5 Tips Memberikan Edukasi Seksual pada Anak Menurut Psikoseksual

Kenalkan good touch, bad touch, dan secret touch pada anak

Kekerasan seksual pada anak usia dini beberapa tahun belakangan ini semakin marak terjadi. Hal itu diduga karena anak tidak diajarkan tentang bagian tumbuh yang boleh dan tidak boleh dilihat orang lain, bahkan oleh orang tuanya sendiri ketika si anak sudah tumbuh besar.

Edukasi seksual ini penting diajarkan kepada anak sedini mungkin untuk menghadapi hal-hal yang akan terjadi di masa depan. Hal ini juga dapat membentuk karakter dan pola perilaku agar terhindar dari pelecehan seksual maupun perilaku seksual menyimpang.

Hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam memberikan edukasi seks pada anak adalah memberikan informasi yang terbuka, jujur, dan dapat dipercaya. Adapun 5 tips memberikan edukasi seksual sejak dini pada anak menurut psikoseksual adalah sebagai berikut.

1. Kenalkan edukasi seksual sesuai tingkat usia anak

5 Tips Memberikan Edukasi Seksual pada Anak Menurut PsikoseksualPinterest

Jelaskan segala sesuatunya sesuai tingkat usia anak atau yang dapat dipahami oleh anak. Sigmund Freud, seorang ahli psikoanalisa, mengatakan bahwa ada 5 fase perkembangan seksual, yaitu fase oral, fase anal, fase phallic, fase laten, dan fase genital.

1. Fase oral (0-2 tahun)

Pada tahap ini, pemenuhan kenikmatan seksualitas awal anak berada di daerah sekitar mulut seperti saat menyusu pada ibu ataupun memasukkan benda-benda kedalam mulut.

2. Fase anal (2-3 tahun)

Fase ini berlangsung ketika pemenuhan kenikmatan seksual anak berada pada daerah anus dan sekitarnya. Contohnya, ketika anak buang air besar atau buang air kecil.

3. Fase phallic (3-6 tahun)

Pada fase ini menjelaskan bahwa kenikmatan seksual dialami anak saat alat kelaminnya mengalami sentuhan atau rabaan, dan di fase ini, anak telah mulai mengenali perbedaan lawan jenis.

4. Fase laten (6-11 tahun)

Di fase ini, aktivitas seksual yang dialami anak telah mulai berkurang dikarenakan anak sedang fokus pada perkembangan fisik dan kognitifnya karena mereka mulai memasuki masa sekolah.

5. Fase genital (12 tahun ke atas)

Fase genital merupakan fase terakhir dalam tahap perkembangan psikoseksual. Hal ini dikarenakan organ seksual dan hormon seksual pada diri anak mulai aktif, sehingga anak sudah menikmati aktivitas seksual secara sadar.

Tahapan-tahapan yang dialami dalam masa perkembangan tersebut diharuskan melibatkan orang tua, karena dalam memberikan edukasi mengenai seksual kepada anak, materi yang disampaikan kepada anak-anak berbeda dengan yang disampaikan kepada orang dewasa sehingga dikatakan bahwa pendidikan seksual yang paling baik bagi anak adalah orang tua.

Baca Juga: 10 Cara Tidak Sehat dalam Upaya Meningkatkan 'Self-Esteem'

2. Kenalkan bad touch dan good touch

5 Tips Memberikan Edukasi Seksual pada Anak Menurut PsikoseksualPinterest

Bad touch merupakan edukasi seksual tentang sentuhan di empat area pribadi yang tidak boleh disentuh oleh orang lain. Empat area pribadi yang tidak boleh disentuh tersebut meliputi, mulut, dada, bokong, dan alat kelamin. Adapun good touch merupakan sentuhan yang melambangkan kebaikkan dan tanda sayang yang diterima oleh si anak dari orang tuanya. Area good touch tersebut di antaranya, kepala, tangan, dan kaki.

Dalam memberikan edukasi seksual tentang bad touch dan good touch ini, orang tua dapat mengenalkan area pribadi si anak yang boleh dan tidak boleh disentuh atau dilihat oleh orang lain tersebut melalui video edukasi, buku cerita, menggunakan media cermin, dan saat mandi.

3. Gunakan nama yang benar untuk setiap bagian tubuh

5 Tips Memberikan Edukasi Seksual pada Anak Menurut PsikoseksualPinterest

Rasa ingin tahu anak terhadap seks adalah tahapan belajar yang normal untuk mengenal tubuhnya. Mengajarkan edukasi seksual pada anak akan membantunya lebih mengenal kondisi, fungsi, dan harga diri tubuhnya. Anak-anak biasanya juga akan lebih tertarik pada topik bayi dan kehamilan dibandingkan dengan cara melakukan hubungan seksual.

Oleh sebab itu, dalam memberikan edukasi seksual, orang tua sebaiknya menggunakan nama yang benar saat membicarakan bagian tubuh. Misalnya, penis, skrotum, testis, vulva, dan vagina. Dengan begitu, anak dapat memahami bahwa membicarakan bagian tubuh adalah hal yang sehat dan tidak perlu canggung.

4. Hal-hal yang perlu dihindari

5 Tips Memberikan Edukasi Seksual pada Anak Menurut PsikoseksualPinterest

Dalam praktik sehari-hari mengurus anak, terutama balita, ada beberapa hal yang dianggap sepele yang kerap orang tua abaikan. Salah satunya adalah saat menggantikan baju anak. Oleh sebab itu, kaitannya dengan edukasi seksual, orang tua perlu menghindari melakukan 3 hal ini.

1. Tepuk pantat anak karena gemas

Orang tua lebih baik tidak memukul pantat anak sebagai tanda gemas, karena tanpa disadari, apa yang dilakukan tersebut bisa menjadi bentuk penguatan untuk anak bahwa ketika pantatnya dipukul, itu hal yang biasa dan dibolehkan.

2. Menyebut vagina dan penis dengan istilah lain

Anak-anak sebaiknya diperkenalkan pada pengertian dan istilah yang sebenarnya dan bukan menggantinya dengan sebutan-sebutan lain yang berkonotasi buruk, seperti “burung” atau “titit”.

3. Mengganti baju anak dibtempat terbuka

Jangan sampai anak berpikir bahwa tidak masalah mengumbar area privat di tempat yang banyak orang berlalu lalang. Hal ini juga berlaku ketika memandikan anak di tempat terbuka yang area privatnya bisa dilihat orang selain orang tuanya.

5. Manfaat mengajarkan edukasi seksual pada anak sejak dini

5 Tips Memberikan Edukasi Seksual pada Anak Menurut PsikoseksualPinterest

Dengan memberikan edukasi seksual kepada anak, bisa memenuhi rasa ingin tahu anak. Hal ini berguna untuk mencegah anak melakukan aktivitas seksual yang tidak benar. Selain itu, edukasi seksual kepada anak juga dapat mencegah anak agar tidak terkejut saat masuk usia pubertas. Hal ini bisa mendorong anak menjaga organ reproduksinya, mencegah kehamilan usia dini, serta mencegah terjadinya pelecehan seksual.

Selain itu, edukasi seksual akan membuat anak lebih terbuka pada orang tua untuk membicarakan hal yang terkait dengan seksualitas. Secara tidak langsung, orang tua telah memberi edukasi tentang bahaya dari seks bebas seperti tertular penyakit kelamin atau human immunodeficiency virus (HIV) atau acquired immune deficiency syndrome (AIDS).

Itulah 5 tips memberikan edukasi seksual sejak dini pada anak menurut psikoseksual. Semoga bermanfaat untuk kita semua.

Baca Juga: 5 Temuan Psikologi tentang Kepribadian yang Menarik untuk Diamati

Hirpan Rosidi Photo Community Writer Hirpan Rosidi

Hirpan Rosidi, laki-laki kelahiran 1997 yang tidak pandai mendeskripsikan dirinya. Karena kemampuan menulisnya dibawah rata-rata, dia memiliki cita-cita yang dimana dia sendiri tidak terlalu berharap cita-citanya bisa terwujud; yaitu disalah satu rak toko buku, di antara buku-buku dari penulis besar itu, terselip satu judul buku dengan nama Hirpan Rosidi sebagai penulisnya. Berbekal lulusan Psikologi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dan kecintaannya pada literasi, menjadikannya ingin membangun perpustakaan untuk anak-anak dan warga di kampungnya.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya