Plan Indonesia Bangun Sarana Air Bersih di NTT Demi Cegah Stunting
165 pelari ikuti jelajah timur 2021
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Lembata, IDN Times– Membawa misi pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi perempuan, tahun ini Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) kembali menggelar Jelajah Timur: Run for Equality, sebuah kampanye penggalangan dana untuk membangun akses air bersih di desa-desa di Nusa Tenggara Timur (NTT) demi mencegah stunting pada anak.
Pada Sabtu (27/11/2021) sebanyak 44 pelari di Pulau Lembata dan lebih dari 121 pelari dan pesepeda yang mewakili 26 komunitas di 20 kota di Indonesia dan 8 negara telah berlari menempuh 100 kilo meter sejak Jumat (26/11) malam hari. Kegiatan ini berlangsung sesuai dengan protokol kesehatan. Melalui Jelajah Timur, Plan Indonesia akan membangun akses air bersih di setidaknya dua desa yaitu Desa Mahal 1 dan 2 di Kabupaten Lembata, NTT.
Baca Juga: Sirkuit Mandalika Akan Dipakai untuk MotoGP, WSBK dan IATC Tahun 2022
1. Bertujuan kurangi stunting
Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti yang juga merupakan pelari Jelajah Timur di Lembata menjelaskan bahwa akses air bersih tidak hanya mampu mengurangi beban dan risiko yang dihadapi masyarakat serta anak-anak perempuan di NTT, namun juga berkontribusi terhadap pengurangan stunting.
“Pemenuhan akses air bersih adalah kunci dalam memperjuangkan hak-hak anak terutama anak perempuan di NTT. Tahun ini adalah tahun ketiga bagi Plan Indonesia dalam menyelenggarakan Jelajah Timur yang kembali menjadi penegas akan komitmen kami terhadap misi untuk memperjuangkan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan,” ujarnya.
Akses air bersih yang masih langka menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat di NTT. Di mana mereka harus berjalan kaki hingga lima kilometer untuk memenuhi kebutuhan air. Lebih dari itu, anak perempuan sering dibebankan untuk menjalani tanggung jawab ini. Akibatnya, anak perempuan kehilangan waktu bermain dan belajarnya karena kelelahan. Belum lagi mereka rentan risiko kekerasan di perjalanan mengambil air bersih.
Sulitnya akses terhadap air bersih membuat keluarga di NTT menghabiskan sebagian besar anggaran rumah tangga untuk membeli air bersih ketimbang memenuhi kebutuhan gizi anak. Sehingga, kelangkaan air berdampak pada angka stunting di NTT. Studi Status Gizi Balita Kementerian Kesehatan RI tahun 2019 menunjukkan bahwa NTT merupakan provinsi dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Indonesia hingga mencapai 43,8 persen.
Baca Juga: Pemerintah Bayar Komitmen Fee Rp143 Miliar ke Dorna untuk MotoGP