Devisa dari Pariwisata NTB Baru Mencapai Rp10 Triliun
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mataram, IDN Times - Pembangunan sektor pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB) masih memiliki banyak pekerjaan rumah (PR). Mulai dari lama tinggal (length of stay), uang yang dihabiskan selama di NTB (spending money) atau devisa pariwisata hingga wisatawan berkunjung kembali (repeater) masih cukup rendah.
Pariwisata NTB masih jauh kalah dari provinsi tetangga yaitu Bali baik dari aspek lama tinggal wisatawan, spending money dan wisatawan repeater, berkali-kali lipat dibandingkan NTB. Devisa pariwisata NTB yang dilihat dari spending money wisatawan baru mencapai Rp10 triliaun hingga Rp11 triliun.
1. Lama tinggal wisatawan rata-rata 2,1 hari
Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi NTB, Izzudin Mahili menyebutkan rata-rata lama tinggal wisatawan di NTB sebesar 2,1 hari. Sedangkan di Bali, rata-rata lama tinggal wisatawan sudah di atas 10 hari.
"Length of stay wisatawan rata-rata masih 2,1 hari. Sehingga tugas kita kalau bisa meningkatkan menjadi 3 - 4 hari. Karena Bali sudah 10 hari," kata Izzudin di Mataram, Jumat (6/1/2023).
Baca Juga: Klaim Lahan Sirkuit Mandalika, ITDC Berubah Pikiran Tak Mau Adu Data
2. Spending money wisatawan baru Rp10 trilian higga Rp11 triliun
Kemudian, spending money wisatawan di NTB juga masih rendah. Spending money wisatawan di NTB baru sekitar Rp10 - 11 triliun. Izzudin menyebutkan spending money wisatawan atau devisa pariwisata di Bali sudah mencapai Rp100 triliun.
Selain itu, wisatawan repeater atau wisatawan yang kembali lagi berkunjung ke NTB juga masih rendah. Berdasarkan data yang dimiliki, wisatawan repeater di NTB masih di bawah satu persen.
"Artinya, masih banyak PR harus kita benahi," ungkapnya.
3. Integrasikan DPSP Mandalika dengan 11 KSPD
Untuk meningkatkan lama tinggal wisatawan, memperbesar devisa dan repeater, Izzudin menyebutkan Dispar NTB telah menyiapkan beberapa strategi ke depannya. Antara lain, mengintegrasikan Destinasi Super Prioritas (DPSP) Mandalika dengan 11 kawasan strategis pariwisata daerah (KSPD) di NTB.
"Ini harus kita integrasikan DPSP Mandalika dan 11 KSPD dengan calender of event dan wisata MICE. Kami memilih wisata MICE karena mass tourism. Kalau calender of event adalah sport tourism kita tambah dengan wisata MICE," ujarnya.
Izzudin menjelaskan Gubernur sudah membuat surat edaran kepada semua Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), BUMD, BUMN dan organisasi profesi untuk membawa event-event MICE skala nasional digelar di NTB. Nantinya, Dispar Provinsi NTB yang akan mengawal.
"Kadispar akan ikut bersama OPD ke kementerian/lembaga untuk melobi supaya ada rapat skala nasional di NTB. Kemudian Kadispar juga akan melaporkan ke pak gubernur mana kepala OPD yang kurang banyak mendatangkan event nasional, mana yang banyak mendatangkan event nasional," katanya.
4. OPD diminta gelar rapat di desa wisata
Selain itu, rapat-rapat internal OPD diminta digelar di desa wisata. Tujuannya, untuk memberdayakan desa wisata. Pihaknya juga membuat program Desa Wisata Jual Paket dan Beli Kreatif atau Dewi Juli. Dispar NTB sedang meminta desa wisata mana saja yang akanbdimasukkan program Dewi Juli ke Pemda kabupaten/kota.
"Ini akan connecting dengan program/kegiatan Kemenpar yaitu Beli Kreatif Desa Wisata (Beti Dewi). Sedangkan kita NTB punya Dewi Juli. Nanti yang kita rumuskan bersama pentahelix, adalah desa wisata apakah paket wisatanya menarik. Ini sedang dikumpulkan kabupaten/kota. Kita bersama Poltekpar melakukan kurasi," tutur Izzudin.
Baca Juga: DPRD NTB akan Turun Cek Lokasi Pembangunan Kawasan Industri Tembakau