Sultan Kaharuddin IV Angkat Anak Muda Jadi Pewaris Kesultanan Sumbawa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sumbawa, IDN Times - Sultan Muhammad Kaharuddin IV mengangkat anak muda usia 25 tahun sebagai pewaris tahta Kesultanan Sumbawa di Istana Dalam Loka, Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu (29/5/2024).
Sultan menunjuk cucu lelaki, Raihan Omar Hasani Priyanto Daeng Mas Madinah (25) dan menitahkan untuk mengemban amanah sebagai putra mahkota Kesultanan Sumbawa.
Sekretaris Majelis Adat Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) Yuli Andari Merdikaningtyas upacara adat ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para tamu undangan. Upacara adat ini juga mencerminkan kekayaan budaya Sumbawa yang masih terjaga.
1. Kembali dilaksanakan setelah 126 tahun
Yuli Andari menjelaskan prosesi adat pengangkatan Datu Rajamuda Kesultanan Sumbawa berlangsung di ruang Lunyuk Agung, Istana Dalam Loka. Upacara sakral ini merupakan momen bersejarah bagi Kesultanan Sumbawa karena peristiwa ini baru dilaksanakan kembali setelah 126 tahun yang lalu.
Terakhir, dilaksanakan pada tahun 1898 saat pengangkatan Datu Rajamuda Muhammad Kamaluddin Daeng Samarilangi. Putra pertama Dewa Masmawa Sultan Muhammad Djalaluddin III dengan Dewa Maraja Bini Siti Mariyam Daeng Risompa Datu Ritimu.
Dalam sejarah Kesultanan Sumbawa, pengangkatan Datu Rajamuda dilaksanakan terhadap putra Sultan yang tengah berkuasa sebagai ketentuan Tata Hukum Pemerintahan Kesultanan untuk menyiapkan calon penerus kepemimpinan dalam Kesultanan Sumbawa.
Penetapan calon Datu Rajamuda tidak mutlak dari putra pertama karena sangat tergantung pada hasil ikhtiar para ulama dalam lingkup kesultanan yang memberikan pandangan mereka kepada Sultan. Dewa Mas Madinah Muharam Harun Al Rasyid misalnya, merupakan putra kedua dari Dewa Mas Bantan Dewa Dalam Bawa.
"Pengangkatan Datu Rajamuda yang cukup meriah dilaksanakan di era kejayaan Kesultanan Sumbawa yaitu pada saat pemerintahan Dewa Masmawa Sultan Amroellah yang mengangkat putra pertamanya Maskuncir Daeng Manassa sebagai Datu Rajamuda," terangnya.
Baca Juga: Bupati KSB Ungkap Alasan Rohmi Berduet di Pilgub NTB 2024
2. Tujuan pengangkatan Datu Rajamuda Kesultanan Sumbawa
Yuli Andari menjelaskan pada era modern dan penuh tantangan global ini, Kesultanan Sumbawa melalukan upacara pengangkatan Datu Rajamuda dengan tujuan yang berbeda.
Jika semula, calon penerus Sultan maupun Sultan yang dinobatkan tidak untuk memegang pemerintahan. Namun saat ini fungsinya untuk menjaga dan melestarikan adat, budaya, dan menjaga marwah Tau Ke Tana Samawa.
Pada 13 April 1950, Kesultanan Sumbawa yang saat itu telah menjadi pemerintah Swapraja Sumbawa bersama dua Swapraja lainnya di Pulau Sumbawa yaitu Swapraja Bima dan Swapraja Dompu, memutuskan untuk bergabung dengan Republik Indonesia, sehingga fungsi pemerintahan dipegang oleh Bupati di daerah hingga saat ini.
"Sehingga Sultan selalu berpesan bahwa Kesultanan Sumbawa maupun Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) harus bersinergi dan bekerja sama dengan pemerintah baik daerah maupun pusat dalam hal pelesatarian dan pemajuan kebudayaan,” tutur Yuli Andari.
3. Rangkaian prosesi adat pengangkatan Datu Rajamuda Kesultanan Sumbawa
Dijelaskan, ada sejumlah rangkaian prosesi adat pengangkatan Datu Rajamuda Kesultanan Sumbawa. Pertama, Sanapat Pelasan Kamutar atau penyampaian Surat Keputusan (SK) yang berisi penunjukkan dan pengangkatan Datu Rajamuda dan dasar pengambilan keputusan.
Kedua, Satenri Manik merupakan momen dimana Sultan Muhammad Kaharuddin IV bertitah kepada Datu Rajamuda untuk mengemban amanah sebagai penerus Kesultanan Sumbawa.
Ketiga, Pasangkeling Sangka Manik merupakan jawaban tentang kesiapan Datu Rajamuda untuk mengemban amanah yang diberikan oleh Dewa Masmawa.
Keempat, Sakena Parewa/Lambang Datu Rajamuda merupakan pemakaian atribut regalia Datu Rajamuda yang terdiri dari Keris Kanadi dan Cilo Datu Rajamuda.
Kelima, Jeruk Ai Oram berupa proses penyucian diri lahir batin setelah menerima amanat, tugas, dan tanggung jawab yang diembankan kepada Datu Rajamuda.
Prosesi Jeruk Ai Oram dilakukan para sesepuh perempuan Kesultanan Sumbawa yang secara simbolis membasuh empat bagian penting anggota tubuh Datu Rajamuda.
Yaitu, kepala (melambangkan pemikiran), wajah (melambangkan aura yang positif atas dasar ilmu, iman, dan amal), pundak (melambangkan tanggung jawab), tangan (melambangkan bekerja keras), dan kaki (melambahkan langkah ke arah yang baik).
Pada saat membasuh bagian tubuh Datu Rajamuda, para sesepuh perempuan Kesultanan Sumbawa ini menghaturkan doa dalam hati mengharapkan kehadirat Allah SWT untuk memberkati para keturunan agar dapat memperkuat dan melanjutkan Kesultanan Sumbawa di masa kini dan nanti. Serta terakhir, Pasatotang Dewa Masmawa berupa nasehat-nasehat yang diberikan oleh Sultan kepada calon penerusnya.
Baca Juga: Kejati NTB Tetapkan 2 Pejabat Bank sebagai Tersangka Korupsi KUR
Baca Juga: Menikmati Savana Pulau Kenawa di Kabupaten Sumbawa Barat