 2019 Tahun kelam bagi pengusaha gerabah

Kerajinan Gerabah Masbagik Lombok Timur Tembus Pasar Internasionaldokumen pribadi

Diceritakan Muliyadi pada tahun 2019 lalu menjadi tahun kelam bagi para pengerajin dan pengusaha gerabah di Dusun Penakak, sebab pada tahun ini usahannya sempat lock down selama berbulan-bulan karena terdampak COVID-19, sehingga mengakibatkan tamu-tamu dari luar negeri tidak ada yang berwisata ke Lombok Timur. Mengingat gerabah yang biasanya dikirim ke berbagai negara tersebut biasanya dipesan oleh wisatawan yang berkunjung ke Lombok Timur.

Di satu sisi, saat Pandemik COVID-19 diakuinya juga menjadi berkah baginya. Di mana saat itu permintaan gerabah khususnya jenis bong (kendi) saat itu sangat banyak, setelah adanya instruksi dari Bupati Lombok Timur untuk menggunakan bong sebagai tempat cuci tangan di masing-masing OPD.

Tingginya permintaan bong ini, sehingga membuat harga gerabah jenis ini mengalami kenaikan 50 -60 persen dari harga biasa. Di mana sebelum COVID-19 harga satu bong dijual dengan harga Rp 60- Rp 75 ribu, namun saat COVID-19 harganya naik menjadi Rp180-Rp200 ribu. 

"Saat itu toko saya masih tutup, tiba-tiba ada yang datang nyari bong 5 biji, saya kasih dengan harga Rp75 ribu, akhirnya diambil tanpa ditawar, ternyata di luar harganya sudah sampai Rp200 ribu per unit. Karena waktu itu saya tidak tahu perkembangan harga, tapi kalau sekarang sudah mulai normal," kisahnya saat menceritakan kala itu.

3. Harga gerabah mulai normal

Kerajinan Gerabah Masbagik Lombok Timur Tembus Pasar Internasionaldokumen pribadi

Pasca COVID-19 ini, Kata dia, harga gerabah mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Seperti kerajinan berbentuk piring yang sebelumnya dijual dengan harga Rp6.000, saat ini dijual dengan harga Rp10 ribu sampai Rp12 ribu per unit.

Selain itu, kerajinan bentuk lain juga mengalami kenaikan. Kenaikan harga ini diakuinya dampak dari COVID-19 dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). 

"Dulu kalau kita kirim ke Bali ongkosnya itu Rp800 ribu sampai Rp 1 juta, tapi kalau sekarang Rp 2 juta lebih. Tapi Kalau persoalan harga ini tergantung motif dan tingkat kesulitan membuatnya, semakin sulit maka semakin mahal harganya," ucapnya.

4. Perhelatan MotoGP tidak berpengaruh terhadap gerabah

Kerajinan Gerabah Masbagik Lombok Timur Tembus Pasar Internasionaldokumen pribadi

Pada perhelatan MotoGP dan WSBK beberapa bulan lalu diakuinya tidak berdampak terhadap kerajinan gerabah ini, akan tetapi lebih ke aksesori seperti gelang, akling dan suvenir yang lain.

Banyak diliriknya gerabah asal Penakak ini oleh wisatawan domestik dikarenakan masih alami dan dari segi kualitas masih bagus dari daerah lainnya. Akan tetapi diakuinya dari sisi motif gerabah asal Penakak ini masih kalah dengan daerah lainnya di Lombok.

Semenjak kenaikan harga ini, omzet penjualannya mengalami penurunan di mana sebelum COVID-19 per bulannya bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 10 juta lebih, sementara saat ini omzet penjualan paling banyak sebesar Rp5 juta per bulan .

"Kita juga jarang ngirim ke luar negeri, cuma ke Abudabi sama Malaysia saja, itu pun jarang," pungkasnya.

Baca Juga: 100 Ribu Warga Lombok Timur akan Dapat Bantuan Set Top Box

supardi ardi Photo Community Writer supardi ardi

Saya suka menulis dan jalan-jalan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya