Chikungunya Meluas, Setengah Kelurahan di Kota Bima terdampak

Dilaporkan sebanyak 359 pasien terjangkit

Kota Bima, IDN Times - Penyebaran virus Chikungunya di Bima Nusa Tenggara Barat (NTB) dari hari ke hari makin meluas. Jika 10 hari sebelumnya, jumlah pasien terjangkit 289 orang, kini sudah bertambah bahkan menembus angka 359 pasien.

"Tidak ada yang sampai meninggal dunia. Sebagian besar sudah sembuh, sisa yang masih dirawat dan pemulihan tinggal 58 orang," jelas Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Bima Ahmad S Sos, Rabu (22/6/2022).

1. Penyebaran Chikungunya di Kota Bima

Chikungunya Meluas, Setengah Kelurahan di Kota Bima terdampakpinterest

Ratusan pasien yang terpapar penyakit basis lingkungan tersebut tersebar di 21 wilayah, dari total jumlah kelurahan di Kota Tepian Air ini sebanyak 41 kelurahan. Rincianya, sebut Ahmad untuk Kelurahan Pemagaran 59 orang, Dodu 50 orang, Lampe 43, Matakando 45, Mande 38, Melayu 14, Kendo 13, Jatibaru 22, dan Kelurahan Penana'e 15 orang.

Sementara di Kelurahan Monggonao sedikitnya 3 orang, Sadia 2 orang, Sambina'e 2 orang, Mangge Maci 12 orang. Kemudian Kelurahan Dara 17 orang, Tanjung 3 orang, Paruga 2 orang, dan Raba Ngodu Utara hanya 4 orang.

"Sedangkan di Kelurahan Ule 4 orang dan Raba Dompu Barat baru ditemukan lima kasus," terang dia.

Baca Juga: Wagub NTB Apresiasi Pembentukan Forum Jurnalis Perempuan Cabang NTB

2. Pasien rata-rata diserang bagian persendian hingga kaku untuk berjalan

Chikungunya Meluas, Setengah Kelurahan di Kota Bima terdampakIlustrasi pasien COVID-19 memenuhi IGD sebuah rumah sakit di Jawa Tengah (ANTARA FOTO/Idhad Zakaria)

Efek Chikungunya, kata Ahmad, tidak menyebabkan efek fatal kematian. Namun secara umum, Chikungunya dapat menghalangi aktivitas pasien. 

Karena virus itu akan menyerang bagian persendian secara tiba-tiba, demam, nyeri otot, sakit kepala dan selalu merasa kelelahan. Sehingga aktivitas pasien yang bersangkutan akan terganggu. Misalnya, anak sekolah tidak bisa pergi ke sekolah atau pegawai tidak bisa bekerja. 

"Keluhan itu gak lama dirasakan pasien, lebih kurang seminggu mereka akan sembuh," terang dia.

3. Minim budaya sanitasi dan tingginya mobilitas warga jadi pemicu utama

Chikungunya Meluas, Setengah Kelurahan di Kota Bima terdampakilustrasi lingkungan kumuh (pexels.com/Leonid Danilov)

Meningkatnya jumlah pasien Chikungunya 10 tahun terakhir, menurut Ahmad, akibat tingginya mobilitas warga kemudian tidak disertai dengan kesadaran untuk melakukan sanitasi lingkungan. Sehingga mengakibatkan jentik nyamuk berkembang biak dengan pasat, lalu berujung nyamuk-nyamuk itu menyerang warga.

"Soal penyakit ini, kembali ke kesadaran masyarakat saja. Andaikan lingkungan mereka bersih, pasti tidak ada pasien Chikungunya," akunya. 

Hanya saja, kebiasaan tersebut jarang ditemukan di tengah masyarakat. Karena tidak adanya kesadaran dari pemerintah kelurahan menggerakkan masyarakat untuk gotong royong membersihkan lingkungan. Padahal menurut dia, mereka sudah dialokasikan anggaran untuk pencegahan penyakit tersebut.

"Kalau begini terus keadannya, semua kelurahan di Kota Bima nanti bisa saja terpapar Chikungunya," tandas dia.

Baca Juga: Pemprov NTB Berutang Rp500 Miliar untuk Pembangunan RSUDP NTB

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya