George VI : Si Gagap yang Tidak Diharapkan Menjadi Raja Inggris

Lahir bersamaan dengan meninggalnya sang kakek

Banyak yang tidak menyangka bahwa George VI atau Albert Frederick Arthur George suatu saat nanti menjadi raja. Betapa tidak, sang kakak, Edward Albert Christian George Andrew Patrick David atau Edward VIII, yang lebih berpeluang menjadi raja mengingat dirinya anak sulung.

Ditambah lagi ketika kakaknya memiliki anak maka keturunannya lebih diprioritaskan. Namun, sejarah pun berubah. Sang kakak menyerahkan kekuasaan dan secara otomatis, dia menjadi raja. Pada saat itu, kakaknya belum menikah dan putri sulungnya, Elizabeth Alexandra Mary atau Elizabeth II selanjutnya secara otomatis meneruskan pemerintahannya selanjutnya menjadi wanita penguasa monarki terlama di dunia. 

Di balik kisah tersebut, terdapat lika-liku yang dijalani George VI untuk bisa menjadi seorang raja. Tidak mudah memang, tetapi George VI mampu melakukannya. Terlebih lagi pada saat itu pemerintahannya dalam masa Perang Dunia Kedua. 

1. Kelahirannya bersamaan dengan tanggal kematian kakek buyut

George VI : Si Gagap yang Tidak Diharapkan Menjadi Raja InggrisRaja George VI aka Prince Bertie (rct.uk)

Raja George VI lahir pada tanggal 14 Desember 1895 yang bertepatan dengan hari peringatan wafatnya Pangeran Albert, suami Ratu Victoria, pemimpin Kerajaan Inggris pada saat kelahirannya. Lebih tepatnya, pada tanggal 14 Desember 1861 atau sekitar 34 tahun yang lalu.

Awalnya Ratu Victoria menginginkan nama awal kakak Raja George VI itu Albert tetapi akhirnya bisa terwujud pada saat kelahirannya. Ratu Victoria juga menjadi wali baptisnya dan dibaptis dengan nama Albert Frederick Arthur George, 3 bulan setelah kelahirannya atau pada tanggal 17 February 1896. Namun dalam kehidupan sehari-hari dipanggil dengan Bertie dan mendapatkan gelar Duke of York ketika berusia dewasa.

2. Keadaan lingkungan yang membuatnya sakit-sakitan dan gagap

George VI : Si Gagap yang Tidak Diharapkan Menjadi Raja InggrisRaja George VI (royal.uk)

Anak sekaligus putra kedua dari Raja George V dan Ratu Mary Teck ini memiliki masa kecil yang tidak begitu baik. Sebagai seorang kidal, Raja George VI dipaksa menulis dengan tangan kanan. Didikan sang ayah yang keras turut serta membentuk karakter George VI sebagai anak yang agak mudah menangis dan mengamuk hingga berusia dewasa. Tidak hanya itu, lutut Raja George VI pernah terbentur yang membuatnya memakai bidai untuk meluruskannya. Ini membuatnya menjadi bahan ejekan. Awalnya bidai ini dipakai siang dan malam sampai akhirnya pada malam hari karena sekolahnya. 

Yang kontras dari raja ini adalah gagapnya. Masa kecil tidak baik membuat dirinya menjadi disebut sebagai seorang penakut yang selanjutnya membentuk dirinya sebagai gagap. Karena hal tersebut, Raja George VI lebih sering tampil di belakang panggung. Kegagapan itu berubah sejak sang istri, Elizabeth Bowes-Lyon, memperkenalkan Lionel Logue kepadanya yang merupakan ahli wicara pada tahun 1926. Raja George VI sangat bersemangat mengikuti latihan bersamanya. Sampai-sampai, menurut David Sinclair (1988) dalam buku Two Georges: The Making of Modern Monarchy hampir setiap hari dalam dua bulan ia didampingi istrinya mendatangi Lionel Logue.

Kegagapan Raja George VI sedikit demi sedikit pun menghilang berkat penyembuhan Lionel Logue. Pada saat dinobatkan, ia memberikan kepercayaan kepada Lionel Logue dalam menyusun pidatonya. Hasilnya, ia mampu membawakan pidato dengan baik  tanpa gagapnya itu.

Baca Juga: Anak di Bima ini Temukan Ayahnya yang Hilang dalam Keadaan Meninggal 

3. Diinginkan ayahnya, tetapi tidak populer

George VI : Si Gagap yang Tidak Diharapkan Menjadi Raja InggrisRaja George VI (artuk.org)

Tidak seperti kakaknya si playboy yang akhirnya jatuh hati kepada Wallis Simpson, kehidupan Pangeran Bertie begitu bahagia dengan istri dan kedua putrinya. Hal tersebut membuat ayah mereka, Raja George V lebih menyukai dirinya sebagai raja. Maka tidak heran, sang ayah sejak dulu sudah mempersiapkannya tugas-tugas kerajaan, di balik dirinya yang lebih senang di belakang panggung. 

Setelah ayahnya wafat, maka secara otomatis tahta jatuh kepada kakaknya. Sayangnya, kekuasaan sang kakak hanya berlangsung selama 10 bulan dan tidak sempat dinobatkan demi menikahi Wallis Simpson yang merupakan janda cerai warga negara Amerika Serikat. Karena hal tersebut, secara tidak terduga ia pun naik tahta sebagai penguasa kerajaan Inggris pada tanggal 12 Mei 1937 (sebenarnya tanggal itu juga penobatan status raja kakaknya yang tidak jadi) dan mengambil gelar sebagai Raja George VI.

Penobatannya sendiri disiarkan melalui siaran BBC baik melalui siaran radio ataupun televisi. Namun pada saat dinobatkan, tidak ditayangkan dalam layar televisi. Setelah pengunduran kakaknya, ia memberikan tanda penghormatan Duke of Windsor setahun kemudian.

4. Nyaris tewas pada saat perang dunia kedua

George VI : Si Gagap yang Tidak Diharapkan Menjadi Raja InggrisRaja George VI (karsh.org)

Pada tanggal 3 September 1939 Inggris mengumumkan perang dunia ke-2. Hal ini begitu berdampak pada kehidupan rakyat Inggris, termasuk Raja George VI. Sebagai seorang raja, ia dan keluarganya tetap berada di Inggris alih-alih mengungsi ke luar negeri seperti yang dilakukan beberapa kerajaan lain.

Selama perang dunia kedua, mereka bolak-balik dari istana Buckingham dan Windsor. Selain itu, Raja George VI dan istrinya kerap mengunjungi tempat yang terkena bom, tentara, hingga pabrik instalasi senjata. Secara tidak langsung, peristiwa ini menaikkan kepercayaan masyarakat tentang Raja George VI yang gagap itu. 

Dari perang dunia ke-2 tersebut, Raja George VI dan istrinya nyaris tewas pada saat Istana Buckingham dihujani lima bom berdaya ledak tinggi oleh pihak Jerman pada tanggal 13 September 1940 pukul 11 pagi. Saat itu, raja dan ratu baru saja minum teh. Ketika suara bom itu berdentum, mereka pun langsung keluar ke koridor untuk menyelamatkan diri. Dari peristiwa tersebut beberapa bagian istana pun hancur. 

5. Kesehatan pasca perang dunia kedua dan kebiasaan buruknya

George VI : Si Gagap yang Tidak Diharapkan Menjadi Raja InggrisRaja George VI (karsh.org)

Begitu besar dedikasi Raja George VI terhadap bangsa Inggris, ia rela melakukan segala cara agar tentram. Meskipun kelelahan dan menahan sakit, ia berkeyakinan bahwa kerja kerasnya tidak sia-sia . Hasilnya Inggris memenangkan perang dunia kedua. Kondisi kesehatannya semakin diperparah dengan kebiasaan merokoknya berat. Ia pun menderita kanker paru-paru. Akibat penyakitnya tersebut, tabung bronkial pada paru-parunya diangkat. Pada saat sakit, putrinya Elizabeth mengambil beberapa tugas negara.

Sayangnya, Raja George VI wafat pada tidurnya di tanggal 6 Februari 1952. Rakyat Inggris berduka dengan kematiannya. Pada tanggal 15 Februari 1952, ia pun dimakamkan di Kapel Santo George, Windsor. Sementara jandanya, Ibu Suri Elizabeth Bowes-Lyon wafat 50 tahun kemudian di tanggal 30 Maret 2002. Namun, Raja George VI masih sempat melihat putri sulungnya Elizabeth menikah dengan Pangeran Philip dan kelahiran dua cucu dari mereka, Pangeran Charles dan Putri Anne. 

Suatu kejadian yang tidak diharapkan menaikkan statusnya menjadi raja membuat Raja George VI harus memenuhi amanah rakyat Inggris. Ia melakukan segala cara agar rakyatnya tentram dan tidak ada lagi krisis tahta yang disebabkan oleh kakaknya. Tindakan Raja George VI dalam menyikapi perang dunia begitu bijaksana. Kekurangannya pun mau diatasinya dengan kemauan dan kerja keras. Selain itu, ia juga merupakan raja yang ikhlas melakukan tugasnya. Salah satunya buktinya memberikan kemerdekaan bagi negara India, Pakistan, dan Myanmar.

Baca Juga: Ada 2.910 Janda dan Duda Baru di Bima dalam 1,5 Tahun

Kristi Ani Photo Community Writer Kristi Ani

Apa?

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina
  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya