5 Etika dalam Menyampaikan Permohonan Maaf, Tak Sekadar 'Maaf ya'

Kata 'ya sudah maaf' sama 'aku minta maaf' itu beda ygy!

Kamu meminta maaf untuk menyatakan bahwa kamu sadar apa yang kamu lakukan itu salah. Tapi pernah tidak, kamu sudah meminta maaf untuk baikan, tapi masih dianggapnya kamu tidak mau mengalah dan merasa bahwa anggapanmu itu lah yang benar? Bisa jadi permohonan maafmu tidak sampai.

Nah, ternyata meminta maaf dalam hubungan manusia juga ada teorinya. Menurut Gary Chapman, penulis buku The Five Love Languages, ada 5 bahasa atau frasa permohonan maaf agar permohonan maafmu sampai dan bisa diterima. Yuk cek sama-sama!

1. Mengekspresikan penyesalan

5 Etika dalam Menyampaikan Permohonan Maaf, Tak Sekadar 'Maaf ya'Pinterest

Bahasa permohonan maaf yang pertama adalah mengekspresikan penyesalan. Ini bisa dilihat dari bahasa tubuh dan ketulisan niat kamu.

Banyak orang yang menganggap minta maaf itu tidak sah sebelum mengucapkan “aku minta maaf”. Padahal buat mereka, perkataan “aku menyesal” adalah suatu lambang bahwa penyesalan itu sungguh-sungguh.

Di sisi lain, banyak orang yang tidak terbiasa menyampaikan penyesalan ini. Alasannya macam-macam, ada yang merasa malu, takut disalahkan, sampai ke “ya karena tidak pernah diajarkan”.

2. Mau bertanggungjawab

5 Etika dalam Menyampaikan Permohonan Maaf, Tak Sekadar 'Maaf ya'Pinterest

Bahasa permohonan maaf yang kedua adalah mau bertanggungjawab.

Perkataan “aku minta maaf” kadang tidak selesai sampai di situ saja. Seringkali bahasa ini dilanjutkan dengan kalimat “tapi, aku begitu karena...”, “soalnya, kamu yang lebih dulu...” atau “kata-kata kamu bikin aku ketrigger...”

Ingat, minta maaf itu bukan tentang kamu, tapi tentang orang tersebut. Kamu bisa saja memberikan ribuan alasan tentang kenapa kamu melakukan itu, tapi bukan itu tujuan minta maaf.

Maka, daripada mengatakan “aku minta maaf, aku marah soalnya kamu tadi naikin suara jadi aku ketrigger”. Lebih baik kamu mengatakan dengan bahasa maaf ini, “aku minta maaf atas kelakuanku tadi”. Orang akan lebih menghargai kamu.

Bahasa permohonan maaf kedua ini mengajak kamu menerima tanggungjawab bahwa kamu juga salah.

Baca Juga: 9 Kesalahan yang Mungkin Saja Dapat Menghambat Rezeki Kamu

3. Benar-benar bertobat

5 Etika dalam Menyampaikan Permohonan Maaf, Tak Sekadar 'Maaf ya'Pinterest

Bahasa permohonan maaf yang ketiga ini adalah kamu benar-benar bertobat.

Mungkin kamu bertanya apa maksudnya benar-benar bertobat? Jadi gini, ada orang yang menganggap permohonan maaf itu sah apabila dia mengungkapkan “aku tidak akan melakukan itu lagi”.

Kalau dipikir-pikir, memang itu kan salah satu tujuan minta maaf? Tidak akan mengulanginya lagi. Jadi bahasa permohonan maaf ketiga ini fokus ke janji bahwa kamu akan mengubah perilakumu, itu simbol dari pertobatan.

Perkataan seperti “apa yang perlu aku ubah agar tidak mengulangi ini lagi?” atau “kalau aku mengulangi ini lagi, tolong ingatkan aku”, menjadi sangat berharga.

4. Membuat ganti rugi

5 Etika dalam Menyampaikan Permohonan Maaf, Tak Sekadar 'Maaf ya'Pinterest

Bahasa permohonan maaf yang keempat adalah membuat ganti rugi.

Maksud membuat ganti rugi di sini adalah, karena kamu sudah berbuat kesalahan, lalu apa yang bisa kamu lakukan untuk dia?

Coba bayangkan seorang anak yang mengambil mainan temannya. Temannya nangis. Lalu? orang tuanya akan meminta anak itu untuk meminta maaf. Tapi, maaf saja tentu tidak cukup. Anak itu perlu mengembalikan mainan tersebut, atau mungkin mengajak temannya bermain bersama. Itulah artinya membuat ganti rugi.

Ganti rugi ini tidak selalu dalam bentuk uang atau barang. Ganti rugi kamu bisa dalam bentuk menghabiskan waktu bersama, menyampaikan bahwa kamu mencintai orang tersebut. Itu bisa menjadi hadiah yang lebih bermakna.

5. Meminta pengampunan

5 Etika dalam Menyampaikan Permohonan Maaf, Tak Sekadar 'Maaf ya'Pinterest

Bahasa permohonan maaf terakhir, kelima, yaitu meminta pengampunan.

Meminta pengampunan merupakan salah satu yang paling efektif, tapi juga yang paling berat. Karena, ketika kita mengatakan “maukah kamu memaafkan aku?” Seolah kita menempatkan diri di posisi yang salah dan lebih rendah.

Namun, meminta maaf itu bukan untuk membuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah, tapi untuk memperbaiki hubungan. Maka, alangkah bijaksananya kalau kamu bisa berbesar hati untuk meminta diberikan maaf. Ya, kamu mungkin kehilangan kendali, tapi kamu bisa selamatkan relasi.

Itulah 5 bahasa permohonan maaf menurut Gary Chapman, penulis buku The Five Love Languages: How to Express Heartfelt Commitment to Your Mate yang ditulis pada tahun 1992.

Baca Juga: Ternyata 16 Emoji ini Mengandung Pesan Kesehatan Mental, Lho!

Hirpan Rosidi Photo Community Writer Hirpan Rosidi

Hirpan Rosidi, laki-laki kelahiran 1997 yang tidak pandai mendeskripsikan dirinya. Karena kemampuan menulisnya dibawah rata-rata, dia memiliki cita-cita yang dimana dia sendiri tidak terlalu berharap cita-citanya bisa terwujud; yaitu disalah satu rak toko buku, di antara buku-buku dari penulis besar itu, terselip satu judul buku dengan nama Hirpan Rosidi sebagai penulisnya. Berbekal lulusan Psikologi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dan kecintaannya pada literasi, menjadikannya ingin membangun perpustakaan untuk anak-anak dan warga di kampungnya.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya