Bisnis Sepatu Bekas, Milenial di Mataram dengan Omzet Puluhan Juta

Berawal dari pemakai dan pengoleksi sepatu bekas impor

Mataram, IDN Times - Bisnis thrifting atau menjual barang-barang bekas impor semakin banyak digandrungi milenial di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Seperti bisnis thrifting sepatu bekas impor yang dijalankan Janu Aswandi, warga Kelurahan Turida Kecamatan Sandubaya Kota Mataram.

Meskipun bisnis thrifting sepatu bekas impor baru berjalan sebulan. Namun omzetnya sudah mencapai Rp23 - Rp25 juta. Ia memesan barang langsung dari Batam, Provinsi Kepulauan Riau secara online.

1. Berawal dari pemakai sepatu bekas impor

Bisnis Sepatu Bekas, Milenial di Mataram dengan Omzet Puluhan JutaThrifting shop milik Janu Aswandi yang berada di rumahnya di Kelurahan Turida Kecamatan Sandubaya Kota Mataram (IDN Times/Muhammad Nasir)

Janu menceritakan awal mula dia terjun ke dalam bisnis thrifting sepatu bekas impor dengan nama toko online BPF Second Brand. BPF merupakan kepanjangan dari Bayu Panca Fatih, anak pertama dari Janu.

Saat berbincang dengan IDN Times di kediamannya, Jumat (3/6/2022), Janu menceritakan awal mula dia terjun ke dalam bisnis sepatu bekas impor. Dulunya, dia merupakan pemakai atau kolektor sepatu bekas impor.

Ia mengaku, memiliki lebih dari 20 koleksi sepatu bekas impor. Saking banyaknya koleksi sepatu yang dimiliki, sehingga istrinya menjadi bingung. Diam-diam sang istri menjual sepatu tersebut lewat media sosial Facebook. Karena banyak yang tertarik dan membeli sepatu bekas impor tersebut. Akhirnya, Janu dan istrinya membuka usaha menjual sepatu bekas impor.

"Ketika sepatu koleksi saya dijual istri. Marah juga iya. Bersyukur juga iya, karena di situ saya melihat ada peluang bisnis," ungkap Janu.

Sepatu bekas impor yang dibeli seharga Rp1,2 juta dijual oleh sang istri seharga Rp800 ribu. Dari sana Janu melihat ada peluang bisnis yang cukup menjanjikan dari jualan sepatu bekas impor.

Baca Juga: MXGP Samota Segera Digelar, Penjualan Tiket Online sampai 20 Juni 2022

2. Pembeli dari Jakarta dan Surabaya

Bisnis Sepatu Bekas, Milenial di Mataram dengan Omzet Puluhan JutaSepatu bekas impor (instagram.com/bpf.sepatuku)

Meskipun baru membuka bisnis thrifting sepatu bekas impor, namun Janu mengatakan pembelinya bukan saja dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Tetapi juga dari luar daerah seperti Jakarta dan Surabaya.

Hal ini menambah optimisme Janu untuk terus mengembangkan bisnis thrifting sepatu bekas. Meskipun sepatu bekas, tetapi barangnya bermerek lagi berkualitas. 

"Respons pembeli dari harga dan kualitas barang. Barangnya original, barang impor second. Tapi kualitas saya jamin. Masalah harga, kita tak cari untung banyak. Karena saya cari pelanggan dan kenalkan produk," kata Janu.

Sepatu bekas impor dijual dengan kisaran harga Rp160 ribu sampai Rp500 ribu per pasang. Sepatu bekas yang paling mahal merek Nike Air Jordan seharga Rp500 ribu. Di tempat lain, kata Janu, biasanya dijual di atas Rp600 ribu per pasang.

Dalam satu bal sepatu bekas yang dibeli dari Batam secara online, berisi 100 pasang sepatu. Ada sekitar 15 merek sepatu dalam satu bal, di antaranya merek-merek terkenal seperti Nike, Adidas, Fila, Puma dan lainnya.

3. Omzet puluhan juta

Bisnis Sepatu Bekas, Milenial di Mataram dengan Omzet Puluhan JutaSepatu bekas impor (Instagram.com/bpf.sepatuku)

Janu mengungkapkan omzet dari bisnis thrifting sepatu bekas impor tersebut mencapai puluhan juta, yaitu sekitar Rp23 - Rp25 juta. Sehingga, menurutnya bisnis ini cukup menjanjikan. Bahkan saat ini, ia telah memiliki 2 reseller.

Ia berharap bisnis ini terus berkembang. Sehingga ke depan bisa menjadi supplier sepatu bekas impor di Kota Mataram. Saat ini, bisnis sepatu bekas impor masih dijalankan dari rumah dengan memanfaatkan media sosial seperti Instagram, Facebook, dan group WhatsApp.

Selain itu, ia juga memanfaatkan marketplace Toko Online Shopee. Ia mengungkapkan sekitar 80 persen penjualan dilakukan secara online, sisanya ada pelanggan yang datang langsung ke rumah.

Meskipun memang seperti usaha bisnis lain, thrifting sepatu bekas ada suka dan dukanya. Bisnis ini memang menjanjikan dengan potensi pelanggan baru, tetapi di sisi lain menghadapi risiko barang pesanan yang rusak. Otomatis tak bisa dijual. 

"Ada pesaing yang pakai topeng, mungkin harga saya lebih murah. Rusuhnya di sana dari pesaing," ungkapnya.

Baca Juga: Baju Rombeng di Kota Bima Laris, Pembeli: Bekas Tapi Original

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya