TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

12 Jenis Logical Fallacy agar Tidak Terjebak dalam Debat Kusir

Membalas argumen dengan menyerang pribadi orang lain

Pinterest

Mataram, IDN Times - Pernahkah kamu terlibat dalam perdebatan dan justru merasa kesal sendiri? Atau merasa dimanipulasi hingga berpikir, "dia yang salah, tapi dia yang marah-marah"? Jika iya, mungkin lawan bicaramu menggunakan logical fallacy atau cacat nalar.

Sederhananya, logical fallacy adalah kesalahan dalam menyusun logika berpikir yang benar dalam sebuah argumen. Ada berbagai alasan mengapa seseorang menggunakan cara berpikir yang tidak tepat ini, seperti untuk propaganda, tipu muslihat, atau sebagai sarana mempengaruhi orang lain.

Berikut ini adalah 12 jenis logical fallacy yang sering muncul dan bisa membuat arah obrolan jadi tidak jelas.

1. Ad Hominem

Ad hominem adalah kesalahan logika yang paling umum terjadi dalam perdebatan. Alih-alih menyerang argumen lawan, seseorang justru menyerang karakter pribadi lawan bicaranya, meskipun tidak ada kaitannya dengan topik yang dibahas.

Contoh:

"Kamu kan tidak pakai jilbab, tahu apa kamu soal agama?"
"Halah, kamu sendiri suka menyontek, kok menyuruh orang lain tidak menyontek?"

2. The Strawman Fallacy

Kesalahan ini terjadi ketika seseorang memutarbalikkan argumen lawan agar lebih mudah diserang, meskipun sebenarnya yang dibicarakan jauh dari konteks yang dimaksud.

Contoh:

"Oh, kamu tidak suka makan ayam? Jadi, kamu tidak mendukung kesejahteraan peternak ayam, dong?"

3. Red Herring

Jenis logical fallacy ini terjadi ketika seseorang tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan dengan hal yang tidak relevan, agar terhindar dari pembahasan utama.

Contoh:

"Masalah kamu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan saya. Dulu saya pernah mengalami yang lebih parah."
"Jangan posting foto makanan. Kasihan yang kelaparan."

4. Appeal to Emotional

Dalam kesalahan ini, seseorang mencoba membuat argumennya tampak valid hanya karena ada emosi atau status tertentu yang terkait, seolah-olah membuat argumen tersebut tidak bisa dibantah.

Contoh:

"Orang tua itu selalu benar. Kamu tidak mau menurut pada orang tua? Berarti kamu tidak sayang mereka?"

Baca Juga: 6 Saran untuk Kamu yang Sedang Mengalami 'Quarter Life Crisis'

5. Burden of Proof

Kesalahan ini terjadi ketika seseorang membebankan tanggung jawab pembuktian kepada orang lain, padahal dialah yang seharusnya memberikan bukti atas klaimnya.

Contoh:

"Saya yakin mereka selingkuh. Tidak percaya? Cari tahu saja sendiri."
"Saya sudah bayar utang. Kalau tidak percaya, cari buktinya."

6. Bandwagon Fallacy

Kesalahan ini muncul ketika seseorang berargumen bahwa sesuatu itu benar karena banyak orang melakukannya, padahal kebenaran tidak bisa diukur dari jumlah orang yang melakukannya.

Contoh:

"Lihat, banyak orang tidak pakai masker. Jadi tidak apa-apa kalau kita juga tidak memakainya, kan?"
"Pejabat saja banyak yang korupsi. Masak rakyat tidak boleh?"

7. False Dilemma

False dilemma adalah kesalahan berpikir yang seolah-olah memberikan pilihan terbatas antara dua hal, padahal sebenarnya ada lebih banyak opsi.

Contoh:

"Kamu suka dia? Kalau tidak, berarti kamu membencinya, ya?"
"Lebih baik pakai jilbab tapi sifatnya kasar, daripada tidak pakai jilbab tapi baik, kan?"

8. Argumentum ad Baculum

Argumentasi ini disandarkan pada pengaruh kekuasaan seseorang yang berargumen untuk memaksakan sebuah kesimpulan.

Contoh argumentum ad baculum, keharusan menerima atau menolak sebuah argumentasi dari orang yang berkuasa karena adanya tekanan atau ancaman.

9. Argumentum ad Ignorantium

Logical fallacy jenis ini cirinya adalah argumentasi yang bertolak dari anggapan yang tidak mudah dibuktikan kesalahannya atau kebenarannya. Sesat pikir ini terjadi karena mengargumentasikan suatu proposisi sebagai benar karena tidak terbukti salah atau sebaliknya.

Contoh argumentum ad ignorantium, suatu pernyataan yang menegaskan bahwa koruptor yang dibebaskan karena tidak terbukti bersalah, adalah bersih. Padahal, bisa jadi koruptor tersebut sempat menghilangkan barang bukti terlebih dahulu.

10. Argumentum ad Misericordiam

Logical fallacy jenis argumentum ad misericordiam ini merupakan argumentasi yang didasarkan pada belas kasihan sehingga orang mau menerima atau membenarkan kesimpulan yang diperoleh dari argumen tersebut, walaupun kesimpulannya tidak berdasarkan fakta yang dipermasalahkan.

11. Argumentum ad Populum

Sesat pikir semacam ini sering kali diterjemahkan sebagai kekeliruan yang diterima umum. Argumentasi yang digunakan bertujuan untuk mengendalikan emosi masyarakat terhadap kesimpulan yang tidak didukung oleh bukti-bukti yang jelas.

Argumentum ad populum dalam bentuk lain dilakukan dengan cara menarik massa, membawa nama rakyat sebagai dasar pembuktian. Dalam argumentasi ini, rakyat dipakai hanya sebagai tameng dan bukan sebagai fakta.

Verified Writer

Hirpan Rosidi

Seorang laki-laki yang memiliki impian yaitu kelak disalah satu rak toko buku populer, di antara buku-buku dari penulis besar, terselip satu buku dengan nama Hirpan Rosidi sebagai penulisnya.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya