TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Jenis Keterikatan yang Tak Sehat, Tak Bisa Bedakan Cinta dan Takut

Alasan tak bisa meninggalkan pasangan yang bikin trauma

Pinterest

Salah satu kebutuhan universal yang menentukan pengalaman manusia adalah kebutuhan akan keterikatan, baik itu dengan keluarga, teman, atau orang penting lainnya. Keterikatan yang kamu bangun sepanjang hidup memainkan peran mendasar dalam kebahagiaan dan kesejahteraan kamu.

Itulah mengapa setiap kali kamu berurusan dengan keterikatan yang tidak sehat dalam hubungan kamu saat ini, masa lalu memegang jawaban mengapa kamu berkutat dengan ketidakstabilan, kecemasan, dan perilaku menghindar.

Berikut 5 keterikatan yang tidak sehat yang wajib kamu kenali, mulai dari trauma bonding, inner child, insecure, memaafkan, hingga media sosial.

Baca Juga: 10 Quotes Socrates yang Mengubah Sudut Pandang Kamu tentang Kehidupan

1. Sulit meninggalkan pasangan yang membuat trauma, bisa jadi karena trauma bonding

Pinterest

Sulit meninggalkan pasangan yang membuat trauma, bisa jadi karena kamu mengalami trauma bonding. Sebagian orang tanpa sadar malah ingin merasakan berulang karena adrenalin terpacu. Kamu tidak sadar dan tidak bisa membedakan cinta degan rasa takut. Akhirnya seringkali rasa takut diterjemahkan sebagai cinta. Padahal yang kamu anggap cinta itu bisa jadi sekadar memanjakan ego.

Trauma bonding juga bisa terjadi karena terjerat siklus abusif. Orang yang menyakiti dirasa juga sebagai satu-satunya orang yang bisa membuat nyaman. Bisa jadi ini kondisi yang secara sengaja (maupun tidak) diciptakan oleh orang yang menyakiti supaya perilaku menyakitinya dianggap wajar.

2. Mudah cemas, bisa jadi karena inner child

Pinterest

Inner child secara umum dapat dimaknai sebagai sisi anak kecil yang ada dalam diri orang dewasa. Dalam bahasa psikologi dikenal sebagai ACEs atau advisery childhood experiences yang merupakan pengalaman masa kecil individu yang akan berpengaruh terhadap perkembangan.

Ketika masih kecil, saat sedih, kita tidak diperbolehkan bersedih. Saat marah, kita tidak diajak ngobrol, malah tak jarang kita dibentak dan dimarahi. Perasaan kita tidak divalidasi dan tidak diberi ruang. Hal ini menyebabkan ketika kamu tambah usia, bisa jadi sedikit-sedikit gampang cemas dan mudah agresif karena kebutuhan emosi waktu kecil tidak terpenuhi.

Sudah sewajarnya inner child ada dan dialami setiap individu, namun jika dikelola dengan baik bisa menjadi booster diri sendiri.

3. Berlebihan menguasai pasangan, bisa jadi karena insecure

Pinterest

Dalam relasi yang sehat, tidak ada yang berlebihan menguasai pasangannya. Kalau berlebihan mengatur pasangannya, seperti 'kamu tidak boleh kerja', 'kamu harus pakai pakaian begini', 'jangan temenan sama si itu' dan sebagainya, itu tanda dirinya insecure. Mengendalikan atau dikendalikan itu bukan cinta, tapi ketakutan.

Kalau kamu terlalu menguasai pasangan, kamu perlu bertanya pada diri sendiri “Apa kondisi batin di dalam yang menyebabkanku berlebihan ingin menguasai pasangan?” Kalau kamu tidak mengambil tanggung jawab personal atas yang terjadi, maka akan mengakibatkan sering playing victim dan hobi menyalahkan pasangan dan keadaan.

4. Memaafkan itu hubungannya bukan dengan orang lain, tapi diri sendiri

Pinterest

Memaafkan itu hubungannya bukan dengan orang lain, tapi diri sendiri. Memaafkan itu sebenarnya lebih ke soal hubungan kita dengan pikiran dan perasaan di dalam diri kita, bukan soal meringankan pikiran dan perasaan orang yang kita maafkan.

Memaafkan juga bukan perihal kembali berhubungan atau tidak. Memaafkan itu ya memaafkan. Perihal kembali berhubungan atau tidak itu soal kondisi di luar diri. Bisa saja kamu memaafkan seseorang meskipun kamu tidak membiarkan dia kembali dekat berhubungan denganmu.

Baca Juga: 12 Ucapan Plato yang Mengadung Sarkasme dan Satire

Verified Writer

Hirpan Rosidi

Hirpan Rosidi, laki-laki kelahiran 1997 yang tidak pandai mendeskripsikan dirinya. Karena kemampuan menulisnya dibawah rata-rata, dia memiliki cita-cita yang dimana dia sendiri tidak terlalu berharap cita-citanya bisa terwujud; yaitu disalah satu rak toko buku, di antara buku-buku dari penulis besar itu, terselip satu judul buku dengan nama Hirpan Rosidi sebagai penulisnya. Berbekal lulusan Psikologi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dan kecintaannya pada literasi, menjadikannya ingin membangun perpustakaan untuk anak-anak dan warga di kampungnya.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya