Walhi NTB Beri Catatan Soal Dugaan Penjualan Bukit di KEK Mandalika

Walhi akan investigasi dugaan pembalakan bukit di Mandalika

Mataram, IDN Times - Klaim Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat Dr H Zulkieflimansyah terkait dijualnya bukit-bukit di Kawasan Ekonomi Khusus KEK Mandalika pada tanggal 30 Maret 2022 lalu menjadi catatan tersendiri bagi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Daerah NTB.

Direktur Eksekutif WALHI NTB Amri Nuryadin mengatakan jika semua bukit di KEK Mandalika dijual, maka akan memberi dampak luas bagi masyarakat lingkar KEK. Potensi banjir dan tanah longsor menjadi semakin besar jika bukit-bukit itu dibuat menjadi bangunan. 

1. Dampak lingkungan harus dibaca

Walhi NTB Beri Catatan Soal Dugaan Penjualan Bukit di KEK MandalikaAparat kepolisian bantu warga terendam banjir

Amri menjelaskan, dengan dijualnya bukit-bukit di KEK Mandalika itu akan memberi dampak ingkungan bagi penduduk sekitar KEK Mandalika.

"Kami akan lakukan investigasi untuk melihat dampak dari dugaan pembalakan bukit di KEK Mandalika," kata Amri, Rabu (20/4/2022). 

Apalagi ada dua bukit dikeruk untuk menimbun Sirkuit Mandalika yaitu Bantar dan Bukit Lenser di KEK Mandalika. Hal ini mengancam keselamatan warga sekita, karena rawan banjir dan longsor.

Baca Juga: Nikmatnya Ikan Bakar Pantai Nipah di Lombok Utara

2. Tiga aspek perlu jadi pertimbangan Pemda NTB

Walhi NTB Beri Catatan Soal Dugaan Penjualan Bukit di KEK MandalikaBukit 360, bukit untuk memantau sirkuit 360 derajat. (IDN Times/Umi Kalsum)

Ada tiga aspek yang harus menjadi perhatian Pemda NTB dengan dijualnya bukit-bukit di KEK Mandalika.

Apalagi Gubernur NTB Dr H Zulkieflimansyah yang mengaku bahwa semua bukit telah dijual melalui pasar global ke tangan asing. Hal ini perlu menjadi catatan dan perhatian semua pihak, termasuk Pemerintah.

Catatan pertama ialah soal pembebasan lahan sampai hari ini belum selesai dari aspek HAM. Kedua, soal aspek penting dalam hal persoalan lingkungan hidup.

Terutama soal tata pengelolaan lingkungan di wilayah KEK usai adanya pembangunan Sirkuit Mandalika.

"Ini kan karena efek bukit dikeruk saban hari hujan saban hari banjir. Contoh real Mandalika diterjang banjir pada 21 Maret 2022 sehari selepas event MotoGP," kata Amri.

3. Lakukan mitigasi bencana alam di Mandalika

Walhi NTB Beri Catatan Soal Dugaan Penjualan Bukit di KEK MandalikaFoto udara destinasi wisata Pantai Mandalika di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Senin (7/6/2021). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi

Jika semua bukit dijual ke tangan asing, Amri mengatakan mestinya pemerintah daerah NTB melakukan kajian terkait dampak lingkungan yang akan ditimbulkan akibat pengerukan bukit dan alih fungsi lahan.  Pemda juga harus perhatikan hak kelola rakyat, baik itu petani dan nelayan. 

"Selama ini kan ada 180-an kepala keluarga hilang tempat tinggal akibat pembangunan Sirkuit Mandalika," cetus Amri. 

Dia menyarankan sebagai Destinasi wisata super prioritas, semestinya Pemda bersama Pemerintah Pusat memikirkan ulang niat membangun secara ugal-ugalan di KEK Mandalika.

"Sekarang semua bukit sudah dijual. Apa dampak pembangunannya? Kalau semua maunya membangun sama halnya kita membiarkan bencana alam terjadi," kata Amri.

Sedikitnya ada tujuh bukit yang berdekatan dan masuk KEK Mandalika. Di antaranya Bukit Batik Bantar, Bukit Makam, Bukit Petiwong, Bukit Pogem, Bukit Seger, Bukit Rangkap, dan Bukit Serenting (360). 

"Apapun niatan Pemerintah untuk pembangunan mestinya tidak hanya pro ke pengusaha tapi juga pro ke masyarakat lokal," pungkas Amri. 

Baca Juga: 5 Masjid Paling Ikonik di Lombok, Ada yang Mirip Kuil

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya